Ketika Aku Merahasiakan Kehamilanku



Sebagian orang memilih mengumumkan berita kehamilan dengan bahagia, dan sebagian lainnya merahasiakan. Aku sudah pernah melakukan kedua pada kehamilan ketiga anakku. Inilah secuplik cerita dariku.


Ketika aku hamil anak ketiga, aku merahasiakannya. Hingga mulai terkuak di bulan ke-6. Banyak yang menanyakan kenapa aku malu hamil lagi? Kenapa dirahasiakan. Toh anaknya hasil dari hubungan halal. Anak sendiri, dan hamil bukanlah hal yang memalukan. Begitu kata sebagian orang. Tapi tidak semudah itu, bukan karena malu.

Melihat kenyataan hamil lagi saja, aku sudah cukup shock. Bagaimana tidak, anak ke-2 ku masih berusia 1 tahun dan sedang lucu-lucunya. Sedang butuh perhatian extra, tapi kenapa aku justru akan memberinya adik. Dan aku sangat shock. Antara siap dan tidak siap. Lalu aku memutuskan untuk merahasiakannya. Dengan alasan, aku tidak mau ditanya-tanya kenapa aku begitu tega hamil lagi padahal anakku sedang butuh kasih sayang extra. Atau pertanyaan-pertanyaan serupa dengan aura kepo yang negatif. Ketahuilah, Ferguso! Hamil anak ke-3 ini bukan rencanaku. Bukan berarti aku tidak menginginkannya, hanya saja aku memang belum merencanakannya tapi Allah memberikannya. 

Awal hamil itu aku sering menangis memandang wajah anak keduaku, Qowiy. Aku sering meminta maaf karena terlalu cepat memberinya adik, padahal dia masih menyusu dan harus segera berbagi kasih sayang. Hari demi hari rasanya berat sekali. Aku merahasiakannya agar bisa membahagiakan diriku sendiri, menghindari tekanan, menghindari komentar orang tentang kehamilanku.

Bagi orang mungkin tidak mengapa tapi bagi ibu hamil yang hormonnya sensi, hal ini tidak mudah. Setidaknya bagiku saat itu sangat tidak mudah. Aku berkecamuk antara bahagia, berterimakasih, dan panik. Bahkan sejak awal aku justru sangat khawatir siapa tau nanti akan mengalami baby blues.

Waktu berjalan hingga hal yang ku khawatirkan akhirnya mulai terjadi. Di bulan ke-6 saat perut sudah besar, akhirnya banyak yang tau aku sedang hamil (lagi) padahal awalnya hanya beberapa orang yang tau dan begitulah tekanan terasa makin berat. Paling banyak itu komentar "kasian banget Qowiy, dia masih butuh perhatian" tau gak sih, kalo kalimat semacam itu membuatku sangat tertekan.

Apalagi anak ke-2 ini termasuk kehamilan yang sangat ku nantikan karena setahun menunggu baru Allah kasih hamil. Jadi kalo di bilang tega, atau gak perhatian, itu rasanya nyeseknya luar biasa. Akulah manusia yang paling menyayanginya dimuka bumi ini, begitu rasanya ingin ku teriakkan. Tapi aku bisa apa? Menggugurkan kandungan itu bagiku laknat sekali. Tidak akan pernah! Tugasku saat ini hanya menjalani.

Beberapa pihak juga bilang, "nanti setelah lahiran di steril aja ya" seolah-olah aku punya anak banyak adalah hal yang tidak baik. Kenapa harus berkomentar begitu. Dan aku jelas 100000% menolak steril karena steril itu di haramkan agama kecuali terpaksa ada alasan medis yang mengharuskan. Sedangkan aku kan baik-baik saja usiaku pun masih 30 tahun saat itu, kenapa harus disarankan steril? Apakah anakku ini suatu kesalahan? Apakah kalau aku hamil lagi itu memalukan? Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dan membuat aku makin stres, mudah marah, dan akhirnya banyak diam.


Hal-hal semacam itulah yang ku hindari dengan merahasiakan kehamilan saat itu tapi ternyata gagal. Alhasil, trimester ketiga berat badanku menurun. Aku stress pasca banyak komentar negatif (bagiku itu negatif) yang menjadi beban pikiranku.

Sebenarnya ada banyak sekali teman baik yang tidak berkomentar negatif. Tapi kan, kadang bergaul dengan orang yang berkomentar negatif itu tidak bisa dihindari. Pengaruhnya di otakku itu lebih kuat yang negatif tadi. Belum apa-apa aku sudah stres duluan.

Di tambah lagi, saat trimester ketiga itu suamiku di PHK, karena perusahaan tempat dia bekerja itu pailit. Beban bertambah-tambah hingga dokter menegur dan menyarankan aku banyak makan. Bagaimana aku bisa banyak makan, sedangkan aku lagi berhemat untuk persiapan melahirkan karena suamiku sedang tidak bekerja. Bertambah pula alasanku merahasiakan kehamilanku. Bagaimana komentar orang nanti jika orang bilang, suami kena PHK dan jobless, istrinya malah hamil lagi. Ya Allah, aku tidak mau mendapat pertanyaan itu, pikirku.

Alhamdulillah saat itu aku di kelilingi sahabat-sahabat baik yang mendukung aku. Circle ku saat itu sangat menjadi perisai ketakutan aku akan komentar-komentar orang. Setiap komentar negatif tentang kehamilanku, teman-temanku siaga menghibur menguatkan. Aku bahkan menunggu hampir 4 tahun sampai akhirnya aku siap menuliskan ini semua. Si bungsu kini sudah hampir berusia 4 tahun, alhamdulillah..

Ditengah kesulitan ekonomi ini, dokter jelas sudah memutuskan aku harus operasi caesar (SC) karena jaraknya terlalu dekat dengan kelahiran kakaknya. Dimana saat anak kedua, akupun melahirkan SC jadi harus SC lagi. 

Maka stres kembali melanda, Allah memberi ujian di saat kita sedang kesulitan uang, karena harus SC. Uang darimana? 

Saat itu alhamdulillah kami sudah mengenal riba. Dan godaan sungguh besar, banyak sekali lembaga riba menawarkan pinjaman uang bahkan tanpa jaminan pun bisa. Hingga tawaran bunga sangat-sangat rendah. Meskipun sangat menggiurkan kami menolaknya. Alasan suami, tidak mau melahirkan anak dengan uang riba. Jadi kami lebih memilih menjual aset-aset yang kami punya untuk biaya persalinan, bahkan semua asuransi yang kami punya kami hentikan dan kami ambil uangnya. Tapi ditengah persiapan, suami juga belum mendapatkan pekerjaan. Jadilah uang penjualan aset-aset tadi justru kami pakai untuk kehidupan sehari-hari kebutuhan 2 anak kami yang pertama dan kedua. 

Jelang persalinan, Alhamdulillah.. suami akhirnya mendapatkan pekerjaan lagi. Sebagai Accounting Manager di sebuah perusahaan smelter nikel di Morowali, Sulawesi tengah. Entah harus bereaksi seperti apa. Dari segi Jabatan, tentu ini oke kan. Dan sudah sejak dulu aku sangat mendukung karirnya. Tapi, aku ini akan punya 3 anak yang jarak usia dekat. Masa di tinggal tugas ke pelosok? Sendirian dengan 3 anak piyik? Ya Allah.. mau menangis tapi tidak bisa. Cerita lengkap kelahirannya sudah aku tulis di link di bawah ini.


Berita baiknya tiba di hari ketika aku melahirkan. Pertolongan Allah datang, karena di setiap kesulitan, ada kemudahan. Ketika kami memutuskan untuk SC di hari jumat, dan aku sedang berjuang di meja operasi, Allah menggerakkan rejekinya. Orang tuaku memberikan pinjaman, mertuaku juga, sahabatku, iparku, dan tetanggaku alhamdulillah cukup biayanya. Jadi, meskipun kelahiran Qodhi membutuhkan dana besar dan bermasalah pada kesehatannya, uangnya cukup. MasyaAllah Tabarakallah..

Walau pada akhirnya kami tetap harus membayar semua utang itu dengan mencicil, tapi yang patut di syukuri adalah pinjamannya tanpa bunga riba, dan bisa di bayar dengan tempo fleksibel. Sungguh jika kita memang menguatkan Azzam untuk meninggalkan riba, Allah pasti memberikan jalan keluar. 

Oke, kepanjangan curhat dan oot. Fyi, kehamilan anak kedua pun aku sebenarnya merahasiakan. Tapi tidak lama, hanya sampai usia kandungan 4 bulan. Dengan alasan saat itu aku menantikan kehamilan ini cukup lama (lebih dari 1 tahun). Meskipun menurut orang lain mungkin setahun itu sebentar, tapi bagiku cukup besar effort-nya daripada saat kelahiran Qori yang tanpa butuh effort langsung hamil setelah menikah. Jadi aku merahasiakan itu hanya sampai dia cukup besar yaitu 4 bulan. Saat itu aku membuat syukuran 4 bulanan kecil-kecilan untuk mengumumkan kehamilanku. 

Kesimpulan dari tulisan ini, selain curhat yang mungkin tak banyak faedahnya, aku berharap agar orang-orang mengerti kenapa orang lain merahasiakan kehamilannya. Ada alasan dibalik itu yang bukan sekedar alasan malu atau tidak mau di ekspose, bukan sekedar itu. Harapanku juga agar orang lebih menghargai privacy orang lain. Sepertu halnya kenapa orang lain merahasiakan jenis kelamin, merahasiakan pasangan, mari kita dukung usaha mereka agar makin bahagia.

Jika lain waktu temanmu mengatakan ia hamil dan ingin merahasiakan, aku harap bantulah ia dengan maksimal. Jika kelak ia sendiri yang membocorkan informasinya ke khalayak, jangan di judge juga. Mungkin saat itu ia sudah siap menerima respon orang lain, dan jangan dibilang plin plan. Kemarin dia yang suruh rahasiakan, sekarang dia sendiri yang beberkan.  Jadi bukan soal plin plan, melainkan kesiapan dari si ibu sendiri. Barangkali saat itu ia sudah siap mengumumkan ke khalayak dengan segala konsekwensinya.

Baca juga: serba serbi tumbuh kembang trio Q

Kekuatan mental setiap orang berbeda. Bisa jadi bagi sebagian orang, komentar negatif itu wajar, tapi ada pula yang tidak tahan untuk itu. Sebagian dari kalian pasti sudah tau tentang penyakit PPd, baby blues, yang akibatnya tidak baik untuk bayi, kan?

Apalagi jika sedang hamil. Hormonnya mudah baper seperti orang sedang PMS. Hehehe.. apalagi kalau dia sedang hamil anak perempuan, berdasarkan pengalaman pribadiku, aku jauh lebih baper ketika hamil anak perempuan daripada saat hamil anak lelaki. Beruntungnya aku tidak pernah mengalami baby blues dan ppd. Tapi, aku sendiri sangat peduli dengan kesehatan mental.

Aku harap setelah membaca tulisan ini, banyak orang makin memahami, di balik keputusan orang lain merahasiakan sesuatu, ada hal besar lainnya yang sedang ia perjuangkan. Tolong dukung itu, jadilah kalian sahabat yang berdiri di barisan yang mendukung kebahagiaan bumil, bukan memojokkannya apapun dinamika kehamilan mereka. Hidup ibu hamil! 

11 comments

  1. Hihihi. Aku juga merahasiakan kehamilan keempatku, Mbak. Orang-orang dekat di dunia nyata aja enggak tau sampai saat jelang melahirkan, apalagi teman-teman di dunia maya :D alasan merahasiakan enggak berat sih sebenarnya, pengen bikin kejutan aja. Haha.

    Oh ya, aku juga pernah dapet komentar "menyakitkan". Si ibu itu bilang, "Wes lah habis ini tutup pabriknya. Sudah 4 gitu.."
    Hadehhh meskipun aku emang berniat stop setidaknya untuk saat ini, tapi komentar itu seolah mengatakan bahwa punya anak banyak itu sebuah kesalahan, sebuah aib. Sedih kan dengernya :(
    Yah ikutan curhat :D

    ReplyDelete
  2. Salah satu sumber stress terbesar adalah cibiran orang-orang sekitar, baik itu teman, tetangga ataupun keluarga. Memang kita sepatutnya mulai belajar jangan menjudge langsung, belum tentu apa yang kita lihat itu sama dengan apa yang kita sangka.

    ReplyDelete
  3. Masha allah kuat sekali Mba Ruli, setelah ini smeoga baik2 saja selalu sehat dan dilimpahkan rezeki ya. Memang ketika sensitif kita sendiri yang memilih siapa yang bisa support krn nggak selamanya bisa menghindar dr ucapan2 jahat 🥺

    ReplyDelete
  4. Masya Allah,mbak. Saya paham kondisi dan perasaanmu. Alhamdulillah bersama kesulitan ada kemudahan ya, mbak...

    ReplyDelete
  5. Miris kalau lihat komentar perempuan kepada sesamanya. Padahal seharusnya saling menguatkan ya..
    Karena memahami posisi masing-masing

    ReplyDelete
  6. Aku enggak main rahasiaan karena anak pertama, yang waktu itu malah sampe bosen ditanya kapan hamil. 😂

    Alhamdulillah. Aku terharu dan ikut lega saat banyak orang membantu. Ga heran sekarang mbak Ruli memandori GPL. 🤗

    ReplyDelete
  7. Sedih wajar iya kak, karna si debay punya kakak yg umurnya tidak beda jauh dan butuh extra kasih sayang..
    Tapi apa boleh buat, Allah mmberikan kita kepercayaan kembali iya wajib diterima dan dijaga..

    ReplyDelete
  8. Setiap anak punya rezekinya sendiri, Mbak, meski kadang berupa pinjaman. Tapi tanpa tarikan rezeki sang anak, mungkin tidak dipinjami. Tentu saja kuasa Allah untuk menggerakkan hati hambanya.
    Mengenai komentar negatif, sebenarnya tak perlulah dimasukkan ke hati Mbak. anggap saja bentuk perhatian yang tak kita butuhkan.

    ReplyDelete
  9. Iya kita ga boleh judgment ke orang lain. Prinsip itu slalu aku pegang. Smua orang ada pertmbangan utk sgala hal trmsk konsekuensinya. Kt hny perlu jd teman yg baik.

    ReplyDelete
  10. Saya sih setuju dengan keputusan yang diambil mbak Ruli, kalaupun kita beritahukan tentang kehamilan anak kita yang didapat lebih banyak nyinyiran atau komentar negatif. Bisa-bisa kita stress menjalani kehamilan.
    Kalau usia kehamilan sudah 6bulan kan sudah kuat antara janin dan ibu hamilnya,, jadi omongan orang mental dan jalani kehamilan bisa lebih happy

    ReplyDelete
  11. Mbak, peluuuk. Mulut orang2 bisa jadi sangat ringan mengatakan banyak hal yang tak berguna ya. Sudahlah unfaedah, bikin sakit hati objek yang mendengarnya pula. Semoga kita dijauhkan dari kejahatan lidah seperti ini dan bisa punya hati yg lapang dalam mengahadapi cibiran netizen.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..