8 Penyebab Rata-rata Wanita Berhenti Berkarir Ketika Memiliki Anak Pertama


Alasan wanita behenti bekerja
Setelah menikah dan melahirkan

Assalamu'alaikum
Dilema untuk memilih menjalani profesi sebagai wanita bekerja (kantoran) atau wanita yang tinggal di rumah, baik menjadi ibu rumah tangga ataupun punya usaha di rumah, sudah biasa di hadapi semua wanita di seluruh penjuru dunia. Dilema ini pada akhirnya membawa pada satu keputusan penting sekian tahun ke depannya.

Akan tetapi, kebanyakan wanita, tidak mengakhiri karir ketika menikah tapi memilih mengakhiri status mereka sebagai wanita bekerja atau wanita karir ketika memiliki seorang anak. Meski pada akhirnya itu bukanlah akhir dari segalanya. Setelah berhenti bekerja kantoran banyak yang masih terus berkarir menjadi pengusaha atau profesi lain.

Saya adalah salah satunya, saya mengakhiri profesi saya sebagai wanita pekerja ketika saya memiliki seorang anak dan saat itu usianya 6 bulan. Alasan tiap orang tentu berbeda dimana setiap alasan biasanya di dengan alasan yang kuat. Yang utama adalah soal anak. Ya, siapa yang bisa mengingkari pesona anak bayi yang masih merah yang selalu mengundang kita untuk menggendongnya. Tapi apa saja alasan detilnya? Saya sudah merangkumnya sedikit untuk kalian.

Alasan wanita berhenti berkarir ketika memiliki anak pertama:


1. Sulit mencari pengasuh yang bisa dipercaya

Saya mengalaminya. Saat itu sempat gonta ganti pengasuh. Sedih kalau mengingatnya. Anak saya di oper sana sini, ganti pengasuh satu dengan yang lain dimana tiap pengasuh hanya bertahan 1-2 bulan bahkan ada yang hitungan hari. Pekerjaan saya saat itu memang sangat menyita waktu, dari pagi hingga petang tanpa bertemu matahari. Berangkat ketika matahari belum naik  dan pulang ketika matahari terbenam.

Berbagai tipe pengasuh sempat saya rasakan, dari pengasuh single yang sukanya nonton infotainment dan sering lalai sama anak. Hingga pengasuh yang sudah tua dan berumur yang sering nilep barang di rumah. Macem-macem kasusnya sama pengasuh hingga saya merasa ini sepetti teguran Allah supaya mengasuh anak saya sendiri, hihihi. Sampai akhirnya di bulan ke-enam usia anak saya, saya mantap mengakhiri karir dan hingga anak ketiga saya mengasuhnya sendiri.

2. LDR

Suami istri tinggal berjauhan biasanya masih bisa menahan rindu. Namun manakala anak hadir dan merindukan kehadiran ayahnya, sebagai ibu kadang kita tidak mampu menahan beratnya kerinduan anak terhadap ayahnya. Saya sendiri pun, kata ibu saya LDR sama Bapak dulu, entah kenapa saya selalu demam setiap merindukan bapak yang tinggal jauh di Yogya. Diberi obat biasanya enggak mau sembuh dan baru sembuh kalau ketemu bapak. Agak aneh kalau dari segi medis, tapi kenyataannya begitu. Ya mungkin juga di kait-kaitkan aja, hahaha..


Saya pun demikian, selain persoalan pengasuh. Saat anak pertama saya masih newborn, saya pun LDR dengan suami yang mulanya kami sekantor akhirnya suami di pindahkan ke cabang perusahaan berbeda provinsi. Saya selalu baper parah tiap bayi newborn ini ngoceh kalau di telepon papanya. Kalau dia rewel, akan diam kalau di telepon papanya. Kalau rindu istri ke suami masih bosa di tahan. Tapi melihat anak merindu papanya dan sebaliknya juga, rasanya pilu, gaes! Sepakat kan suara bayi itu memilukan. Akhirnya makin memantapkan hati untuk resign saat itu.

3. Ekonomi meningkat

Tidak bisa di pungkiri, setiap anak lahir beserta rejekinya dari Allah. Enggak heran, kalau setelah kelahiran anak pertama ini, banyak yang akhirnya ekonomi keluarganya meningkat. Orang sering bilang "rejeki anak" dan itu benar. Sehingga ketika istri dilema mau resign bekerja atau lanjut, perkara ekonomi ini akhirnya bisa membuat istri memilih untuk di rumah saja. Karena kehilangan nominal gajinya dirasa tidak akan mengganggu ekonomi keluarga.

Baca juga: menonton acara international dengan mudah

4. Kesulitan manajemen waktu

Kesulitan ini kaitannya dengan lelah fisik. Tidak sedikit wanita yang kesulitan manajemen waktu sehingga tidak bisa mentoleran kesibukan baru yang berganda-ganda ini. Hal ini kadang bisa juga memicu stres dan depresi yang ujung-ujungnya membuat wanita jadi mudah marah, kurang konsentrasi dalam bekerja baik di kantor maupun saat mengasuh anak.

Alasan ke-4 ini memang kondisional karena banyak juga yang ternyata mampu mengatur waktu dengan baik sehingga cukup tidur, pekerjaan lancar dan bonding ibu anak tetap terjaga. Memiliki ART di rumah tentu menjadi solusi efektif untuk manajemen waktu ibu bekerja.

5. Ada profesi lain

Banyak profesi yang sekarang bisa dikerjakan cukup dari rumah saja. Seperti usaha online, punya toko/ruko, menerima pesanan barang atau jasa atau bahkan menjadi narablog atau penulis. Tak jarang, ketika hati sudah dilema dengan kehadiran si kecil, profesi rumahan ini akhirnya menjadi pilihan dan mantap meninggalkan pekerjaan kantoran.

Saya sendiri pada akhirnya tidak benar-benar menjadi Ibu rumah tangga melainkan mengisinya dengan kesibukan lain sebagai narablog dan penulis amatiran, sampai akhirnya kalian bisa baca tulisan ini.

6. Performa kerja menurun

Setelah kelahiran anak pertama, dan efek besar terhadap manajemen waktu. Sangat mungkin terjadi menurunkan performa bekerja. Misalnya jadi sering bolak balik kantor untuk menyusui. Atau jadi lama di toilet karena memompa Asi. Kadang telat absen, karena ingin lebih lama bersama bayi, ada yang pulang terlalu cepat sebelum waktunya karena ingin segera bertemu bayi sehingga pada akhirnya hasil kerja akan berbeda setelah punya anak satu. Ada yang bisa bertahan dengan kesibukan ini, namun ada juga yang akhirnya menyerah untuk resign.

7. Syndrom cuti melahirkan

Cuti melahirkan yang cukup lama di tambah dengan betahnya bersama si bayi yang masih newborn, membuat wanita terkadang terjebak pada zona nyaman. Sehingga akhirnya membuat gamang dan merasa lebih nyaman di rumah saja.



Ketidak siapan meninggalkan masa-masa intens bersama, biasanya membuat baper para wanita jelang mengakhiri cuti melahirkan. Biasanya sih mereka akhirnya tetap akan masuk bekerja seperti biasanya, namun dalam hati sudah tidak nyaman dan akhirnya mengakhiri masa bekerja untuk bisa di rumah saja.

8. Permintaan suami

Ini adalah perintah yang tidak bisa di tentang sih, kecuali sang istri memang kuat nego dengan suami. Atau sudah ada kesepakatan sebelumnya bahwa suami tidak menghentikan karir istri. Semua rumah tangga memang tidak sama. Tidak ada yang paling benar atau salah dengan kesepakatan dengan suami ini. Namun kenyataan yang saya tau memang ada banyak wanita yang akhirnya resign bekerja karena permintaan suami.

Karena sebagian suami kadang puyeng melihat berbagai masalah seperti yang saya sebutkan di poin 1-7 hingga akhirnya keluarlah perintah sakti mandraguna agar si istri resign bekerja demi anak pertama yang membutuhkannya, atau untuk mengakhiri LDR karena suami tak sanggup jauh dari anak. Umumnya para wanita yang resign karena alasan ini, memang biasanya sudah ikhlas juga melakukannya.

Baca juga: Mengatasi Speeach delay pada anak balita
===

Nah itu tadi beberapa alasan logis yang saya kumpulkan dari kisah nyata orang-orang yang saya kenal di sekitar saya. Mungkin bagi kalian yang baru menyambut kelahiran anak pertama dan berpikir untuk resign bekerja, bisa melihat alasan-alasan diatas untuk tetap lanjut bekerja atau yakin untuk resign. Atau kalau ada yang punya alasan lain silakan di tambahkan. Untuk terus mengingatkan bahwa ini bukan tulisan pembanding untuk ibu bekerja atau ibu di rumah. No offence untuk siapa saja yang tidak di posisi ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan membawa kebaikan. Jangan lupa, komunikasi dan kesepakatan bersama antara suami istri adalah kunci dari harmonisnya sebuah hubungan.

13 comments

  1. aku kok ikut merasakan saat-saat ini ya.. dalem bget rasanya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. ciyeee nope masih ingat lah nop masa-masa aku resign

      Delete
  2. Istri saya dari awal lahir anak sudah gak kerja di luar, karena memang dia sebelumnya sebagai crafter, kerja dari rumah. Tapi ternyata pekerjaan IRT juga bukan hal yang mudah sih ya... Apalagi masih ada anak bayikk... Semangat buat para ibuuuk...

    ReplyDelete
  3. Aku dulu resign juga karena puyeng dengan segala sesuatu menyangkut anak pertama. Yang sering izin karena si kecil gak ada yang nemenin lah, yang sering pulang sebelum waktunya, dsb.. hehe.
    Kalo si ibu punya support system yang bagus dan bisa menejemen waktu ya gak masalah sih ya lanjut bekerja. Semua memang tergantung kondisi masing-masing ibu :)

    ReplyDelete
  4. Saya juga berhenti bekerja setelah anak berusia hampir setahun, Mbak. Daripada sering merasa bersalah, tak bisa mengasuhnya. Padahal saat itu secara ekonomi juga masih jauh dari mapan. Yakin saja, kalau itu yang terbaik.

    ReplyDelete
  5. Iyaa...drama pengasuh ini yang mesti terjadi kalau ditinggal kerja.
    Aku dulu...sebelum ketemu yang cocok, harus melewati perjalanan 3 orang asisten rumah tangga dulu.
    Alhamdulillah,
    Sekarang anak-anak uda besar dan ada ART yang baik, mashaAllah~

    Tapi nyaman banget kerja di rumah pake kaos sambil nyemil yaak...?
    Hehhehe~

    ReplyDelete
  6. Rata rata temenku yang melahirkan dan berhenti kesusahan mencari pengasuh sih. Melepaskan anak untuk dijaga dan dirawat selama mama bekerja bukan perkara mudah apalagi anak pertama, masih sayang buanget dan kepengen melihat setiap perkembangan

    ReplyDelete
  7. Memang saat seseorang menjadi ibu artinya itu kontrak seumur hidup bahwa hidupnya akan berubah dan gak bisa balik kyk dulu ya mbak. Apalgi menyangkut anak, persoalan kerja akhirnya yaaa bagi sebagian org "dikorbankan" tapi insyaAllah ada aja rezekinya jika ikhlas menjalani peran barunya #iniNTMS hahahaaha

    ReplyDelete
  8. Kayanya banyak wanita yang berhenti karir karena permintaan suami ya kak. Soalnya saya pernah mendengar hal yang seperti itu.

    ReplyDelete
  9. kalau istriku setelah 2 tahun anak, sudah langsung kerja lagi

    ReplyDelete
  10. Rata2 temenku banyak yang alasannya semua diatas. Memng pelik dan dilema ya jadi ibu pekerja yg punya anak.

    ReplyDelete
  11. Bener bgt nih soalnya keluarga Eny yg nikah trus punya anak rata2 juga resign sih kerja, dan beberapa alasan diatas salah satunya

    ReplyDelete
  12. Semua alasannya masuk akal, terutama untuk membersamai anak itu. Ga terkira pasti bahagianya punya anak pertama sehingga waktu ingin selalu dihabiskan bersamanya.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..