Kenapa Aku Masih Menulis Hingga Saat Ini? Sebuah Curhat..

Mengapa aku menulis? 


Aku lupa entah berapa kali aku menulis blog tentang mengapa aku menulis, mengapa aku suka menulis dan untuk apa aku menulis. Ah, itu mungkin pertanyaan lama, pertanyaan yang mungkin masih relevan adalah, mengapa aku masih menulis hingga hari ini? Seketika jari jemariku berebut untuk mengekspresikan berbagai kata yang terlintas di kepalaku. Ya, karena bagiku kalau ditanya hal itu, maka aku punya beragam alasan yang semuanya ingin kujadikan alasan utama.


Makin hari isu tentang kesehatan mental makin digaungkan. betapa pentingnya mental sehat terutama di masa pandemi dimana semua orang berada dalam level stres yang luar biasa, baik stres dalam hal ekonomi dan masalah kesehatan. Bahkan angka perceraian meningkat tajam selama pandemi. Lalu kemudian seruan untuk bahagia menjadi pesan-pesan utama. Utamakan kebahagiaan diri sendiri, self love, healing, jangan lupa bahagia, kini menjadi akrab di telinga kita. Bagaimana dengan menullis?


Menulis membuatku bahagia

Jangan ditanya entah berapa banyak hal sudah kucoba, mana hal yang paling membuatku senang dan jadi diri sendiri terutama saat aku resah atau ingin mengeluarkan emosi. Aku pernah coba dengan shopping kaya orang-orang, tapi bukan bahagia yang ku dapat justru aku stres liat saldo atm ku sesudahnya, hiks. Aku pernah mengalihkan dengan nonton drama atau film, nyatanya genre yang aku suka kan kisah romantis, kadang berhasil membuat bahagia tapi justru kadang membuatku makin galau baper dan belum sepenuhnya happy, Traveling tentu sulit sejak dua tahun terakhir pandemi karena semua wisata tutup meski sekarang udah pada buka lagi. Aku coba membaca buku, tapi kondisi mengasuh anak membuatku sulit fokus membaca dan aku gak suka kalau membaca sepotong-sepotong. Aku cukup berhasil dalam memelihara tanaman, cuma sejak cuaca tak menentu aku seperti kehilangan mood merawat tanaman. Nah, terakhir olahraga, aku suka lari atau joging dan ngerasa me time banget cumaaaa...biasanya sulit ninggalin anak, jadinya cuma bisa di akhir pekan, gak asik kan rempong amat ya mau me time aja.

Menulis blog membuatku bahagia, karena bisa kulakukan kapan aja dimana aja, lebih fleksibel, dan aku merasa ketika menulis itu jadi platform dimana tidak ada yang membantahku, tidak ada yang menghakimiku, karena blognya kan milikku sendiri sehingga aku bebas menulis dan curhat apa saja seperti saat ini. 

Komentar tentu saja ada, tapi karena blog itu milikku maka aku bebas donk mau menerima atau menghapus komentar orang. Cuma alhamdulillahnya hingga hari ini aku belum pernah delete komen yang berkomentar negatif, bukan berarti tidak ada komen negatif cuma biasanya masih dalam tahap wajar jadi biasanya yang aku hapus cuma kalo ada spam atau mengandung link hidup. 

Saat menulis itu aku bebas mengatakan apapun yang membuatku merasa lega, plong. Percaya atau tidak, aku masih suka menulis semacam diary hingga sekarang, biasanya aku lakukan itu jika sedang sulit memegang handphone, jadi aku masih punya buku sejenis diary di rumah. 

Sebenarnya menulis buku lebih asik daripada menulis blog, karena dengan buku kita tak perlu mendengar komentar orang tentang buku kita karena tidak ada kolom komentar online di buku. Paling yaaa kolom komentar IG kita yang penuh komentar orang ya. Tapi tentu kita harus terus adaptasi sama keadaan, intinya sih nulis ya nulis aja dimana pun platformnya semua ada plus minusnya, dan aku gak peduli dimana platformnya asal uneg-unegku keluar, itu akan happy ending.

Menulis membuat emosionalku lebih terkontrol. Bahagia tidak berlebihan, sedih tidak lebay, karena semua diluapkan dalam tulisan perlahan dalam paragraf, kadang meledak-ledak, kadang sambil menangis, kadang sambil ketawa dan sumringah. Bedanya hanya apabila yang kutulis tidak berfaedah, aku memutuskan tidak mempublikasikannya. Perubahan nyata sekali terjadi setelah aku menulis dan lebih rajin menulis, mood selalu membaik tiap kali selesai menulis dan ketika menulis itu seperti ada rasa feeling good yang sulit aku paparkan seperti apa, ya intinya menulis membuatku bahagia.


Menulis membuatku berharga

Menjadi IRT dan menulis adalah pilihanku sendiri, aku senang banyak di rumah dan merasa positif ketika menulis. Siapa sangka akhirnya menulis dari rumah bisa menghasilkan uang, padahal bukan itu target awalku menulis, bukan? Tapi dunia tak sebaik itu gaes, tentu saja banyak yang mengira aku tidak melakukan apa-apa yang menghasilkan selama ini. Padahal aku mendapatkan pundi-pundi rupiah dari menulis. 

Banyak yang mengira aku cuma bisa pakai daster dan mengurus anak. Hanya meminta uang saja kepada suami, anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah sih, hahaha.. Nyatanya memang aku di nafkahi suami sih alhamdulillah, tapi dari menulis pun aku banyak menghasilkan untuk diriku sendiri bahkan bisa turut membantu perekonomian keluarga,  tapi ya sudahlah. Toh tujuan aku tidak menulis dan mendapatkan uang bukan untuk memuaskan pikiran orang lain. 


Berbagai alasan kenapa aku tetap menulis? 


Banyak juga yang menyayangkan ijazahku, tidak dimanfaatkan karena aku hanya di rumah. Ngapain kuliah capek-capek, padahal bisa ngantor dan sebagainya. Lalu kenapa aku masih menulis?

Menulis blog membuat aku merasa berharga, karena ada yang membaca dan mengambil hikmah dari apa yang aku tulis. Membuatku bisa menyalurkan pengalaman, review, informasi edukatif dan berbagai hal lain tentang kegiatan sehari-hari. Meski tidak sebidang dengan pendidikan akademikku tak masalah, hidup kan tentang seberapa bermanfaat kita untuk orang lain.

Yang menyenangkan tentu saja ketika ada orang-orang yang bertanya tentang isi dalam blog kita, konsultasi, sharing, apalagi kalau ada yang minta saran sama kita, wah rasanya seperti berhasil membawa dampak baik dan amal jariyah. Beberapa kali aku diminta menjadi narasumber dalam seminar atau aku diminta hadir kegiatan wanita karena aku penulis blog. Tapi, ya meski tanpa menghasilkan uang pun, tanpa jadi narasumber pun, tanpa diundang sebagai blogger, aku tetap akan menulis. Dibaca oleh pembaca di dunia maya aja, aku sudah senang karena merasa tulisanku berharga.

Tapi dengan alasan yang aku tulis di poin sebelumnya, kadang tak banyak yang membaca pun tak mengapa, aku tetap senang menulis karena aku bahagia. Toh menulis tak selalu bagus dimata orang, ada yang banyak dibaca ada yang sepi pembaca. Karena menulis membuatku bahagia, aku seakan tak punya alasan kenapa juga harus berhenti menulis, mungkin kali ini tulisanku tak bagus, tapi mungkin tulisan sesudahnya akan bagus, begitu aja seterusnya.

Dengan menulis, aku yang seorang IRT akhirnya bisa jalan-jalan ke Kuala lumpur, lalu mentraktir suamiku jalan-jalan ke singapura dengan uang menulis, aku pernah 2x ikut tes IELTS, membeli handphone, laptop, hingga ikut renovasi rumah dengan penghasilanku dari menulis dan kebahagiaan printilan lainnya yang mungkin terabaikan karena tak perlu diingat lagi. Tapi kadang yang dilihat orang, semua yang aku punya adalah hasil pemberian suamiku, karena dia yang bekerja kantoran. Dulunya aku sering baper dianggap begitu, tapi lama-lama aku cuek, toh aku tidak merasa perlu menjelaskan ke semua orang, lagipun capaian ku ini tak seberapa, di atas langit masih ada langit, bukan? Mungkin aku sudah memiliki bakat-bakat sebagai selebriti papan bawah yang sangat cuek sama pendapat yang maha benar. Aku berharap nanti bisa mentraktir suamiku pergi haji atau umroh dari uang menulis, aamiin. 


Pencapaian-pencapaian ini membuatku merasa berharga, bagi diriku sendiri. Karena aku merasa lebih baik dari diriku yang dulu. Mungkin Ruli yang beberapa tahun lalu hanya IRT tanpa apa-apa, tanpa karya. Mungkin dulu Ruli tak pernah punya pencapaian apapun dalam hidupnya, tak tau mau mencapainya lewat mana, hanya mengharap rejeki datang sendiri tanpa usaha. Tapi kini, aku merasa diriku berharga dan berani bermimpi untuk punya berbagai pencapaian karena ada celah jalan yang bisa kutempuh, dan ini self love yang lebih dari segalanya buatku.


Menulis membuatku semakin "Ada"

Salah donk kalau aku menulis dengan "aku menulis maka aku ada", nyatanya tanpa menulis pun aku tetap ada, Allah membuatku ada, bukan tulisan. Aku tetap hidup seperti biasa jika aku tidak menulis, aku baik-baik saja jika tidak menulis. Namun menulis membuat aku merasa semakin "Ada", seakan menulis itu mewakilkan, oh iya Ruli masih eksis kok di bumi ini, itu tulisan blognya masih update. Sesederhana itu, maka jika aku tidak menulis mungkin rasanya seperti "oh Ruli sekarang sudah tidak aktif lagi di dunia menulis/blog", Ruli kemana sih gak keliatan, begitu. 

Sehingga aku merasa menulis menjadi sebuah kebutuhan aku berkomunikasi dengan dunia luar, untuk masih tetap di anggap eksis sebagai manusia bumi. Mungkin keberadaan orang biasanya ditandai dengan eksis di media sosial, eksis membuat karya, eksis bekerja kantoran, eksis jualan, dan aku eksis dengan tulisanku di blog. Aku merasa aku ada jika aku menulis blog, aku aktif membagikan tulisanku di sosial media, ikut share link, aku ikut komunitas blog. Tentu saja aku insecure ikut komunitas blog jika aku tidak menulis, bukan?

Saat orang-orang sibuk belajar SEO, page one, plugin dan sebagainya, aku masih stuck berkutat di blogspot tanpa kekuatan apa-apa. Bukan tak peduli, tapi waktu memang belum cukup untuk kesana, kalau ditanya tentu saja aku ingin belajar semua itu. Tapi saat ini aku mempertahankan untuk tetap "ada" saja rasanya perjuangan, manajemen waktu yang belum bagus. Aku berpikir, aku bertahan dulu saja daripada aku hilang. Nanti kalau manajemen waktu sudah bagus, tentu saja aku akan belajar lebih baik lagi ngeblog nya. 

Bisakah aku tidak menulis?

Berbagai perubahan gaya blogger, mulai dari yang dulunya murni menulis curhat atau pengalaman, hingga membuat brand mulai melirik untuk kerjasama ditengah maraknya pencarian berbasis google. Hingga kemudian wabah pandemi melanda dan berbagai kegiatan diadakan secara online, semakin naik daun para blogger dalam berkegiatan. Ditambah lagi kemampuan para blogger yang kian meningkat seperti keahlian membuat infografis, skill fotografi, plus akun-akun sosial media para blogger yang memiliki banyak follower. Seakan menjadi paket komplit yang membuat profesi blogger kian diakui.

Aku sudah pernah mencoba tidak menulis, saat aku sedang giat mengejar beasiswa S2 ke luar negeri, aku sampai keluar dari beberapa group WA untuk fokus. Tapi nyatanya aku tetep nakal dengan tetap menulis, mengambil beberapa job dan menulis dengan dalih uang. Hingga akhirnya aku gagal mendapatkan beasiswa keluar negeri, padahal aku sudah sampai tahap seleksi akhir waktu itu. Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa tidak berhenti menulis, kenapa tidak fokus belajar? tapi nyatanya apa, aku sangat sedih tapi aku tetap saja menulis setelah itu.

Malah akhirnya yang tanpa usaha apa-apa, yang tanpa harus berhenti menulis aku berhasil dapat beasiswa di Bradford, UK di akhir tahun 2020. Tapi aku tidak berangkat, ya karena pandemi, dan banyak sekali pertimbangan. Ah sudahlah.. postingan ini bukan untuk membahas perjuangan beasiswa S2 ku. Intinya, aku bisa saja tidak menulis, hanya bagiku sulit, seperti sudah mendarah daging. Aku menulis sejak kecil, menjuarai lomba menulis baik puisi maupun mengarang cerita hingga juara lomba blog dan menjadi narasumber berbagai kegiatan seputar blogging. Bagaimana aku bisa sepenuhnya lepas. Mengenai kegagalan dan keberhasilan dalam hidupku aku kembalikan lagi itu adalah faktor rejeki. 

Sebagai penulis akupun mengalami writers block, kehilangan ide dan mood. Tapi itu tak lama, biasanya aku segera balik lagi menulis. rekor terlama aku tidak menulis hanya sebulan mungkin, eh kurasa belum pernah, hanya 2-3 minggu aku sanggup cuti menulis. Bagaimana dengan kalian? berapa lama kalian sanggup membuat blog kalian berdebu? seminggu, sebulan, setahun, sewindu? Ah.. mungkin kalian mengalihkannya menjadi status-status panjang di sosial media. Tak apa, selagi kalian tetap suka ketak ketik, menulislah apapun medianya, aku memahamimu, kawan!


Hari Blogger Nasional

Senang sekali akhirnya sekarang ada Hari blogger Nasional yang diperingati setiap 27 oktober, aku merasa hobby ini akhirnya makin dihargai dan dianggap setelah peringatan ini ada. Tak peduli orang bilang "alah cuma nulis doank apa susahnya", ada juga yang bilang blogger itu penulis apa sih? penulis buku bukan, jurnalis juga bukan. Sebanyak-bayaknya duit blogger tetap dianggap enggak kerja, pernah dengar yang bilang begini? aku sering... Atau ada yang bilang profesi yang dianggap, tak apa selagi kamu ada disisiku, kawan! (berasa kaya lagu enggak sih? hahaha). 

Tapi kembali lagi, dengan menulis aku merasa bahagia, aku merasa semakin "ada", aku merasa tak bisa lama-lama untuk tidak menulis. Dibalik itu semua selagi lingkunganku membuatku nyaman untuk tetap menjadi blogger, lebih baik kita terus merayakan hari Blogger dan menjadi blogger yang benar, menulis yang baik, menjadi manusia baik, meng-influence yang baik dan menebarkan kebaikan. Menulislah...

Lomba menulis WB

Perkenalkan Warung blogger, aku lupa kapan aku bergabung di Komunitas ini. Komunitas yang menurutku agak beda dari yang lainnya. Membuatku yang tak tau SEO ini nyaman disana, motivasi terbesar dari WB adalah terus menulis, menulis saja, apapun yang terjadi pada blog kita maka menulis saja. Itu motivasi yang selama ini aku dapat ketika disana, entah kaloau member lain merasakan yang lain, tapi bagiku ya beginilah. Ibaratnya tuh, menulis saja maka kamu tetap jadi keluarga besar WB, tak peduli tulisanmu berbayar atau tidak, SEO atau tidak, sudah berapa bulan kamu tak sempat menulis, tak apa selagi masih ada rasa sebagai penulis blog di darahmu, maka tetaplah disini.

Maka memperingati Hari Bloger Nasional tahun 2021, WB yang terus menggalakkan gaung happy blogging mengajak aku dan kita semua untuk menulis khusus dengan tema: "Kenapa saya masih menulis?"



WB mengajak kita para blogger untuk menyampaikan pada dunia kalau kita cinta dengan dunia tulis menulis. Membangunkan kembali teman-teman yang cukup lama hilang di dunia tulis ini. 

Tulisan ini adalah salah satu bagian dari lomba menulis WB. Iya selain faktor kerjasama brand, lomba adalah salah satu motivasiku tetap menulis. Ihhhh cuma nulis kalau ada maunya? ya harus begitu. Kalau saat lelah, sibuk, stuck, harus ada motivasi yang membuatnya bertahan. 

Begini yang kamu bilang kamu cinta menulis?? Ha..segini aja? Aku belum yakin apakah aku mencintai dunia menulis atau tidak, bahkan KBBI saja aku masih tertatih. Yang aku tau, aku tidak nyaman kalau tidak menulis, mau dibilang kecanduan juga enggak, tapi kalau tanpa menulis aku tidak bisa.  Kenapa aku masih menulis?  Begitulah aku merasa menulis sudah jadi bagian dari diriku, keseharianku, hidupku, aku nyaman dengan menulis, aku merasa menulis seperti bagian dari tubuhku yang aku tidak bisa kehilangan atau lepas darinya apapun yang terjadi. Ya, aku akan terus menulis meski dunia tak sepenuhnya berpihak kepada penulis.

18 comments

  1. Ahahah uyeee akhirnya tulisan Mba Ruli terbit, aku menanti-nanti dari semalam wakakak.


    Mba Ruli aku nggak akan komentar panjang-panjang tapi intinya aku enjooooooy dan loveeeee sekali sama postingan ini. Kaya ditulis dengan mengalir dan enak dan penuh cinta setelah bertahun-tahun menggeluti nulis blog.

    Terus menulis Mbak, kusuka baca tulisan-tulisan blog Mbak Ruli :D

    ReplyDelete
  2. bener banget sih, menulis itu bisa melepaskan strees dan bisa dijadikan lahan curhat karena terkadang ditulis lebih melegakan daripada diomongkan

    ReplyDelete
  3. Kalau aku nulis seperti obat stress..kalau nggak nulis rasanya ada yang kurang..

    ReplyDelete
  4. Ikut mengamini hal-hal baik yang diimpikan dari menulis. Melakukan ini banyak manfaatnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kalau aku sih berharapnya bisa sa terus menulis sampai nanti

    ReplyDelete
  5. Kalau udah lama ngeblog rasanya justru aneh kalau gak nulis lagi ya mbak.
    Setuju banget mbak pas ada yang DM karena terbantu atau sekadar nanya2 soal postingan kita, kyk senang aja gitu bisa membantu org lain. Gk bisa tergantikan materi sih kalau gtu.
    Eh tooss krn menulis jg aku bisa nengokin KL :D
    Huwaa gak jd berangkat sekolahnya krn problem apa mbaj? #kepoh

    ReplyDelete
  6. Makanya aku ragu pas mb Ruli bilang mau hiatus ngeblog dulu. Soalnya udah pernah bilang dan gagal hiatus kan. Hahaha.
    Aku pun juga gitu, Mbak. Misal lama gak nulis tuh kayak kecewa pada diri sendiri. Ada yang hilang tentu saja. Dan akhirnya ya balik nulis lagi. Gak peduli tulisanku jelek di mata orang lain. Haha.

    ReplyDelete
  7. Kak Ruliii...
    MashaAllah, ihii...sekarang makin sibuk euuii, sibuk sekolah dan menulis.
    Aku kaguum banget sama kak Ruli. Orngnya santai tapi begitu menulis, banyak sekali insight yang tiperoleh dari membaca tulisan kak Ruli.

    Terus menulis dan bahagia bersamanya, kak Ruli.
    Semoga gak baper-baper lagi ((meski aku mau bilang "Aku banget nih.. kalau dapet komentat negatif, auto baper, huhuu))

    ReplyDelete
  8. Iya setuju, menulis membuat kita berharga. Saya sendiri merasa dengan menulis blog ada nilai lebih yang bisa saya tonjolkan dalam portofolio atau interaksi di dunia nyata. Trus bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan informasi.

    ReplyDelete
  9. "menulis itu jadi platform dimana tidak ada yang membantahku, tidak ada yang menghakimiku, karena blognya kan milikku sendiri sehingga aku bebas menulis dan curhat apa saja"

    ayo, buat tulisan yang bisa bikin rangorang julidin kamu di belakang kamu :-D

    dan ini
    "Aku lupa entah berapa kali aku menulis blog tentang mengapa aku menulis, mengapa aku suka menulis dan untuk apa aku menulis. "

    kayanya memang jadi klise ya untuk para bloger.

    di blogku juga banyak.
    bedanya, kamu konsisten aku enggak.

    Dan terima kasih untuk tetap selalu menulis!

    ReplyDelete
  10. Kita harus tetap selalu menulis biar bisa waras. Hehe. Untuk bloger curhat sepertiku, menulis itu menenangkan banget. Kalau Mbak Ruli curhatnya malah sudah banyak menghasilkan. Keren.

    ReplyDelete
  11. Menulis bikin melega semua rasa yang ada di dalam dada mba. Kurang lebih samaan banget kita mba. Semangat terus kita

    ReplyDelete
  12. Setuju dengan kata2 menulis membuat kita semakin ada. Krn memang tanpa menulispun, kita sudah ada, cuma kurang kedengaran aja 😄.

    Naaah buatkupun menulis itu healing terapi mba. Susah untuk berhenti menulis, Krn dari zaman SD aku memang suka menulis di buku harian. Aku paling suka pelajaran bahasa, trutama kalo disuruh membuat karangan atau cerita.

    Agak susah memang menjelaskan ke orang2 apa enaknya membaca, apa asyiknya menulis, kalo mereka sendiri ga suka membaca dan menulis. Makanya akupun ga mau repot ngejelasin itu.kalo mau membahas buku dan tulisan, udah paling bener Ama orang2 yang 1 aliran aja, yg sama2 suka menulis, dan suka membaca 😁.

    Untuk tahap ini, aku menulis blog hanya buat having fun, nyalurin hobi dan supaya ga lupa. Belum tertarik samasekali utk cari duit dari sini . Masih kepengin menulis dengan bener2 objektif tanpa ada request harus menulis begini begitu. Mungkin itu juga alasan yg bikin aku masih santai, ga terlalu mikirin traffic, Krn toh aku menulis buat kepuasan diriku sendiri :).jadi sampai kapanpun, rasanya susah untuk mau berhenti menulis. Even banyak blogger skr pindah haluan ke YT, aku masih setia di blog. Ga suka juga bikin video gitu 😅

    ReplyDelete
  13. Dulu sebelum nikah, shopping baju itu rasanya happy. Bisa pakai baju bagus kemana aja, punya barang bagus. Soalnya dulu kerja kantoran dan belum ada tanggungan.

    Sejak punya anak sekarang mau beli apa aja mikirnya lama, makanya di keranjang e-commerce pada numpuk entah kapan mau dicekout. Mikirnya mending ditabung aja buat dana pendidikan. Wkwk

    ReplyDelete
  14. Hari Blogger Nasional menjadi pengingat bagik: udah berapa lama jd blogger? Banyak nulis organik ataukah stagnan begitu gak ada job nulis? Berhubung writer's block-ku adalah mood. Hahaha.

    ReplyDelete
  15. Menulis membuatku ada. Thats a reality. Spy berasa dihargai n mrs bermakna, menulis adl segalanya.

    ReplyDelete
  16. menulis itu memang banyak sekali manfaatnya. bahkan kemarin aku ikut pelatihan dan ternyata menulis itu juga merupakan salah satu praktik dari mindfulness. semoga menulis bisa selalu menjadi bagian dari hidup kita ya sampai tua nanti

    ReplyDelete
  17. selamat hari blogger juga mbak
    perjalanan yang nggak bisa dilupakan sampe berada dititik yang sekarang ya mbak
    aku sendiri lupa kapanjoin di WB, seingatku waktu pertama kali ada ya #pede
    soalnya waktu itu anak anak WB bikin majalah, dan aku editor disana sama temen temen yang lain
    ini komunitas blog pertama yang aku ikuti waktu itu, dan tahun segitu masih belum banyak komunitas blogger

    ReplyDelete
  18. Aku juga bahagia ketika setelah menulis. Apalagi kalau menulis hal yang mendatangkan banyak cuan haha.

    Jujur menulis itu self healing murah bagiku

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..