Siapapun pilihanmu, Kamu tetap temanku!

Gegap gempita pilpres telah di mulai, padahal coblosnya masih tahun depan, tapi status dan antusiasme masyarakat sudah dimulai dari sekarang. Ya, dari sejak pendaftaran capres cawapres di tutup KPU. Timeline medsos bertebaran status tentang politik


Apa saya kaget? Engga.. Kegiatan saling sindir, nyinyir, delete contact, cinta dan benci berlebihan itu sudah terjadi sejak pilpres sebelumnya. Di sambung dengan pemilihan gubernur DKI, yang bersamaan dengan kejadian kasus ayat suci Alquran bersama Pak BTP.

Pada saat itu sudah dimulai, semuanya.. Hingga saat ini yang mungkin akan berlanjut hingga tahun depan. Sesaat kemarin setelah kasus Pak BTP selesai vonis dan gubernur sudah dilantik. Semua panas sosmed mereda. Tapi sekarang mulai lagi. Seiring dengan maraknya hastag #2019gantipresiden.

Para penikmat politik sekarang sudah berani menyampaikan pendapatnya ke sosmed. Pertanda ia senang pada pilihannya. Itu wajar, kita juga kan kalo sedang mengalami sesuatu, saat senang atau sedih kita share. Hanya topiknya saja yang berubah jadi politik.


Lalu bagaimana denganmu, temanku? Aku tau meski coblosan masih lama. Kamu juga pasti punya pilihan. Apakah sampai hari ini kamu masih bertahan untuk tidak pasang status soal politik? Great.. Saya pun menahan diri untuk itu. Saya hanya tidak siap jika ada komentar yang membuat saya tidak nyaman. Bukan berarti saya tidak peduli politik.

Untuk yang sudah pasang status politik, bagaimana keadaan hati kalian? Masih stabil saja atau sudah ada teman yang di blokir? Beruntunglah kalian yang suka nyetatus politik tapi semua komennya adem ayem damai. Artinya gaya penulisannya memang adem tentrem, ga bikin orang baper bacanya. Kaya gini nih pasti di senangi banyak orang ya kan. 

Dear friends.. Sungguh aku tau bahwa hak setiap orang untuk berpendapat. Yang penting setiap status dan komen tetap rasional ya. Tidak mencari-cari keburukan dan bukan fitnah. Jangan sampai rasa cinta kita kepada pilihan kita, justru mendatangkan dosa.

Iyasih, aku juga bukan orang suci. Enggak mau sok-sokan  ngatain ini itu dosa. Hanya saja, kadang kita tidak tau ada dosa yang kita lakukn tanpa sadar hanya karena nyetatus/ngomen. Ga tau kalo ternyata yang kita ucapin itu fitnah, aib orang lain, atau mungkin menyakiti hati orang lain. Aku pun tak luput dari dosa yang mungkin berlimpah dari sosmed, tapi sebisa mungkin yuk kita minimalkan.

Tulis status yang fakta saja, dan rasional, komen sesuai dengan fokus fakta. Jangan sampai komentar kita ngalor ngidul entah kemana tidak fokus. Akhirnya tercatat kita sebagai manusia yang cinta berlebihan dan benci berlebihan. Tercatat dimana? Ya di malaikat yang tiap hari mencatat amal ibadah kita. Pikirkan matang-matang sebelum menulis status/komen ya teman.

Aku punya pilihan, kamu juga pasti punya calon pilihan. Siapa dia? Mungkin kita sama, mungkin saja berbeda. Tapi, Jika itu sama, apakah kita saling setuju? Belum tentu. karena yang aku pilih pun belum tentu benar. Sudah banyak politikus yang melanggar janji kampanye-nya. Jadi aku pun tidak yakin 100% pada pilihanku. Aku masih berencana istikharah nanti supaya tidak salah pilih. Jadi meski sekarang pilihan kita sama, aku mungkin tidak selalu sependapat. Tapi tentu saja kamu dan aku adalah teman, bukan? 

Jika pilihan kita berbeda, plis jangan musuhi aku. Aku pun tidak akan memusuhimu jika pendapat kita berbeda. Meski pilihan kita akan berpengaruh sampai 5 tahun ke depan, jangan sampai selama itu pula kita berkonflik. Siapapun yang terpilih, yuk kita doakan sama-sama untuk kemajuan negeri kita tercinta. 

Hal ini juga berlaku jika kita berbeda pendapat soal hal lain. Misalnya kita beda pendapat soal ibu bekerja dan ibu rumah tangga, soal vaksin, soal sufor dan Asi, soal lahir normal dan caesar, Aku harap, itu hanya sekedar kebebasan kita memilih. Aku pengen tetep damai selayaknya kita saling menghormati dalam ibadah, dalam beragama, begitu pula kita saling menghargai dalam pilihan kita ya. Aku menghargai pilihanmu, dan tolong hargai pilihanku. 



Dear friends, pilihan yang sama pun kadang kita belum tentu sependapat, belum tentu alasan kita sama dalam memilihnya. Atau bisa jadi alasan kita sama dalam memilih, tapu endingnya calon kita berbeda. Apakah kita harus memilih siapa yg salah di antara kita? Mencari sahabat itu sulit gaes, tapi mencari musuh itu mudah sekali. 

Apakah jika kita saling blokir, delete, itu akan melegakanmu? Bukan, itu bukan kamu. Itu syetan yang ingin memecah belah silaturahmi kita, merusak hubungan baik kita. 

Apakah jika kita berbeda pendapat kita akan saling menghindari obrolan ini? Tidak harus juga sih. Bisa jadi nanti kita bisa sharing bersama ya kan. Berbagi cerita yang tidak tau jadi tau. Yang penting obrolan tidak di sertai pemaksaan pendapat, pasti sangat menarik, bukan? 

Jika nanti pilihanku yang menang capres, apakah aku merasa benar? Belum tentu, kan kita juga masih menunggu kinerjanya, pembuktian janji-janjinya. Dan jika ada kinerja dan janji yang meleset, tolong jangan musuhi aku karena aku memilihnya. Karena itu tidak ada gunanya. Beliau yang terpilih bukan karena pilihanku seorang melainkan suara terbanyak masyarakat Indonesia. 

Begitu juga sebaliknya, jika pilihanmu yang menang dan misalnya dalam kerjanya ada yang tidak memuaskan, tentu akupun tidak akan memusuhimu, Karen itu bukan salahmu. Semudah itu saja kita berteman. Meski aku tau, pilihan ini bukan persoalan sepele, tapi dalam berteman kita buat saja semuanya jadi mudah. Agar kita merasa nyaman. Ya kan?  

Mari jadikan perbedaan pendapat sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja. Bukan hal yang jadi alasan untuk saling bermusuhan. Dengan menyampaikan perasaan ke medsos dengan kata-kata baik. Tidak saling serang, sindir, ataupun hina. 


Untukmu agamamu, untukku agamaku. Kita dengan pemikiran dan pendapat masing-masing. Insyaallah, dengan harmonisnya hubungan kita, ke depannya kita juga lebih legowo menerima siapapun presidennya. Gak pake baper, karena semua yang terpilih sudah menjadi takdir Allah yang sudah tertulis sebelum kita dilahirkan. Kitanya cukup berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan menjadi warga negara yang baik. Karena Indonesia adalah negara kita bersama, kita jaga kedamaian sama-sama. 

3 comments

  1. Mungkin buat kita bisa tetap berteman meski peda pandangan.

    Lalu bagaimana dengan sebut saja Cebong garis keras dan kampret garis keras

    Peta politik 2019 pasti akan lebih panas Dr 2014

    Semoga tetap damai

    ReplyDelete
  2. Di saat timeline memanas, melihat foto selfie teman jadi lebih menarik hehehe..

    ReplyDelete
  3. Jujur saya termasuk yang gatel banget pengen ikutan share opini pribadi terhadap masing-masing paslon di medsos, maklum blogger kan, hobinya saharing. Untung ada kode etik profesi pns harus netral. Jadi saya tahan deh. Kalo engga, bisa-bisa saya jadi salah satu dari cebong dan kampret, hiks.

    Kalau diamati sekarang emang udah level parah banget orang-orang. Fanatik buta sampe ga rasional lagi. Bagi mereka jagoannya adalah yang paling perfect tanpa celah, sedang yang lain tempatnya dosa. Aduuuh.. padal kalo salah satu calon udah kepilih kita semua ini ya bakalan tetep gini-gini aja. Yang pedagang ya tetep berdagang, yang pegawai kantoran ya tetep kerja pagi sampe malem gaji segitu-segitu doang, dll.
    Parahnya, sekarang semua kasus dihubung-hubungin sama pilpres. Kasus vaksin, kasus bencana, kasus pengeras suara bahkan asian games pun juga.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..