Minyak Akar Wangi, Semerbak Aroma Perjuangan Petani

   

Akar wangi di desa Sukamukti - Garut

    Di Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Garut, tersebutlah suatu pedesaan di kaki gunung Cikuray yang warganya hidup sejahtera dari hasil bertani. Siapa sangka, dulunya daerah ini adalah desa miskin yang lahan pertaniannya di bawah kendali korporat yang tidak berpihak pada keadilan ekonomi warga asli setempat. 

    Kisah ini, bukan fiktif belaka. Ini adalah kisah nyata perjuangan petani untuk bangkit, menegakkan keadilan ekonomi, keadilan agraria dan keadilan ekologis. Mari lanjut baca kisah ini sampai akhir.

Perjalanan Ke Desa Sukamukti, Cilawu - Garut

    Kali ini perjalananku menuju ke sebuah pedesaan bernama Desa Sukamukti, Kecamatan Cilawu - Garut, Jawa Barat. Aku bersama teman-teman di Komunitas #EcoBloggerSquad (EBS) menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Jakarta. Saat itu Jakarta sedang ramai sekali demo besar di DPR dan bertepatan setelah malamnya ada driver ojol yang wafat dilindas mobil brimob. berangkat dari Jakarta pukul 06.30 pagi terutama untuk menghindari demo masa yang lebih besar dijalanan. Suasana saat perjalanan cukup menyenangkan bersama teman-teman yang memang dari dulu sevisi di bidang lingkungan, meski tak menutup diri bahwa hati kami masih tertaut pada kejadian mengerikan di ibukota dan ‘panas’nya suasana baik di dunia daring dan luring.

   Awal tiba di desa ini kami langsung disambut suasana sejuk, belum terasa dingin meski harinya hujan. Sawah dan lahan pertanian terbentang dimana-mana sangat menenangkan hati melihatnya. Aku sampai berpikir saat itu, enak kali ya kalo pensiun nanti slow living di desa ini pasti rasanya tenang. Setiba di lokasi untuk bertemu para petani, aku benar-benar kaget dengan sambutan warga. Bayangkan sejak kami turun dari mobil hingga ke titik kami berkumpul yang kurang lebih 200 meter, berkumpul semua warga berbagai usia dari bapak-bapak, anak-anak hingga lansia menyambut kami dan bersalaman seperti menerima tamu undangan penting.

    Setiba di lokasi kami berkumpul, makin kaget lagi karena ramai sekali anak-anak desa usia sekolah sholawatan menyambut kami, iyaaa kalian gak salah baca, Sholawatan !!! jujur seumur hidupku, baru kali ini aku disambut seperti ini dan aku merasa sangat terhormat dan sedikit insecure karena merasa belum pantas di sholawatin, karena siapalah diriku ini *terharu banget sama sambutan warga. 

     Apalagi yang bikin kaget? ada panggung, ada warga semua usia dan kalangan sampai ke ibu-ibu dan pelajar. Ada ustadz, para petani tentu saja, ada jajanan lokal yang semuanya hasil pertanian (kacang rebus, ubi rebus, pepaya, dll) dan ada juga tim perwakilan dari Serikat Petani Pasundan (SPP) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Apalagi? ada lagu Indonesia raya dari para pelajar dan lagu mars nya SPP sebagai pembuka, kurang epic apalagi coba.... aku sangat merasa terhormat menerima penyambutan warga disini yang semuanya ramah.

Perjalanan seru Eco Blogger Squad
Bersama para petani SPP desa Sukamukti - Garut

Serikat Petani Pasundan (SPP)

Jadi apa tujuan kami datang ke Cilawu? mendengarkan cerita dari para petani di SPP dan support dari KPA bagaimana akhirnya desa miskin ini berubah jadi desa berdikari seperti saat ini. Oke here it is... 

Markas SPP di Garut, Jawa Barat

Serikat ini lahir pada tahun 2000 membawahi para petani di bumi Pasundan, tepatnya di Garut. Itulah kenapa tujuan kami langsung menuju Garut meskipun SPP ini sebenarnya sudah ada di berbagai kota di Jawa Barat seperti Ciamis, Pangandaran, Bandung, dll. Di Garut ini, berdirinya SPP diprakarsai oleh Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Garut (FPPMG) yang mulanya memang mengurusi masalah Agraria, lingkungan dan kemiskinan. 

    Seperti pada umumnya, yang namanya serikat itu lahir dari berbagai keresahan yang sulit diungkapkan oleh masyarakat kecil, lalu dibentuk SPP ini untuk menguatkan para petani Garut secara hukum dan membuat petani bisa solid pada visi dan misi yang sama. Sebenarnya apa yang menjadi keresahan? Menurut cerita para petani, dulunya tanah pertanian mereka di Kecamatan Cilawu ini di kerjakan sendiri pada era pemerintahan Presiden pertama Indonesia. Seiring waktu para era orde baru, tiba-tiba Hak Guna Usaha (HGU) diserahkan kepada korporasi. Dimana setelah kehadiran korporasi, para petani miskin juga semakin miskin, tidak memiliki hak atas tanah kehidupan mereka sendiri yang sudah mereka tinggali sejak leluhur mereka dulu. Serasa jadi orang asing di tanah sendiri. 

    SPP kemudian memperjuangkan hak atas tanah bagi para petani, membuat para petani memiliki kekuatan baru karena bersatu dan sepakat untuk tidak menyerahkan lagi HGU kepada korporasi dan memilih mengelola sendiri. Tentu saja perlawanan ini tidak mudah, bagaimana pun pemerintah juga sebenarnya perlu korporasi untuk devisa negara dan dengan harapan ada lapangan kerja untuk para petani, tapi nyatanya kesejahteraan itu tidak tercapai. Dengan SPP, para petani setelah sekian tahun membuktikan bahwa dengan mengelola tanah pertanian mereka sendiri, masyarakat jauh lebih sejahtera.

    Berbeda pendapat dengan pemerintahan Indonesia tentu tidak mudah dan tidak menjadi niat mereka untuk berbeda. Tapi bagaimana lagi jika kehidupan penduduk lokal tak kunjung berubah sekian tahun lamanya. Sehingga ketika HGU korporat berakhir di tahun 1989, perjuangan SPP langsung dimulai di tahun 2000. Akhirnya, siapa sangka hal-hal besar justru dicapai para petani terutama Desa Sukamukti dan Organisasi Tani Lokal (OTL) lainnya di Garut setelah ada SPP. Para petani yang bernasib sama, yang dulunya justru menjadi warga miskin ketika tanah mereka dikuasai pihak korporasi. Kini di tahun 2025 sudah bangkit dan banyak sekali perubahan. Informasi berharga ini saya dapat langsung dari para petani dan pihak SPP.

    Hal-hal besar capaian para petani sejak ada SPP:

1. Edukasi pertanian, SPP memberikan edukasi pada para petani mengenai tanah Garut yang sangat subur. Petani yang dulunya hanya berpikir menanam Ubi dan Jagung, kini beralih menanam tanaman lain: Akar Wangi, bawang merah, kubis, tomat, brokoli, cabai, daun bawang, tembakau, semua ditanam dengan metode tumapng sari. Metode menanam banyak jenis dalam 1 lahan. Metode ini, membuat petani bisa panen secara bergiliran berbagai jenis tanaman dan ekonomi terus berjalan.

2. Sarana Pendidikan, kemajuan ekonomi para petani pada akhirnya membuat SPP bisa mendirikan sekolah sendiri. yang mulanya menggunakan guru-guru lokal dari para kader SPP hingga akhirnya bisa punya guru sendiri dan bahkan saat ini mereka telah memiliki pondok pesantren. Selain ini para petani juga melek pendidikan dengan menyekolahkan anak para petani ke kota, lalu setelah lulus mereka kembali untuk membangun desanya masing-masing.

3. Pemberdayaan perempuan, sejak ada SPP wanita istri-istri petani tak sekedar membantu mengelola lahan pertanian. Tetapi juga berdaya mengelola hasil pertanian, mengelola keuangan dan pemerataan hasil pertanian antar para petani. Sungguh pondasi semakin kuat dengan pemberdayaan perempuan ini.

4. Fasilitas umum, dengan pengelolaan yang baik dan benar di SPP, swadaya para petani akhirnya membuahkan hasil jalan penghubung wilayah pertanian dan perumahan. Saluran air antar rumah warga yang mengalir deras dan terinstalasi baik, juga sarana peribadatan seperti mesjid dan musola.

5. Usaha penunjang ekonomi, dari SPP ini akhirnya berkembang menjadi usaha lain yang menambah kuat ekonomi para petani. seperti tempat penyulingan minyak akar wangi yang harganya milyaran, rumah jamur yang menghasilkan ratusan juta perbulan, kopi lokal yang dikemas higienis dan beredar luas, hingga akar wangi yang bisa jadi souvenir khas Garut

5. Kepemilikan Lahan, sebenarnya ini yang utama dan diperjuangkan para petani SPP selama bertahun-tahun. Yaitu sertifikat tanah menjadi milik petani lokal, warga lokal yang sejak dulu turun temurun tinggal di berbagai desa di Garut. Yang setiap tahun mereka gaungkan suaranya di hari tani. Semua petani kompak untuk berdiri tegak mempertahankan lahan agar menjadi milik rakyat akhirnya tercapai, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

        Semua pencapaian-pencapaian ini jujur saja membuat saya dan teman-teman Eco Blogger Squad kagum. Desa Sukamukti di kecamatan Cilawu ini benar-benar berdikari dengan hasil para petani. Perjuangan menuntut hak yang berujung keberhasilan, meski dihadapi dan dijalani dengan tidak mudah.

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

    Perjuangan para petani mendapatkan hak-haknya ini selaras dengan adanya KPA ini yang bertujuan untuk mewujudkan DaMaRa (Desa Maju Reforma Agraria). Apa sih ini? Nah perjuangan SPP atas perubahan kepemilikan tanah agar sertifikat tanahnya dimiliki oleh petani lokal telah menjadi tuntutan reformasi di bidang agraria. Sebenarnya hal ini juga banyak di perjuangkan di daerah lain di Indonesia oleh para masyarakat adat pedalaman, kan. Sehingga KPA dan SPP menyebutnya reforma agraria.

    DaMaRa ini adalah perwujudan dari gerakan inisiatif para petani yang menuntut reforma agraria. Yang awalnya para petani lokal merasa memiliki tanah hijau tapi ekonomi mereka tidak hijau, kemiskinan merata, kesulitan pangan akibat korporasi yang menggunakan HGU juga bukan untuk produk pangan rakyat, rakyat yang mulanya korban kini berubah menjadi pejuang Reforma agraria. 

Tujuan Reforma Agraria adalah penataan ulang penguasaan tanah, penataan produksi dan konsumsi, penataan distribusi yang menggunakan prinsip kolektif, kemandirian dan kedaulatan rakyat, keadilan agraria, keadilan ekonomi, keadilan gender dan keadilan ekologis.

    Sehingga DaMaRa ini adalah perwujudan dari sinergi reforma agraria dengan pembangunan pedesaan, sesuai dengan apa yang dicita-citakan SPP. Dimana setelah 25 tahun berdirinya SPP hampir semua cita-cita para petani telah tercapai. Berdikari, meningkatnya ekonomi dan hak atas tanah sendiri.

Semerbak Minyak Akar Wangi Di Sukamukti

    Jujur ini pertama kalinya aku tau tentang Akar wangi. Ketika tiba, tempat kami memarkir mobil tepat di tempat penyulingan minyak akar wangi, jiwa kimiaku meronta-ronta menuntut untuk melihat lebih dekat bagaimana proses penyulingan minyaknya. Tapi sabar dulu, kita menelusur mulai dari sumbernya.

    Setelah diskusi panjang lebar dengan para petani di OTL Sukamukti, kami disuguhi makanan-makanan lokal yang segar hasil pertanian lokal. Tau nggak, meskipun menunya sederhana berupa lalapan, tapi sambelnya masyaallah sedapnyeeeee, ada ikan asin dan tempe tahu menambah coletan sambal jadi lebih menggelora ditambah sayur lalapan yang semua mentahan fresh baru dipetik. Surga dunia banget, tentu saja kami semua makan lahap. Setelah itu kami menginap di rumah warga, Aku kebagian untuk tinggal di rumah Ibu Yuyu, disini tidak ada penginapan karena di perkampungan kan, tapi vibes perlakuan Bu Yuyu ke kami serasa ibu angkat ketika menjalani KKN. 

Bersama Ibu Yuyu, ibu angkat kami
Warga Sukamukti tempat kami tinggal
Kiri kanan: Mbak rien, Mbak Mei, Aku dan Kak Siti

    Dari Bu Yuyu yang hanya tinggal bersama cucunya, kami mendapatkan cerita bahwa almarhum suami Ibu Yuyu dan anak menantu beliau pun semuanya petani dan pengusaha di bidang pertanian, semua turun temurun menjadi petani. Tapi bukan petani miskin, lho. Mereka berkecukupan, rumahnya bagus dan ekonomi warga disana terbilang cukup hingga mampu beribadah umroh. Hanya saja, pilihan mereka untuk hidup sederhana saja di pedesaan.

Petualangan naik pick-up di kaki gunung cikuray

    Paginya kami dibawa ke perkebunan akar wangi, naik mobil pick up hingga terasa seperti jadi petani lokal. Kami berbaur dengan para petani dan kader-kader SPP. Kanan kiri kami disuguhi pegunungan yang Cikuray yang sejuk dan ditanami pertanian warga. Terbentang akar wangi dimana-mana di ketinggian lebih dari 1200 mdpl. 

Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) adalah tanaman sejenis rumput yang berasal mula dari India. Tidak semua negara bisa ditanami akar wangi, hanya 3 negara di dunia yang menghasilkan aroma akar wangi salah satunya Indonesia. Dan tidak semua daerah bisa ditanami akar wangi, hanya di Garut ini lahan yang bisa menghasilkan akar wangi dengan kandungan minyak tertinggi, di daerah lain juga bisa namun kandungan minyak atsirinya lebih rendah. Akar wangi ini sering disebut rumput pencegah bencana karena banyak manfaatnya.

Manfaat tanaman akar wangi:

  • Mengendalikan erosi tanah, sehingga cocok ditanam didaerah lereng yang mudah erosi
  • Menahan Banjir dan longsor kekuatan Akarnya 1/6x kekuatan baja
  • Memperkuat lapisan tanah
  • Menahan lumpur 35x lebih kuat dibandingkan rumput

Proses Pembuatan Minyak Akar Wangi (Vetiver oil)

    Karena tulisan ini sudah cukup panjang, aku akan membuatnya lebih singkat ya. 

Pembuatan Minyak Akar Wangi

    Tanaman akar wangi ini akan di panen kalau sudah menguning dan ketinggiannya mencapai 80-100 cm. Kemudian tugas para petani adalah memisahkan tanaman dengan akarnya. Bagian atas akan di tanam kembali, bagian akar di pecah-pecah serabutnya sehingga terpisah dari tanah dan tidak berbentuk bongkahan besar besar lagi agar lebih mudah mengeluarkan sari-sarinya saat disuling.

       Setelah selesai preparasi, akar wangi akan di muat ke karung-karung kemudian dibawa ke tempat penyulingan. Di masukkan ke dalam tangki vakum penyulingan dengan suhu tinggi. Metode yang digunakan oleh tangki ini adalah distilasi uap air (steam distillation) dimana nanti pemanasan ini akan memisahkan minyak atsiri dengan uap air dan ampas akar wanginya. Duh, bahasanya anak teknik banget yak, tapi aku yakin yang membaca pasti paham sih. Pemanasan suhu tinggi menggunakan tungku selama 6-24 jam, tidak boleh terlalu lama atau justru akan merusak kandungan minyaknya. Hasilnya nanti di tampu di ruang uap dan didapat ekstrak minyak akar wangi yang biasa disebut Vetiver oil.

 Pemanfaatan Akar Wangi:

  1. Minyak Atsirinya untuk Industri Parfum dan kosmetik
  2. Esensial oil akar wangi untuk obat-obatan dan produk penunjang kesehatan
  3. Bumbu rempah masakan juga karena karakternya seperti sereh
  4. Daunnya dapat menyerap karbondioksida, pakan ternak dan pembuatan atap
  5. Cindera mata estetik dari sisa akar wangi yang tidak terpakai dibentuk jadi pajangan cantik.

      Indonesia terkenal sebagai penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Beragam hasil rempah bisa dijadikan esensial oil. Seperti kayu putih, nilam, cendana, cengkeh, sereh, hingga akar wangi. Harganya pun tidak main-main mengingat proses pembuatannya pun tidak mudah. Beruntung sekali aku dan teman-teman #EcoBloggerSquad akhirnya bisa menyentuh dan mencium langsung wanginya vetiver oil ini. Wanginya seperti aroma kayu dan tanah pada akar, tapi dapat sensasi rasa mewah juga di dalamnya.

Baca juga: Biopori, cara mudah mengolah sampah dapur

    Dalam satu kali penyulingan, petani Sukamukti membutuhkan 1-1,5 ton akar wangi. Dimana jumlah ini nantinya akan menghasilkan sekitar 7-8 kg vetiver oil. Namun hasil ini bergantung pada musim. Jika kemarau, akar wangi akan lebih cepat panen dan hasil rendemennya banyak. Sedangkan di musim hujan biasanya menurun 30-50%. Minyak akar wangi atau vetiver oil ini biasanya di jual 1,5juta hingga 5juta tiap kg nya tergantung kualitas saat itu. 1,5 ton akar wangi ini biasanya dihasilkan dari sekitar 1-1,5 ha lahan. Sedangkan SPP di wilayah Garut ini memiliki lahan lebih dari 800 ha. 

        Nah bisa dibayangkan sepanjang tahun akan ada akar wangi yang di suling karena di panen bergiliran setiap lahan. Di panen secara bergilir karena ditanamnya pun tidak bersamaan. Tapi di gilir sepanjang tahun area tanamnya. Vetiver oil ini kalu sudah beredar dipasaran dalam bentuk essensial oil, harga oilnya bahkan bisa mencapai ratusan ribu di botol kecil. Itulah kenapa akar wangi ini menghasilkan milyaran rupiah sepanjang tahun.

      Bagaimana kehidupan ekonomi para petani tidak meningkat sejak hadirnya akar wangi. SPP dan FPPMG telah berhasil menaikkah ghirah perjuangan para petani, bahwa menjadi petani itu tidak identik dengan kemiskinan. Petani tidak identik dengan kehidupan jadul dan tidak berpendidikan. 

————

     Dari cerita perjalanan ini, banyak hal baik yang kita dapat. Bahwa pertanian di Desa Sukamukti dan seluruh petani dimanapun, adalah mereka-mereka yang bertahan untuk menegakkan ekonomi restoratif yang berkelanjutan. Mereka-mereka yang mencintai tanah Indonesia ini berhak mendapatkan kepemilikan hak atas tanah. Mari dukung Reforma Agraria dan kembalinya tanah untuk rakyat, bukan milik investor. Silakan berinvestasi sebesar-besarnya di Garut, tapi lahannya tentu tetap milik petani Garut dan jenis usahanya pun sesuai dengan karakteristik tanah setempat. 

Produk unggulan petani Garut
Cindera mata, sayur dan buah, kopi cikuray

     Penting sekali bagi kita warga negara Indonesia menjaga kekuatan ekonomi lokal, agar kemiskinan tidak membuat kita harus menjual tanah kita kepada asing. Salah satunya adalah dengan cara membeli produk lokal, baik dari petani maupun dari hasil-hasil hutan Indonesia. Kadang aneh juga kalau penduduk Indonesia suka menggunakan produk-produk import padahal asal muasal bahan bakunya dari Indonesia juga. Ini peluang juga bagi kita yang bukan dari kalangan petani atau masyarakat adat, yaitu berinvestasi pada produk-produk lokal dalam negeri agar makin mendunia. Itu juga upaya kita, untuk mencintai tanah dan hutan Indonesia sekaligus mendukung ekonomi restoratif. 

       Dukung perjuangan Serikat Petani Pasundan (SPP) agar lahir juga petani-petani pejuang di daerah Indonesia lainnya yang kegiatan ekonominya lebih berpihak pada kesejahteraan warga lokal dan meningkatkan ekonominya menjadi lebih baik. Dan dukung juga Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) untuk mewujudkan Desa Reforma Agraria (DaMaRa) di berbagai wilayah di tanah air. 












      

27 comments

  1. Menarik banget topik Reforma Agraria ini. Setuju pake banget kalau hak lahan petani harus benar-benar jelas. Jadi, ga ada ceritanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Biar tetap tersedia juga kan lahan buat dikelola dengan bijak seperti ini.

    Seru juga kegiatannya 😍
    Panjang umur buat teman-teman EBS karena perjuangan menyuarakan hak Bumi dan hak masyarakat lokal harus terus berlanjut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh bener banget sih mba ipeh, hal-hal priceless kaya gini yang bikin senang dan istiqomah di EBS

      Delete
  2. aku setuju, kita perlu mendukung petani petani lokal agar lebih sejahtera :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya selama ada cara yg bs kita lakukan untuk mensejahterakan petani pasti kita support ya

      Delete
  3. Huaaah jadi tahu deh cara pembuatan minyak akar wangi
    Bahkan perjalanannya ke sana seru banget
    Ah sayang ya jauh dari Surabaya
    Pengen juga ikutan mbolang sambil nambah wawasan soal produk pertanian kita yang kaya ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya perjalanannya lumayan memang sekitar 6 jam dari jkt. Jadi membolangnya berkesan banget ini

      Delete
  4. Baca pengalaman mba jelajah Garut bersama Blogger ECO Squad bikin aku sukses terharu membayangkan sambutan warga yang begitu niat banget. Sampe ada panggung, disambut sholawat Masha Allah auto berkaca-kaca nih mata.

    Turut bahagia mendengar angin segar dan kabar baik dari Petani aakar wangi, Masha Allah hidupnya berkecukupan dan berpendidikan. Bahkan bisa umroh, sungguh penuh perjuangan sekali dan sangat salut sama serikat petani Pasundan yang beneran fight maksimal.

    Jadi kenalan juga sama akar wangi dengan banyak manfaat dan bisa menghasilkan produk yang wow. Semoga saja semakin maju petani Garut, alam kian asri dan terjaga ya.

    ReplyDelete
  5. Sebuah perjalanan yang seru dan berkesan pastinya. Apalagi ditambah sambutan warga yang niat banget.

    Saya beberapa kali dengar tentang akar wangi, tapi sekarang jadi lebih terinformasi lagi.

    ReplyDelete
  6. Wahhh seruu bangett nih bisa explore daerah Garut.
    dan keren yhaaa akar wangi bisa tumbuh dgn baik d sana.
    pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakatnya juga keren maksimal. MANTAABB

    ReplyDelete
  7. jadi inget masa SMP di perbatasan Garut Tasik itu
    saya juga sering main ke kebun akarwangi, biar badan berempah, hahaha
    padahal tetap aja pulang pergi jalan kaki berkeringat, wanginya luntur sama bau badan. hihihi...

    seru ya satu rombongan bisa main ke kebun dan pengolahan akar wangi secara langsung

    ReplyDelete
  8. Wow, benar-benar ceritanya menginspirasi! Perjuangan para petani di Desa Sukamukti, Garut melalui Serikat Petani Pasundan (SPP) dan KPA nunjukin nih bahwa keadilan agraria bukan sekadar angan-angan, bahkan bisa diwujudkan lewat persatuan, edukasi, dan kesabaran. Ini jadi simbol juga kalau petani bisa menguasai lahan mereka sendiri dan ikut membangun kesejahteraan. Keren banget! :D

    ReplyDelete
  9. Ternyata gak dimana², urusan mengelola tanah pertanian sendiri, memang membuat masyarakat lebih sejahtera. Ini pernah daku simak di drakor TGQSD. Semoga di wilayah Indonesia manapun, hal ini diterapkan juga ya

    ReplyDelete
  10. Setuju banget dengan halnya pentingnya menjaga kekuatan ekonomi lokal, sadar betul negeri ini begitu kayak dengan banyak hal. Termasuk rempah dan pertanian. Banyak peluang yang semestinya menjadikan negeri makmur dengan penduduk yang tak berkekurangan.

    Tetapi sayangnya, negeri ini diselipin sifat yang kadang melupakan bahwa ada pihak yang mungkin mengambil semuanya jika tidak menjaganya dengan baik.

    Soal tanah dan kepemilikan, semoga kita tetap menjaga banget untuk diambil oleh asing, yang mengimingi kelimpahan tetapi kenyataaannya merampas. Thanks ya untuk tulisan yang detail soal kekayaaan minyak akar wangi tetapi membawaku dengan banyak pemikiran atas negeri.

    ReplyDelete
  11. Betapa sangat menghargai pendatang yang ingin melihat2 pertanian ya mbak mereka. Ikut senang dan merasa spesial saat disambut demikian meriah. Ah, masyarakat kita tuh emang sejatinya saling meng gini ya.

    Kemudian sempat ikut sedih saat tanah yang mereka gunakan jadi HGU, yang seharusnya bikin kerja sama dengan pemerintah lebih lancar, malah jadi gk membawa kebaikan untuk para petani. Makanya lumayan senang juga saat baca pembentukan SPP ini. Malah masyarakatnya sendiri yang bahu membahu saling menyejahterakan sih ya ini namanya.

    ReplyDelete
  12. Kehadiran SPP ini bagus banget buat membantu para petani yang kadang gak punya kemampuan untuk menawar hak2nya terutama dalam hal mempertahankan tanahnya atau mungkin menentukan harga jual panennya ya. Apalagi banyak org licik di luar sana yang suka memperdaya petani.
    Ternyata berkat SPP, petani di Garut jadi lebih melek di bidang akademik dan juga jadi tahu tanaman apa saja yang sebaiknya ditanam supaya bisa dibudidayakan lebih mudah dan kalau dipanen juga menguntungkan ya.

    ReplyDelete
  13. Saya awalnya lihat postingan Mbak Mei di IG, Mbak. Dan keren sekali ini Kunjungan ke petani akar wangi di Garut yang memiliki komunitas tinggi. Bagaimana masyarakat di sana memanfaatkan lahan di lereng gunung. Saya suka sekali dengan kerajinan akar wanginya. Kalau ke sana mau beli topinya. Dan saya suka sekali ke tempat seperti ini. Jalan-jalan sekaligus menambah pengetahuan

    ReplyDelete
  14. Banyak banget kegunaan dari minyak akar wangi ya mbak. Bersyukur banget jika keberadaan akar wangi bisa meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Aku setuju nih dengan mendukung beli produk lokal (maria tanjung)

    ReplyDelete
  15. Minyak akar wangi ini rpoduknya bisa dibeli di online kah ka? Saya mau beli...penasaran

    ReplyDelete
  16. Wah, seru juga tema reformasi agraria ini
    Memang seharusnya, lahan petani harus memberikan banyak manfaat nagi kehidupan petani itu sendiri ya mbak

    ReplyDelete
  17. Ternyata rendemen akar wangi ini ga sampai. 10% ya
    Manfaat akar wangi tidak hanya untuk pengharulntaoi juga efektif mencegah longsor ya. Maksudnya Indonesia ku

    ReplyDelete
  18. Brarti ini tujuan utama SPP utk mendapatkan hak kepemilikan tanah sudab berhasil ya mba? Para petani sudah mendapatkan kembali akta tanah tg menjadi hak miliknya...
    Dan Indonesia sudah sepantasnya berbangga karena menjadi satu negara penghasil minyak akar wangi yang mana jumlahnya hanya 3 saja di dunia ini..

    ReplyDelete
  19. Kalau ga ada tulisan ini, mgkin aku ga akan pernah tahu apa itu ajar wangi. Indonesia kaya akan tumbuhan yang bermanfaat ya mbak. Reformasi agraria ini penting bagi bangsa kita tercinta

    ReplyDelete
  20. Ini sih petani bukan sembarang petani namanya soalnya kaya raya. Hehe. Tapi ih beneran ya pemerintah kita ini dari dulu sampai sekarang nggak pernah berubah Mereka sebenarnya nggak ingin rakyatnya maju kayaknya

    ReplyDelete
  21. pengalaman yang seru dan bermanfaat banget ini buat nambah ilmu. Aku sendiri belum pernah melihat langsung proses penyulingan akar wangi ini.
    Dan waktu melihat story temen-temen blogger kemarin, ternyata bisa bernilai jual tinggi ya terutama untuk akar yang udah kering, jadi pajangan yang bagus-bagus.
    Kreatif banget warganya, bener-bener memanfaatkan alam dengan baik

    ReplyDelete
  22. Berkesan banget ya perjalanan ke Garut ini ketemu dengan masyarakat kampung Sukamukti yang berhasil mengangkat taraf hidup mereka sendiri dengan bertanam akar wangi untuk minyak.. patut diacungi jempol keuletan dan kerja keras mereka.. Mbak Ruli lagi di Jakarta?

    ReplyDelete
  23. Berkesan banget ya perjalanan ke Garut ini ketemu dengan masyarakat kampung Sukamukti yang berhasil mengangkat taraf hidup mereka sendiri dengan bertanam akar wangi untuk minyak.. patut diacungi jempol keuletan dan kerja keras mereka.. Mbak Ruli lagi di Jakarta?

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah kalau ada serikat petani seperti SPP sehingga petani bisa mendapatkan perlindungan dan pengarahan. Makin sejahtera pastinya karena hasil tani diolah jadi minyak akar wangi.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..