Aku Hanya Mengajak Anak Keduaku ke Belitong, Karena...

Pulau Lengkuas - Belitong

Perjalanan wisataku kali ini agak berbeda, biasanya aku hanya pergi berdua dengan suami atau sekalian membawa ketiga anakku. Tapi kali ini aku hanya membawa satu saja dari ketiga anakku, yaitu anakku yang kedua, Qowiy. Banyak teman-teman dekatku bertanya kenapa hanya Qowiy yang diajak? kenapa tidak ketiganya, atau kenapa bukan si bungsu saja?

Kenapa Ke Belitung?

    Mungkin beberapa teman dekatku sudah mengenalku bahwa aku adalah anak pantai, pecinta pantai, fans berat dunia bawah laut dan semacamnya lah. Awal aku mengenal Belitung atau kadang disebut Belitong adalah dari Film Laskar Pelangi. Tapi film itu tidak mengenalkan banyak, mereka hanya memamerkan sedikit pantai dengan bebatuan. Tidak begitu banyak keliatan indah pantai dan lautnya. Lebih banyak ke budayanya yang membuatku tertarik saat itu. Lalu aku mencari tau sendiri lebih jauh, dan menemukan indahnya Pulau Lengkuas, birunya lautnya, indahnya under waternya, jujur aku mencarinya sendiri di jagat maya. Akupun melihat fakta, ternyata biaya kesini relatif murah/terjangkau. 

    Kalau dari Banjarbaru tempat aku tinggal, biayanya relatif hampir sama dengan biaya wisata ke Bali, atau wisata ke Lombok. Jadi karena aku sudah pernah Bali Lombok, daripada mengulang lagi, aku memilih menjelajahi tempat baru, apalagi biaya lain-lain di Belitung relatif murah. Nanti aku ceritakan di post berbeda tentang biaya-biaya di Belitung. Saat ini aku mau cerita anak keduaku dulu ya, intinya ke Belitung karena aku tertarik pada wisata pantainya, biayanya relatif terjangkau bagiku dan yaaa...ingin menelusuri juga jejak kisah laskar pelangi.

Kenapa Mengajak Anak Keduaku

    Suatu saat ketika sudah besar, anakku mungkin juga akan bertanya-tanya kenapa aku melakukan itu. Karena membawa anak kedua (tengah) bukan hal umum. Biasanya membawa si bungsu karena mereka cenderung tidak bisa ditinggal, atau mengajak anak pertama karena mereka sudah paham. Jadi inilah cerita kenapa Qowiy yang diajak bertualang ke Belitung.  

1. Qowiy seperti atlas berjalan

    Setahun terakhir Qowiy menunjukkan ketertarikannya kepada tempat-tempat di seluruh dunia. Setahun ini dia sudah melahap 3 atlas, 1 globe, 2 buku RPUL (rangkuman pengetahuan umum lengkap), dan pengetahuannya mengenai negara-negara dan wilayah Indonesia sudah cukup banyak dan melebihi anak-anak seusianya pada umumnya, bahkan kakaknya yang mau ujian kelulusan SD, kalau pelajaran IPS bertanya pada Qowiy dan dia selalu bisa menjawab kebutuhan kakaknya dengan benar. Qowiy pun bercita-cita menjadi traveler ketika besar nanti, sehingga Qowiy jadi sangat haus bertualang. Kenapa atlas sampe 3? karena tiap dibelikan atlas dia bawa kemana-mana hingga akhirnya rusak sana sini dan minta belikan lagi.

    Tak hanya Belitung sebenarnya tapi kemana saja Qowiy mau ikut asal ke tempat-tempat baru. Kami sebenarnya juga ingin mengajak Qowiy ke Monas di Jakarta, tapi saat kami transit di Jakarta, tempat wisata di Jakarta banyak di tutup efek dari pandemi Omicron, makanya kami memilih langsung ke Belitung dan transit hanya muter-muter di bandara saja.

    Ibarat kata, kami memfasilitasi anak sesuai dengan passion dan bakatnya dia kemana, karena Qowiy menunjukkan bakat dan pengetahuan yang tinggi terhadap berbagai daerah tentu saja mengajaknya ke Belitung akan menambah knowledge yang dia punya. Dimana kedua anakku yang lain tidak memiliki passion itu, biasa-biasa saja kalau diajak traveling. Sedangkan dengan kemampuan Qowiy ini, rasanya sayang sekali kalau tidak diajak bertualang sejak dini.

Pulau Pasir - Belitong

2. Anak pertama mengikhlaskan

    Jangan ditanya, bagaimana perasaan kami, tentu ada rasa gak enak dan merasa tidak adil. Tapi ya kami hanya punya budget terbatas. liburan berdua saja atau cukup 1 anak diajak, itu saja pilihannya. Si bungsu saat ini statusnya masih 5 tahun, dari pengalaman yang sudah-sudah, usia masih kecil ini nantinya juga akan lupa akan perjalanannya, dan lagi si bungsu Qodhi belum paham tempat wisata, dia akan lebih suka tempat seperti kebun binatang, dufan, pantai yang banyak wahananya, better diajak kalau sudah lebih gede sedikit.

    Lalu Qori si anak sulung, dengan usianya yang sudah pra-remaja, Qori sudah mulai males pergi-pergi, lebih suka lama-lama di kamar, main di rumah bawa temen, semacam itu. Qori sendiri bilang, traveling itu ribet dan capek, jadi Qori dengan sukarela menyuruh Qowiy saja yang diajak ke Belitung karena katanya Qowiy lebih perlu bertualang daripada dia. kami semua tau kalau Qowiy itu travel enthusiast. Sejujurnya kami pun segan mengajak Qowiy jikalau si sulung ini tidak ridho dan tidak ikhlas, pasti ada rasa gak enak juga, tapi kami patut bangga karena Qorira mengerti kondisi kami yang budget pas-pasan dan mau mengalah untuk adeknya tanpa harus dirayu atau dipaksa mengalah.

3. Dilema anak tengah

    Ibuku dan bapakku adalah anak tengah, begitupun suamiku. Aku saja yang anak pertama. Tapi aku sudah sering sekali mendengar ibuku bilang, jadi anak tengah itu selalu merasa kurang disayang atau kurang diperhatikan. Karena umumnya, dia mau nge-boss enggak bisa karena masih ada kakak yang lebih senior. Anak tengah mau manja-manja juga gak bisa karena ada anak bungsu yang paling manja. Jadi perhatian orang tua biasanya tertuju ke anak sulung atau bungsu. Cerita itu kudengar sejak aku kecil hingga tua begini ((tuaaaa)) dan aku tau ada rasa "beda" disitu. Entah itu luka, atau rasa sedikit iri dengan posisi si sulung dan bungsu. Tapi dari sini aku menyadari sih, posisi anak tengah memang sepertinya terlahir jadi orang bijak dan lapang menerima posisinya sejak kecil. Ah kalau bicara hal ini, aku langsung ingin memeluk Qowiy dan bilang "kamu akan merasakan kenyamanan yang sama sepeti kakak dan adekmu, kok".

    Aku adalah orang tua yang dari dulu sedih banget banget atau paling gak mau kalau sampai dikatain "orang tua tidak adil", meskipun Allah sudah mengatakan yang Maha Adil hanyalah Allah dan manusia sekali-kali tidak bisa berlaku adil, tapi tetap saja kan aku ingin berusaha mencoba seadil mungkin semampuku untuk menyayangi semua anakku. So, dengan mengajak Qowiy kami sebagai orang tua ingin menunjukkan, dia pun spesial, the one teristimewa di hati kami, punya tempat tersendiri.

    Kenapa bisa aku mengatakan ini cukup adil? ketika Qori masih jadi ada anak sulung, selalu dia yang dibawa kemana-mana, maka banyak sekali foto tunggal yang hanya ada Qori saja sebagai anak pertama. Lalu si bungsu, kelak jika kakak-kakaknya sudah pada lulus sekolah atau mondok, maka hanya dia yang tersisa, otomatis liburan pun mungkin banyak foto dia secara tunggal sendirian bersama kami orang tuanya. Jadi kelak Qowiy akan tau, bahwa dia pun spesial bagi kami, bukan cuma sulung dan bungsu saja yang teristimewa dan dibuktikan dengan foto-foto atau kisah selama di Belitung dimana hanya ada dia seorang yang liburan bersama kami. 

    Buat orang mungkin ini sepele, tapi buat kami ini hal penting banget, aku enggak mau anakku merasa kami gak adil, tidak terucap tapi terasa begitu. seminimal mungkin perasaan itu kami cegah, karena tentu saja kami menyayangi ketiganya dengan kadar sama pentingnya.

4. Snorkeling

    Dulu ketika Qori masih kecil, Qori aku ajak snorkeling di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Saat itu tahun baru menyambut 2013, usia Qori saat itu baru 2 tahun lebih. Hanya ada Qori saat itu dan dia ikut ke permukaan laut melihat ikan-ikan. Sebisa mungkin anak-anak diperkenalkan pada pantai dan dunia bawah laut sedini mungkin. Supaya bisa melihat keanekaragaman hayati di Indonesia. 

    Lalu perkenalan ini kami teruskan ke Qowiy yang saat ini berusia 7 tahun. Memang tidak sedini usia Qori ya tapi namanya rejeki, baru bisa berangkatnya tahun ini. Setelah 2 tahun masa pandemi. Kelak tinggal mengajak si bungsu buat snorkeling, mungkin anak mengajak Qodhi ke Bunaken atau karimun jawa, aamiin....

=======

    Nah itu tadi sekilas cerita, kenapa sih cuma anak tengahku yang diajak? Cerita sederhana ini kupersembahkan untuk anak-anakku yang kelak mungkin penasaran sama kisah ini. yang penting kalian selalu ingat tidak ada orang tua yang dengan sengaja berlaku tidak adil sama anak, mungkin sesekali khilaf, tapi bolehlah untuk terus diingatkan ya. 

    Mungkin ada juga yang bilang, makanya punya anak cukup dua saja, supaya semua jadi priority sulung dan bungsu. Enggak gitu juga konsepnya, poin disini adalah bagaimana orang tua berusaha berlaku adil sesuai kebutuhan anak. Mengenai jumlah anak, meskipun cuma dua bukan jadi patokan tiap anak akan merasa fair, kalo gak belajar jadi orang tua yang adil, tetep aja bisa ketimpangan kasih sayang. Tapi kalau orang tua berusaha banget untuk adil, punya anak 7-12 pun, insyaallah akan baik-baik saja. Silakan tanya ke teman-temen anda yang punya saudara banyak, hehehe..

Bersyukur sekali juga aku ngerasa, karena suamiku selalu support aku dengan keputusan-keputusan yang melibatkan emosional semacam ini. Bisa memahami perasaan dan visi misiku kepada anak-anak. My number one support system.


Kisah manis untuk dikenang
#Diary Trio Q





12 comments

  1. hihi qory sama kayak aku malas liburan karena ribet.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk iya mulai agak males dia skrg mbak, tp pas kami pamerkan foto2 di belitung dia agak nyesel ternyata belitong indah banget ya katanya, hahaha

      Delete
  2. Bakatnya jarang banget, unik, lho. Kalau besar bisa nih jadi pencinta alam, pinter dan keren udah baca atlas maupun RPUL. Memang harus dipupuk sejak dini ini bakatnya. Ke pantai, hemm jadi pengin kalau liat segernya di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang niatnya gitu mbak, di pupuk sejak dini kalo memang passionnya ke arah sana, apalagi emaknya juga seneng liburan

      Delete
  3. waa, masih dibelitung mbak, atau uda pulang ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uda pulang qaqa... Kesananya akhir februari lalu. Mas fajar domisili disana? Aku kemaren pas kesana nyari2 blogger belitung siapa yaa, gitu tp gak ketemu

      Delete
    2. yaa, sayang banget . kirain bulan mei ini mbak. heheheh. kapan kapan kalau ke belitung , kontak saya ya mbak, nanti saya sama istri saya, yang mendatangi mbak n keluarga :), ya domisili dibelitung :)

      Delete
  4. Kka qowy brrti kaya uln mba, sma2 anak ke 2 dan tengah yaaa begitulah, tdak ada tetangga yg memanggil nama ibunya dg sbutan nama kami d belakang wkkk, dan jiwa traveling atau keingin tahuan kami ckup besar

    ReplyDelete
  5. jadi membuka pikiran aku juga dari ceritanya mba Ruli ini
    jadi pengen main sama Qowiyy

    ReplyDelete
  6. Masyaallah dalem banget ternyata alasannya. Aku juga pernah baca kalau tidap anak itu perlu untuk punya qtime bersama orangtuanya, tidak bersama saudaranya. Mungkin caranya berbeda2 sesuai minat masing2. Seperti Qowiy yg suka travelling, qtime bersama ortunya tya travelling. Kalau minat anaknya suka membaca mungkin q timenya jalan2 ke toko buku. Hal2 semacam itu lah.

    ReplyDelete
  7. Jadi inget pas main ke pantai di Yogya. Rumah makannya sederhana dan yg dihidangkan ya seafood. Jadi langsung pesen cumi goreng tepung deh hahaa

    ReplyDelete
  8. Jadi kangen pantai deh aku. Keinget pas main ke pantai di yogya, kulinernya asyik, ada cumi goreng tepung favoritku

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..