Minyak Akar Wangi, Semerbak Aroma Perjuangan Petani

   

Akar wangi di desa Sukamukti - Garut

    Di Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Garut, tersebutlah suatu pedesaan di kaki gunung Cikuray yang warganya hidup sejahtera dari hasil bertani. Siapa sangka, dulunya daerah ini adalah desa miskin yang lahan pertaniannya di bawah kendali korporat yang tidak berpihak pada keadilan ekonomi warga asli setempat. 

    Kisah ini, bukan fiktif belaka. Ini adalah kisah perjuangan petani untuk bangkit, menegakkan keadilan ekonomi, keadilan agraria dan keadilan ekologis. Mari lanjut baca kisah ini sampai akhir.

Perjalanan Ke Desa Sukamukti, Cilawu - Garut

    Kali ini perjalananku menuju ke sebuah pedesaan bernama Desa Sukamukti, Kecamatan Cilawu - Garut, Jawa Barat. Aku bersama teman-teman di Komunitas #EcoBloggerSquad (EBS) menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Jakarta. Saat itu Jakarta sedang ramai sekali demo besar di DPR dan bertepatan setelah malamnya ada driver ojol yang wafat dilindas mobil brimob. berangkat dari Jakarta pukul 06.30 pagi terutama untuk menghindari demo masa yang lebih besar dijalanan. Suasana saat perjalanan cukup menyenangkan bersama teman-teman yang memang dari dulu sevisi di bidang lingkungan, meski tak menutup diri bahwa hati kami masih tertaut pada kejadian mengerikan di ibukota dan panasnya suasana baik di dunia daring dan luring.

   Awal tiba di desa ini kami langsung disambut suasana sejuk, belum terasa dingin meski harinya hujan. sawah dan lahan pertanian terbentang dimana-mana sangat menenangkan hati melihatnya. aku sampai berpikir saat itu, enak kali ya kalo pensiun nanti slow living di desa ini pasti rasanya tenang. Setiba di lokasi untuk bertemu para petani, aku benar-benar kaget dengan sambutan warga. Bayangkan sejak kami turun dari mobil hingga ke titik kami berkumpul yang kurang lebih 200 meter, berkumpul semua warga berbagai usia dari bapak-bapak, anak-anak hingga lansia menyambut kami dan bersalaman seperti menerima tamu undangan penting.

    Setiba di lokasi kami berkumpul, makin kaget lagi karena ramai sekali anak-anak desa usia sekolah sholawatan menyambut kami, iyaaa kalian gak salah baca, Sholawatan !!! jujur seumur hidupku, baru kali ini aku disambut seperti ini dan aku merasa sangat terhormat dan sedikit insecure karena merasa belum pantas di sholawatin, karena siapalah diriku ini *terharu banget sama sambutan warga. Apalagi yang bikin kaget? ada panggung, ada warga semua usia dan kalangan sampai ke ibu-ibu dan pelajar. Ada ustadz, para petani tentu saja, ada jajanan lokal yang semuanya hasil pertanian (kacang rebus, ubi rebus, pepaya, dll) dan ada juga tim perwakilan dari Serikat Petani Pasundan (SPP) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Apalagi? ada lagu Indonesia raya dari para pelajar dan lagu mars nya SPP sebagai pembuka, kurang epic apalagi coba....

Perjalanan seru Eco Blogger Squad
Bersama para petani SPP desa Sukamukti - Garut

Serikat Petani Pasundan (SPP)

Jadi apa tujuan kami datang ke Cilawu? mendengarkan cerita dari para petani di SPP dan support dari KPA bagaimana akhirnya desa miskin ini berubah jadi desa berdikari seperti saat ini. Oke here it is... 

Markas SPP di Garut, Jawa Barat

Serikat ini lahir pada tahun 2000 membawahi para petani di bumi Pasundan, tepatnya di Garut. Itulah kenapa tujuan kami langsung menuju Garut meskipun SPP ini sebenarnya sudah ada di berbagai kota di Jawa Barat seperti Ciamis, Pangandaran, Bandung, dll. Di Garut ini, berdirinya SPP diprakarsai oleh Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Garut (FPPMG) yang mulanya memang mengurusi masalah Agraria, lingkungan dan kemiskinan. 

    Seperti pada umumnya, yang namanya serikat itu lahir dari berbagai keresahan yang sulit diungkapkan oleh masyarakat kecil, lalu dibentuk SPP ini untuk menguatkan para petani Garut secara hukum. Sebenarnya apa yang menjadi keresahan? Menurut cerita para petani, dulunya tanah pertanian mereka di Kecamatan Cilawu ini di kerjakan sendiri pada era pemerintahan Presiden pertama Indonesia. Seiring waktu para era orde baru, tiba-tiba Hak Guna Usaha (HGU) diserahkan kepada korporasi. Dimana setelah kehadiran korporasi, para petani miskin juga semakin miskin, tidak memiliki hak atas tanah kehidupan mereka sendiri yang sudah mereka tinggali sejak leluhur mereka dulu.

    SPP kemudian memperjuangkan hak atas tanah bagi para petani, membuat para petani memiliki kekuatan baru karena bersatu dan sepakat untuk tidak menyerahkan lagi HGU kepada korporasi dan memilih mengelola sendiri. Tentu saja perlawanan ini tidak mudah, bagaimana pun pemerintah juga sebenarnya perlu korporasi untuk devisa negara dan dengan harapan ada lapangan kerja untuk para petani. Namun para petani setelah sekian tahun membuktikan bahwa dengan mengelola tanah pertanian mereka sendiri, masyarakat jauh lebih sejahtera.

    Berbeda pendapat dengan pemerintahan Indonesia tentu tidak mudah dan tidak menjadi niat mereka untuk berbeda. Tapi bagaimana lagi jika para petani kesulitan ekonomi, pendidikan dan hal lainnya dan tak kunjung berubah sekian tahun lamanya. Sehingga ketika HGU korporat berakhir di tahun 19889, perjuangan SPP langsung dimulai di tahun 2000. Namun, siapa sangka hal-hal besar justru dicapai para petani terutama Desa Sukamukti dan Organisasi Tani Lokal (OTL) lainnya di Garut setelah ada SPP. Para petani yang bernasib sama, yang dulunya justru menjadi warga miskin ketika tanah mereka dikuasai pihak korporasi. Kini di tahun 2025 sudah bangkit dan banyak sekali perubahan. Informasi berharga ini saya dapat langsung dari para petani dan pihak SPP.

    Hal-hal besar capaian para petani sejak ada SPP:

1. Edukasi pertanian, SPP memberikan edukasi pada para petani mengenai tanah Garut yang sangat subur. Petani yang dulunya hanya berpikir menanam Ubi dan Jagung, kini beralih menanam tanaman lain: Akar Wangi, bawang merah, kubis, tomat, brokoli, cabai, daun bawang, tembakau, semua ditanam dengan metode tumapng sari. Metode menanam banyak jenis dalam 1 lahan. Metode ini, membuat petani bisa panen secara bergiliran berbagai jenis tanaman dan ekonomi terus berjalan.

2. Sarana Pendidikan, kemajuan ekonomi para petani pada akhirnya membuat SPP bisa mendirikan sekolah sendiri. yang mulanya menggunakan guru-guru lokal dari para kader SPP hingga akhirnya bisa punya guru sendiri dan bahkan saat ini mereka telah memiliki pondok pesantren. Selain ini para petani juga melek pendidikan dengan menyekolahkan anak para petani ke kota, lalu kembali untuk membangun desanya masing-masing.

3. Pemberdayaan perempuan, sejak ada SPP wanita istri-istri petani tak sekedar membantu mengelola pertanian. Tetapi juga berdaya mengelola hasil pertanian, mengelola keuangan dan pemerataan hasil pertanian antar para petani. Sungguh pondasi semakin kuat dengan pemberdayaan perempuan ini.

4. Fasilitas umum, dengan pengelolaan yang baik dan benar di SPP, swadaya para petani akhirnya membuahkan hasil jalan penghubung wilayah pertanian dan perumahan. Saluran air antar rumah warga yang mengalir deras dan terinstalasi baik, juga sarana peribadatan seperti mesjid dan musola.

5. Usaha penunjang ekonomi, dari SPP ini akhirnya berkembang menjadi usaha lain yang menambah kuat ekonomi para petani. seperti tempat penyulingan minyak akar wangi yang harganya milyaran, rumah jamur yang menghasilkan ratusan juta perbulan, kopi lokal yang dikemas higienis dan beredar luas, hingga akar wangi yang bisa jadi souvenir khas Garut

5. Kepemilikan Lahan, sebenarnya ini yang utama dan diperjuangkan para petani SPP selama bertahun-tahun. Yaitu sertifikat tanah menjadi milik petani lokal, warga lokal yang sejak dulu turun temurun tinggal di berbagai desa di Garut. Yang setiap tahun mereka gaungkan suaranya di hari tani. Semua petani kompak untuk berdiri tegak mempertahankan lahan agar menjadi milik rakyat akhirnya tercapai, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

        Semua pencapaian-pencapaian ini jujur saja membuat saya dan teman-teman Eco Blogger Squad kagum. Desa Sukamukti di kecamatan Cilawu ini benar-benar berdikari dengan hasil para petani.

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

    Perjuangan para petani mendapatkan hak-haknya ini selaras dengan adanya KPA ini yang bertujuan untuk mewujudkan DaMaRa (Desa Maju Reforma Agraria). Apa sih ini? Nah perjuangan SPP atas perubahan kepemilikan tanah agar sertifikat tanahnya dimiliki oleh petani lokal telah menjadi tuntutan reformasi di bidang agraria. Sebenarnya hal ini juga banyak di perjuangkan di daerah lain di Indonesia oleh para masyarakat adat pedalaman, kan. Sehingga KPA dan SPP menyebutnya reforma agraria.

    DaMaRa ini adalah perwujudan dari gerakan inisiatif para petani yang menuntut reforma agraria. Yang awalnya para petani lokal merasa memiliki tanah hijau tapi ekonomi mereka tidak hijau, kemiskinan merata, kesulitan pangan akibat korporasi yang menggunakan HGU juga bukan untuk produk pangan rakyat, rakyat yang mulanya korban kini berubah menjadi pejuang Reforma agraria. 

Tujuan Reforma Agraria adalah penataan ulang penguasaan tanah, penataan produksi dan konsumsi, penataan distribusi yang menggunakan prinsip kolektif, kemandirian dan kedaulatan rakyat, keadilan agraria, keadilan ekonomi, keadilan gender dan keadilan ekologis.

    Sehingga DaMaRa ini adalah perwujudan dari sinergi reforma agraria dengan pembangunan pedesaan, sesuai dengan apa yang dicita-citakan SPP. Dimana setelah 25 tahun berdirinya SPP hampir semua cita-cita para petani telah tercapai. Berdikari, meningkatnya ekonomi dan hak atas tanah sendiri.

Semerbak Minyak Akar Wangi Di Sukamukti

    Jujur ini pertama kalinya aku tau tentang Akar wangi. Ketika tiba, tempat kami memarkir mobil tepat di tempat penyulingan minyak akar wangi, jiwa kimiaku meronta-ronta menuntut untuk melihat lebih dekat bagaimana proses penyulingan minyaknya. Tapi sabar dulu, kita menelusur mulai dari sumbernya.

    Setelah diskusi panjang lebar dengan para petani di OTL Sukamukti, kami disuguhi makanan-makanan lokal yang segar hasil pertanian lokal. Tau nggak, meskipun menunya sederhana berupa lalapan, tapi sambelnya masyaallah sedapnyeeeee, ada ikan asin dan tempe tahu menambah coletan sambal jadi lebih menggelora ditambah sayur lalapan yang semua mentahan fresh baru dipetik. Surga dunia banget, tentu saja kami semua makan lahap. Setelah itu kami menginap di rumah warga, Aku kebagian untuk tinggal di rumah Ibu Yuyu, disini tidak ada penginapan karena di perkampungan kan, tapi vibes perlakuan Bu Yuyu ke kami serasa ibu angkat ketika menjalanin KKN. 

Bersama Ibu Yuyu, ibu angkat kami
Warga Sukamukti tempat kami tinggal
Kiri kanan: Mbak rien, Mbak Mei, Aku dan Kak Siti


    Dari Bu Yuyu yang hanya tinggal bersama cucunya, kami mendapatkan cerita bahwa suami Ibu Yuyu dan anak menantu beliau pun semuanya petani dan pengusaha di bidang pertanian, semua turun temurun menjadi petani. Tapi bukan petani miskin, lho. Mereka berkecukupan, rumahnya bagus dan cukup hingga beribadah umroh. Hanya saja, pilihan mereka untuk hidup sederhana saja di pedesaan.

Petualangan di Desa Sukamukti, kaki gunung cikuray

    Paginya kami dibawa ke perkebunan akar wangi, naik mobil pick up hingga terasa seperti jadi petani lokal. Kami berbaur dengan para petani dan kader-kader SPP. Kanan kiri kami disuguhi pegunungan yang Cikuray yang sejuk dan ditanami pertanian warga. Terbentang akar wangi dimana-mana di ketinggian lebih dari 1200 mdpl. 

Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) adalah tanaman sejenis rumput yang berasal mula dari India. Tidak semua negara bisa ditanami akar wangi, hanya 3 negara di dunia yang menghasilkan aroma akar wangi salah satunya Indonesia. Dan tidak semua daerah bisa ditanami akar wangi, hanya di Garut ini lahan yang bisa menghasilkan akar wangi dengan kandungan minyak tertinggi, di daerah lain kandungan minyak atsirinya lebih rendah. Akar wangi ini sering disebut rumput pencegah bencana karena banyak manfaatnya.

Manfaat tanaman akar wangi:

  • Mengendalikan erosi tanah, sehingga cocok ditanam didaerah lereng yang mudah erosi
  • Menahan Banjir dan longsor kekuatan Akarnya 1/6x kekuatan baja
  • Memperkuat lapisan tanah
  • Menahan lumpur 35x lebih kuat dibandingkan rumput

Proses Pembuatan Minyak Akar Wangi (Vetiver oil)

    Karena tulisan ini sudah cukup panjang, aku akan membuatnya lebih singkat ya. 

Pembuatan Minyak Akar Wangi

    Tanaman akar wangi ini akan di panen kalau sudah menguning dan ketinggiannya mencapai 80-100 cm. Kemudian tugas para petani adalah memisahkan tanaman dengan akarnya. Bagian atas akan di tanam kembali, bagian akar di pecah-pecah serabutnya sehingga terpisah dari tanah dan tingkat berbentuk bongkahan besar.

       Setelah selesai preparasi, akar wangi akan di muat ke karung-karung kemudian dibawa ke tempat penyulingan. Di masukkan ke dalam tangki vakum penyulingan dengan suhu tinggi. Metode yang digunakan oleh tangki ini adalah distilasi uap air (steam distillation) dimana nanti pemanasan ini akan memisahkan minyak atsiri dengan uap air dan ampas akar wanginya. Duh, bahasanya anak teknik banget yak, tapi aku yakin yang membaca pasti paham sih. Pemanasan suhu tinggi menggunakan tungku selama 6-24 jam, tidak boleh terlalu lama atau justru akan merusak kandungan minyaknya. Hasilnya nanti di tampu di ruang uap dan didapat ekstrak minyak akar wangi yang biasa disebut Vetiver oil.

 Pemanfaatan Akar Wangi:

  1. Minyak Atsirinya untuk Industri Parfum dan kosmetik
  2. Esensial oil akar wangi untuk obat-obatan dan produk penunjang kesehatan
  3. Bumbu rempah masakan karena karakternya seperti sereh
  4. Daunnya dapat menyerap karbondioksida, pakan ternak dan pembuatan atap
  5. Cindera mata estetik dari sisa akar wangi yang tidak terpakai

      Indonesia terkenal sebagai penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Beragam hasil rempah bisa dijadikan esensial oil. Seperti kayu putih, nilam, cendana, cengkeh, sereh, hingga akar wangi. Harganya pun tidak main-main mengingat proses pembuatannya pun tidak mudah. Beruntung sekali aku dan teman-teman #EcoBloggerSquad akhirnya bisa menyentuh dan mencium langsung wanginya vetiver oil ini. Wanginya seperti aroma kayu dan tanah pada akar, tapi dapat sensasi rasa mewah juga di dalamnya.

Baca juga: Biopori, cara mudah mengolah sampah dapur

    Dalam satu kali penyulingan, petani Sukamukti membutuhkan 1-1,5 ton akar wangi. Dimana jumlah ini nantinya akan menghasilkan sekitar 7-8 kg vetiver oil. Namun hasil ini bergantung pada musim. Jika kemarau, akar wangi akan lebih cepat panen dan hasil rendemennya banyak. Sedangkan di musim hujan biasanya menurun 30-50%. Minyak akar wangi atau vetiver oil ini biasanya di jual 1,5juta hingga 5juta tiap kg nya tergantung kualitas saat itu. 1,5 ton akar wangi ini biasanya dihasilkan dari sekitar 1-1,5 ha lahan. Sedangkan SPP di wilayah Garut ini memiliki lahan lebih dari 800 ha. 

        Nah bisa dibayangkan sepanjang tahun akan ada akar wangi yang di suling karena di panen bergiliran setiap lahan. Di panen secara bergilir karena ditanamnya pun tidak bersamaan. Tapi di gilir sepanjang tahun area tanamnya. Vetiver oil ini kalu sudah beredar dipasaran dalam bentuk essensial oil, harga oilnya bahkan bisa mencapai ratusan ribu di botol kecil. Itulah kenapa akar wangi ini menghasilkan milyaran rupiah sepanjang tahun.

      Bagaimana kehidupan ekonomi para petani tidak meningkat sejak hadirnya akar wangi. SPP dan FPPMG telah berhasil menaikkah ghirah perjuangan para petani, bahwa menjadi petani itu tidak identik dengan kemiskinan. Petani tidak identik dengan kehidupan jadul dan tidak berpendidikan. 

————

     Dari cerita perjalanan ini, banyak hal baik yang kita dapat. Bahwa pertanian di Desa Sukamukti dan seluruh petani dimanapun, adalah mereka-mereka yang bertahan untuk menegakkan ekonomi restoratif yang berkelanjutan. Mereka-mereka yang mencintai tanah Indonesia ini berhak mendapatkan kepemilikan hak atas tanah. Mari dukung Reforma Agraria dan kembalinya tanah untuk rakyat, bukan milik investor. Silakan berinvestasi sebesar-besarnya di Garut, tapi lahannya tentu tetap milik petani Indonesia. 

     Penting sekali bagi kita warga negara Indonesia menjaga kekuatan ekonomi lokal, agar kemiskinan tidak membuat kita harus menjual tanah kita kepada asing. Salah satunya adalah membeli produk lokal, baik dari petani maupun dari hasil-hasil hutan Indonesia. Kadang aneh juga kalau penduduk Indonesia suka menggunakan produk-produk import padahal asal muasal bahan bakunya dari Indonesia juga. Ini peluang juga bagi kita yang bukan dari kalangan petani atau masyarakat adat, yaitu berinvestasi pada produk-produk lokal dalam negeri agar makin mendunia. Itu juga upaya kita, untuk mencintai tanah dan hutan Indonesia sekaligus mendukung ekonomi restoratif. 

       Dukung perjuangan Serikat Petani Pasundan (SPP) agar lahir juga petani-petani pejuang di daerah Indonesia lainnya yang kegiatan ekonominya lebih berpihak pada kesejahteraan warga lokal dan meningkatkan ekonominya menjadi lebih baik. Dan dukung juga Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) untuk mewujudkan Desa Reforma Agraria (DaMaRa) di berbagai wilayah di tanah air. 












      

No comments

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..