Belajar Ekonomi Hijau Dengan Menjadi Pengepul Minyak Jelantah

Setelah menyelesaikan kuliah saya pada maret 2023 lalu, saya membuka usaha berbasis ekonomi hijau menjadi pengepul minyak jelantah. Hal ini sudah lama saya rencanakan agar kita bisa #BersamaBergerakBerdaya dengan aksi yang kolektif. Seperti kita tau, perubahan iklim sudah berdampak sangat nyata, beberapa bulan terakhir cuaca sangat ekstrim, dengan panas yang luar biasa dan ketika subuh menjadi sangat dingin.

Belajar Ekonomi Hijau


    Aksi kecil untuk menyelamatkan bumi tidak bisa dilakukan sendirian karena harus dilakukan secara kolektif agar hasilnya lebih cepat dan lebih terasa. Salah satunya penanganan soal sampah. Saya pernah menuliskan di blog saya tahun 2022 bagaimana akhirnya minyak jelantah mengurangi selimut polusi.
Jadi inilah yang mendasari bagaimana awalnya saya berpikir untuk menampung minyak jelantah dari orang-orang terdekat di sekitar saya.

Mengapa Perlu Recycle Minyak Jelantah


   Sedikit cuplikan dari blog saya sebelumnya, bahwa pemerintah saat ini sedang gencar mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, selain karena berakibat polusi udara yang berat karena asap kendaraan menjadi penyumbang besar polusi udara. Saat ini mobil listrik ramai dikembangkan, namun penggunaan listrik sendiri masih menjadi perdebatan karena listrik digerakkan dengan bahan bakar batubara yang penambangannya juga masih memicu kerusakan alam.

   Tahukah kalian, bahwa minyak jelantah adalah limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun), minyak jelantah adalah minyak sisa menggoreng yang sudah rusak, berulang kali dipakai dan warnanya berubah jadi coklat tua bahkan kehitaman. Sehingga bila dibuang sembarangan ke alam pun bisa merusak lingkungan, misalnya jika dibuang ke saluran air akan menyumbat dan bisa menyababkan banjir karena teksturnya akan mengeras jika terkena suhu rendah, jika dibuang ke tanah akan mencemari tanah dan bau, dan jika dibuang ke air akan merusak ekosistem perairan. 

    Minyak ini jika tetap digunakan akan sangat berbahaya bagi kesehatan karena mengandung lemak trans yang sangat tinggi memicu penyakit-penyakit berbahaya, namun sayangnya banyak orang masih tetap memakai minyak jelantah untuk memasak karena diakui memang minyak jelantah ini sangat lezat untuk berbagai makanan seperti untuk campuran sambal, untuk menggoreng terasi, dan berbagai gorengan lainnya. lemak trans dan sisa-sisa rasa gorengan ikan memang membuat citarasa minyak jelantah ini menjadi enak tapi mengundang penyakit, hayo pilih mana?

    Saya bisa tau ini enak karena sebelum saya tau soal jelantah ini saya juga sering makan streetfood yang menggunakan minyak sudah hitam ketika menggoreng dan menggunakan minyak jelantahnya untuk campuran sambal, dan itu enak banget rasanya, hehehe... jangan ditiru ya, malah kalau bisa penjualnya di edukasi. Cuma ya gimana, harga minyak goreng itu lumayan berat juga kalau buat pengusaha skala kecil, kadang harus kita sendiri yang bijak menyikapi soal minyak jelantah ini.

Belajar Ekonomi Hijau Dengan Menjadi Pengepul Minyak Jelantah Skala Rumah Tangga


    Dari sedikit pengetahuan ini, saya tergerak untuk membuang minyak jelantah dengan cara yang lebih baik, sehingga satya rajin mengumpulkan dan menyetorkan ke bank sampah. Hingga kemudian seorang teman menawarkan saya menjadi pengepul skala kecil-kecilan untuk bisa mengajak orang-orang di circle dan sekitaran saya menyetorkan minyak jelantah. Teman saya ini bekerja di gudang pengumpulan minyak jelantah yang kemudian disetorkan untuk diolah menjadi biodiesel.

    Jujur awalnya saya menolak, karena saya menolak keras penggunaan minyak jelantah yang di recycle menjadi minyak goreng kembali. Bukan faktor jijik, saya sebagai lulusan teknik kimia melihat memang minyak bisa di recycle menjadi minyak goreng baru dengan berbagai proses, namun kehalalannya sangat diragukan karena kita tidak tau sebelumnya digunakan untuk menggoreng bahan makanan halal atau tidak. Namun setelah diinformasikan bahwa produknya dirubah menjadi biodiesel saya justru sangat bersemangat. Saya pikir inilah saatnya saya belajar ekonomi hijau. Ekonomi hijau adalah kegiatan usaha yang tetap berkomitmen menjaga kelestarian alam bumi kita. Jadi selain mendapatkan keuntungan hasil dari saya menjual minyak jelantah ke gudang tadi, sekaligus saya mengajak para emak agar tidak membuang minyak jelantah ke lingkungan sekitar.

    Alhamdulillah usaha ini sudah berjalan 3 bulan dan sudah lumayan minyak yang saya berhasil kumpulkan. Utamanya yang menjual ke saya adalah tetangga-tetangga di komplek dan teman-teman yang rumahnya di sekitar saya, tinggal antar saja dan saya akan membelinya seharga Rp3000 rupiah. Ada sih di tempat lain yang menawarkan 5 liter minyak jelantah ditukar dengan minyak goreng, tapi menurut saran teman-teman dekat saya kan tidak semua orang butuh minyak goreng baru, siapa tau mau digunakan untuk membeli keperluan lain. Sehingga saya memutuskan tetap menukarnya dengan uang. Saya berharap gerakan belajar ekonomi hijau yang saya kerjakan ini nanti bisa berlangsung lama hingga berkembang.

Keuntungan Berbisnis Ekonomi Hijau Minyak Jelantah


   Darimana Untungnya? Minyak jelantah yang saya kumpulkan nantinya akan saya setorkan ke sebuah perusahaan bioenergy yang kemudian akan diolah menjadi biodiesel, dimana di gudangnya nanti minyak ini akan dibeli lebih tinggi daripada harga beli saya dari masyarakat. Kalau dibilang besar ya enggak besar banget tapi karena usaha ini orientasinya adalah untuk ibadah, untuk kebaikan bumi ini, upaya untuk bersama bergerak berdaya, maka saya meyakini hasil keuntungannya berapapun akan bernilai berkah, aamiin. 

Kumpulan Minyak Jelantah di Gudang Bioenergy
Akan diolah menjadi biodiesel


Berapa keuntungannya? Keuntungan yang saya dapat belum nampak signifikan karena saya memulai usaha ini belum lama, dan belum banyak yang menyetorkan, sebagian besar masih mengumpulkan. Kalau ditanya keuntungannya, menurut saya lumayan sekali untuk membantu perekonomian saya dengan effort yang tidak berat. Saya cukup janjian ketika akan ada yang datang membawa minyak, saya mengukur berapa liter  lalu saya bayar. Modalnya juga tidak banyak, hanya perlu spanduk, saringan, jerigen-jerigen besar, jadi buat saya keuntungannya lumayan. 

   Apakah prospeknya bagus? Tentu saja, saya bilang bagus ini utamanya untuk bumi kita, harapan kita upaya pemerintah untuk mengolah sampah B3 menjadi biodiesel akan lebih mudah terwujud karena kita semua bergerak bersama. Lingkungan juga lebih bersih dan banyak rumah tangga akan teredukasi. Pada akhirnya, akan makin banyak yang sadar untuk menyetorkan minyak jelantahnya, jadi prospeknya cukup bagus, bukan?


Bersama Bergerak Berdaya


   Pengumpulan minyak jelantah ini adalah satu upaya dimana seluruh kalangan masyarakat bisa turut andil bersama bergerak berdaya. Karena tentu saja setiap rumah menggunakan minyak goreng. Dengan cara ini ibu rumah tangga biasa seperti saya dan ibu-ibu lain turut serta mengurangi dampak perubahan iklim dan polusi akibat bahan bakar fosil.

   Yang mungkin para ibu sudah mulai rajin memilah sampah, mengurangi sampah, kali ini mari lengkapi dengan mengumpulkan minyak jelantah juga agar makin banyak gerakan yang kita lakukan secara kolektif. Apapun yang bagi kita hal sederhana akan besar dampaknya bila bersama-sama. Yuk coba liat-liat lagi apakah di sekitar ibu sekalian ada bank sampah atau pengepul minyak jelantah untuk menyalurkan sisa minyak jelantah di rumah.


Belajar Ekonomi Hijau


Yuk dukung ekonomi hijau, jika ingin memulai usaha, mari pikirkan ide bisnis yang mendukung gerakan perubahan iklim menjadi lebih baik. Selain dengan menjadi pengepul minyak jelantah seperti saya ini, ada juga usaha lain yang bisa dicoba. Misalnya usaha yang bisa mengurangi bungkus kemasan, usaha daur ulang sampah, membuat bank sampah, usaha yang bisa merecycle sisa limbahnya, usaha kain perca, usaha dengan bahan baku sampah plastik, dan berbagai ide lainnya. Mari di coba yuk siapa tau prospek bagus dan menarik di green industry.

Yuk belajar ekonomi Hijau

Kalaupun kita bukan pengusaha, maka kita bisa bergerak dengan mendukung usaha yang menggunakan ekonomi hijau ini dengan membawa tempat makanan sendiri, mengurangi pemakaian tisu di rumah makan, makan secukupnya dan mengurangi food waste, dan banyak hal lainnya. Intinya kalau kita sudah berniat membantu mengurangi dampak perubahan iklim, ada aja caranya.

By the way, sudah tau kan teamupforimpact.org yang sering aku ceritakan, dimana ketika kita melakukan berbagai challenge untuk kegiatan yang mendukung perubahan iklim, kita bisa mendapatkan poin yang dikumpulkan kemudian di tukar dengan pohon yang ditanam di hutan atas nama kita. Menarik banget kan menanam pohon di hutan tanpa harus ke hutan. Ikuti giveawaynya yang berupa reels instagram #BergerakBersamaBerdaya dan menangkan hadiah menariknya.

34 comments

  1. Whoaah kereeeeen. Btw, share juga dong Mbak nama dan alamat tempat menyetor minyak jelantahnya ehehehe XD

    ReplyDelete
  2. Mantap banget, Mbak. Lanjutkan!

    Kalau aku pribadi, di daerahku belum tahu jelantah larinya ke mana. Jadi selama ini ya berusaha gak bikin jelantah, pakai minyak seperlunya aja. Semoga sih ini juga bisa bantu Bumi kita

    ReplyDelete
  3. Wah menarik juga, Mbak. Kita bisa punya usaha sekaligus menjaga kelestarian lingkungan ya.
    Kalau mau jadi pengumpul minyak jelantah ini, apakah kita harus mendaftar dahulu ke badan yang mengumpulkannya? Lalu cari tau tempat yang menerima minyak jelantahnya gimana ya?

    ReplyDelete
  4. Keren, Mbak Ruli. Sampah domestik bisa disulap jadi peluan bisnis. Ini mirip kakak iparku di kabupaten sebelah yang mengelola usaha serupa. Aku sesekali kasih minya jelantah ke dia dengan imbalan sedikit rupiah. Emang sih mestinya gini, daur ulang atau pemakaian ulang barang bisa diberdayakan untuk menekan laju sampah dan terutama mengurangi emisi karbon. Semua orang bisa ambil peran sekecil apa pun sejak sekarang.

    ReplyDelete
  5. Ini beneran bisa jadi solusi buat lingkungan sekaligus bisa mendatangkan cuan. Semoga bisa menjadi inspirasi juga ya buat yang lain. Pejuang lingkungan banget sih ini

    ReplyDelete
  6. aksi nyata mbak Ruli amazing banget banget. Dulu waktu aku kecil kalau ngeliat orang yang masak pakai minyak jelantah keliatannya kayak jorok, kotor gitu. Namanya anak-anak juga nggak paham kenapa mereka mereka suka pakai minyak yang sama berkali-kali
    sekarang jadi makin ngerti kalau minyak jelantah juga bisa menyebabkan polusi

    ReplyDelete
  7. Wah ini menarik, menjaga lingkungan dalam aksi nyata. Melakukan hal besar dengan mengajak orang-orang untuk peduli lingkungan. Keren.

    ReplyDelete
  8. Jadi ingat kakak iparku yang juga bisnis minyak jelantah, Mbak. Memang ini bisa disulap jadi ekonomi hijau karena sampah minyak jelantah banyak dihasilkan, apalagi seiring tren warung pecel lele atau gorengan semacamnya. Kalau bisa kreatif kayak Mbak Ruli, bumi jadi sehat dan alam lestari.

    ReplyDelete
  9. Wah jd penasaran nih gimana usahanya utk jd biodiesel. Berarti kyk bahan bakar baru gitu ya mbak?
    Selama ini taunya minyak jelantah tu didaur ulang jadi sabun, baru tau ada yang dijadikan minyak goreng lagi, lha.... Iya sih agak meragukan kehalalannya ya, khawatir kalau ada yg makai buat goreng babi kriuk hehe.

    ReplyDelete
  10. Oalah.. baru tau kalau minyak jelantah bisa dimanfaatkan jadi biodiesel, Mbak.. Di daerah saya juga ada pengepul minyak jelantah, pikir saya buat apa coba minyak jelantah kok dibeli. Ternyata ini toh salah satu tujuannya.

    ReplyDelete
  11. Dampak buruk minyak jelantah bagi lingkungan ternyata seburuk itu ya, Mbak. Di deket rumahku sepertinya belum ada pengepul minyak jelantah. Ada tapi agak jauh, sih. Apa aku jadi pengepul kayak mb Ruli aja, ya? Hehe.

    ReplyDelete
  12. Wah, keren banget kak Ruli..
    Di Bandung aku mau juga kalau ada yang menampung minyak jelantah. Karena sejujurnya, selama ini masih aku wadahin botol plastik dan kerap aku berikan ke Pak Sampah. Mungkin juga sama Pak sampah tidak dimanfaatkan dengan baik. huhuhu..

    Dengan Bersama Bergerak Berdaya, kita semua bisa 3R semua bahan dengan baik dan tidak merusak lingkungan.

    ReplyDelete
  13. Keren Mbaa ide dan eksekusinyaaa. Itu pas kumpulin ke pengepul nantinya, tinggal kumpulin aja berarti? Terus namanya apa Mba?

    Ide menarik yang bisa ditiru, apalagi kalau tinggal d komplek atau tetanggaan yg lumayan banyak, di sini jg biasanya bingung mau salurkan minyak jelantah kemana, bs ditiru ini idenya Mba Ruli hihi

    ReplyDelete
  14. Wah berarti mba baru lulus ya. Kalau gitu selamat ya mba untuk kelulusannya. Semoga berkah mba ilmunya 😊. Oh ya, mba hebat lho. Abis lulus lalu bikin bisnis yang bergerak di ekonomi hijau. Masyallah. Usaha sambil melindungi bumi ya mba namanya 😊

    ReplyDelete
  15. Gimana dengaku yang masih berusaha misahin sampah organik dan non organik. Kadang bingung juga minyak jelantah dibuang kemana, akhirnya kumasukkan ke botol dan masuk tempat sampah. Sangat menginspirasi mbak Ruli, solutif sekali.

    ReplyDelete
  16. Yaaa, sayang lokasinya jauh dari rumah saya. Padahal ada beberapa jerigen jelantah karena saya bingung ngebuangnya. Lagi pengen cari yang dekat rumah. InsyaAllah usahanya terus berlimpah berkah ya, Mbak. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengumpul minyak jelantah emang belum banyak. Aku pun nyari. Dan karena belum nemu, jadi sebisa mungkin gak bikin jelantah alias pakai secukupnya aja

      Delete
    2. Iya nih mbak aku juga belum menemukan kalau pengepul minyak jelantah dekat sini. Tapi kalau di deket tempat temenku juga ada yang kebanyakan tu biasanya dibikin sabun gtu.

      Delete
  17. Wah menarik ijin ada nilai ekonomis juga pastinya yah kan. Kalo aku udah nyoba gak menghasilkan minyak jelantah, jadi di awali dengan menggunakan minyak keliatan bagus lalu dari cara penggunaan. Alhamdulillah sejauh ini buat aku dan keluarga berhasil

    ReplyDelete
  18. Wah, mantep mba... Kalo deket ulun datangi rumah piyan.. wkwk.. Ham kenapa bahasa banjar.. Seriusan di rumah minyak jelantah biasanya sy pake buat kalo mau bikin ikan bakar. Bukan buat ikannya. Tp pengganti minyak gas buat nyalain api. Belakangan krn gak sering bikin lagi jadi numpuk. Bingung diapain. Rencana mau dibikin sabun tp sepertinya aku tak serajin itu..wkwk

    ReplyDelete
  19. Mbak Ruli keren banget aksi nyata #BersamaBergerakBerdaya nya. Aku pribadi jujur udah 2 tahun ini menyimpan minyak goreng bekas pakai sejak ada ajakan dari PPK RT untuk mengumpulkan mijel, yang nantinya dikirim ke pihak pengolah mijel RKK, yang akan diolah menjadi bio diesel. Kebetulan kami di rumah pengguna minyak sekali pakai saja. Ga pernah lagi 2x pakai, karena menghindari penyakit yang diakibatkannya. Makanya jadi banyak mijel di rumah. Ini aja kayaknya udah ada 12 literan belum dikumpulin lagi. Kalau dekat, mungkin udah kuantar ke Mbak Ruli. Tapi di sini udah ada tempat pengumpulannya sih.

    ReplyDelete
  20. Keren banget si mbak usahanya semoga makin sukses ya kedepannya. Di kompleks ku sempet kerja sama sama mahasiswa dr univ swasta di semarang merwka datang sebulan skli ambil minyak jelantah yg akan diprosea jd biodisel. Jd akr kami semangat juga ngumpulin minyak.jelantah

    ReplyDelete
  21. dari minyak jelantah bisa membantu kelangsungan lingkungan bumi ini, kamu keren banget deh mba

    ReplyDelete
  22. Saya tertarik nih dengan konsep mengepul minyak jelantah, bagus tuh bisa dijadikan bahan dasar biodiesel. Cara mencari pengolah biodieselnya gimana ya mbak? Bisa diinformasikan ke ibu2 PKK nih ntar pas arisan. Rata2 kan pengguna minyak goreng. Hanya saja karena kurang pengetahuan, jelantahnya ya udah dibuang gitu aja.

    ReplyDelete
  23. Salah satu sebab mengapa aku melarang anak anak dengan keras untuk jajan gorengan yang dijual di tepi jalan adalah masalah minyak jelantah ini. Kadang kadang tahu atau ubi yang digoreng itu berasal dari minyak yang sudah sangat hitam. Makanya di rumah pun saya jarang menggoreng, atau kalau menggoreng dengan minyak sedikit saja, agar jelantah nya tidak terlalu banyak sisanya. Karena saya tidak punya asisten rumah tangga, dan pekerjaan seharian juga sibuk banget, makanya minyak jelantah itu saya buang saja ke Selokan. Wah ternyata itu bisa jadi salah satu penyebab there Sumbat nya saluran air ya. Besok besok akan mulai lebih peduli lagi soal jelantah ini

    ReplyDelete
  24. Keren banget kamu mak, di area rumahku belum ada pengepul minyak jelantah. Padahal kadang tuh suka bingung kalau habis masak di rumah, minyaknya mau dikemanain kayak sayang terbuang tapi memang sudah tak layak digunakan lagi. Semoga semakin banyak yang peduli dengan adanya kegiatan ini ya.

    ReplyDelete
  25. Bravooo mba... langkah nyata seperti ini akan membawa banyak manfaat bagi bumi kita tercinta ya mba. Aku kayaknya pernah lihat di Jakarta juga

    ReplyDelete
  26. Nanti akan jadi tempat yang dicari orang-orang, Mbak. Masih 3 bulan memang bisa dikatakan sedikit yang tahu.
    Di sini juga ada, dan cukup banyak juga yang menjadi pengepul-pengepul kecil.
    Btw, bisa dijadikan sabun juga lho....

    ReplyDelete
  27. Di area rumahku belum ada nih pengepul minyak jelantah seperti ini. Harusnya banyak cabangnya nih biar minyak jelantah bisa direcycle dan jadi lebih bermanfaat. Masih ada banyak yang pakai minyak jelantah buat masak soalnya.

    ReplyDelete
  28. wah coba rumah ruli dekat aku bisa setor langsung minyak jelantah ke tempat ruli. hehe. semoga aja nanti di tempatku jg ada pengepul minyak jelantah ini untuk diolah jadi biodiesel bukan untuk digunakan kembali

    ReplyDelete
  29. Inspiratif banget kak Ruli ini tuh..
    Awalnya gak mudah pasti ya.. tapi lama-lama semakin banyak orang yang tergerak dan sadar bahwa recycle minyak jelantah bisa bantu menjaga kebersihan lingkungan.

    ReplyDelete
  30. Aku salut padamu mbak! Gak kebayang minyak saat ini harganya yang selangit apalagi bensin ya!

    ReplyDelete
  31. Perlu edukasi secara konsisten kepada ibu-ibu soal minyak jelanta ini, bisa dimulai dalam lingkungan keluarga dulu. Saya tuh sering dikatai boros soal minyak kelapa, soalnya saya hanya pakai dua kali penggorengan bahkan kalau habis goreng ikan yg terkadang minyaknya agak hitam saya buang saja, makanya dikatakan boros.
    Dan ketika saya sampaikan bahayanya menggunakan minyak goreng yang habis dipakai menggoreng berkali-kali alias minyak jelantah, malah tidak didengar.

    Mungkin kalau punya usaha pengumpul minyak jelanta mereka mau kali ya membuang minyak jelantahnya di tempat saya, wkwkwk. Kan dapat duit sekaligu merawat bumi.

    ReplyDelete
  32. Mbaaa kalo kita Deket rumahnya, aku kumpulin ke mbak deh. Di Deket rumahku blm banyak yg ngumpulin begini. Makanya agak susah. Aku hrs hubungi pengepul yg lumayan jauh, dan aku yg samperin jadinya.

    Ini masih ada Bbrp minyak jelantah yg aku udh kumpulin tp blm bisa kasih 🤣. Sbnrnya aku udh ga banyak juga sih pake minyak. Makanya minyak 2 liter aja kdg bisa sampe 3-4 bulan baru abis 😁. Itupun kalo kebetulan masak yg goreng ayam atau risol.

    Tapi jelantah yg ada skr memang niatnya mau aku KSH ke pengepul. Blm ada waktunya aja 😄

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..