Kalau rindu gak boleh lebay ??

Assalamualaikum...

    Hal yang memilukan bagi seorang ibu, ketika anak gadis kecilnya tiba-tiba di dapur ia berkata "Qori rindu sama papah" lalu dia berlari ke ruang tv, duduk menyendiri dan terisak-isak dengan pilu. 
     Lalu aku berinisiatif untuk miscall papahnya agar si papah menelpon balik. Dan Qori yang mengangkat telponnya. Dia tidak bisa berkata-kata hanya kalimat "Qori rindu papah" dia ucapkan berulang-ulang dengan terbata-bata.

Pixabay

    
    Yah, ini pertama kalinya Qori berpisah lama dengan papah. Akan lama. Kira-kira sebulan lagi akan bertemu insyaAllah ketika lebaran. Dan ini baru berjalan 3 hari selepas papanya pergi. 
    Lebay? Terserah pendapat masing-masing ya. Hanya sebagai ibu ada perasaan yang amat sendu melihat kejadian tadi. Dimana sang papah berusaha keras menenangkan anaknya. Dan sang anak pun terlihat berusaha keras menangkan dirinya.
    Sabar ? Sulit untuk anak berusia 5 tahun mengendalikan sabar. Apalagi sebelum kepindahan tugas papahnya mereka makin intens bersama, menjelang keberangkatan si papah makin meningkatkan quality time. 
    Di tempat kerja yang baru, signal sangat sulit. Jadi kami yang biasa video call sekarang tidak bisa lagi. Budget pulsa sangat membengkak demi sebuah kerinduan.
    Ini pertama kali dalam hidup Qori, juga pertama kali dalam pernikahan kami menjalani LDR, demi apa? Ya demi sesuap nasi, demi karir, yang ujung-ujungnya ya buat anak-anak dan kami semua juga. Beban mencari nafkah di pundak papah memang harus di jemput, bukan dengan berpasrah. 
    Sebelumnya qori sudah pernah di tinggal papahnya dinas 2 minggu dalam sebulan. Tapi saat itu dia masih kecil, usia 2 tahunan. Tapi saat itupun jika papahnya mendadak tugas bertambah lebih dari 2 minggu maka qori akan demam, dan sama juga, dia akan menangis setiap video call dengan papanya. Dan demamnya baru akan sembuh jika papanya pulang.
    Ini baru hari ke-3 dan Qori sudah begini. Akan ada banyak momen lagi yang harus kami lewati untuk bisa bertemu saat lebaran insyaAllah.
    Inipun akan menjadi puasa pertama kami berpisah lokasi setelah 3 tahun yang lalu saat Qori masih kecil. 
    Sebenarnya anak kedua pun, mas qowiy juga terlihat sangat merindukan abi nya, ntah kenapa ia memanggil papahnya dengan sebutan abi padahal aku tidak mengajarinya. Hanya saja mas qowiy karena belom bisa ngomong, dia hanya akan menangis keras ketika telpon dari papanya di tutup. Maunya telpon abi terus. 
    Lalu sebagai ibunya aku bagaimana ? Ya sebagai single figther, aku haruslah menjadi yang paling kuat di rumah ini. Mengatasi segala problem emosional ku sendiri dan mengendalikan semua emosi anak-anak akan papanya. Aku menangis jika waktunya menangis. Tapi rasanya tidak sempat, aku sibuk mengurus keperluan anak-anak dan merangkap tugas ganda sebagai mama papa. 
    Ah.. Aku lebay.. Banyak kok di luar sana keluarga yang LDR, bukan cuma aku seorang. Iya mungkin aku hanyalah orang yang sedang lebay-lebaynya dengan LDR, begitupun anakku. Ah nanti juga terbiasa, ya aku harap juga begitu, inginnya dari sekarang terbiasa. Tapi sayang, aku masih tidak bisa menahan lebayku. 
    Kalau kumpul ribut terus, tapi kalo jauhan di kangenin. Ya itulah pada umumnya manusia. Kadang mensyukuri kebersamaan itu adalah hal terbaik yang lupa kita lakukan. Dan baru menyesali itu ketika sudah LDR. 
    Bukan kami yang mengatur dan menginginkan LDR ini, tapi Allah yang mentakdirkan begini. Mari kita jalani saja. Mari berikan pelukan pada anak-anak yang orang tuanya menjalani LDR. Mungkin pembelajaran dini bila kelak Qori dan Qowiy harus mondok di ponpes. InsyaAllah
     Malam ini di tutup dengan pilu, ketika sang papa masih berpesan padaku, sampaikan sama Qori kalau papa sayang banget sama Qori. How i can tell her? Melihatnya menangis di pojokan ruangan aja aku mewek, terus sekarang uda mulai ngobrol lagi. Kalau di kasih tau nangis lagi dia. 
     Ya sudah, ini hanya sepenggal kisah pribadi yang lumayan sudah membuatku merasa sedikit plong. Kenapa di publish? Aku cuma mau mengatakan, rindu itu pilu yang manis. Pilu yang menguatkan hati, pilu berbalut kesetiaan menanti yang bukan hanya kekasih. Tapi juga penantian anak kepada papa nya. Ungkapkanlah meski dengan menangis. Agar yang disana pun tau bahwa kita menantinya, agar ia menjaga diri baik-baik demi yang menanti. 

Baik-baik disana ya papa nya anak-anak.. 

9 comments

  1. ngga lebay, wajar..anak-anak saya pun begitu, emaknya juga sihh!? meski bukan LDR, masih luar kota dan paling lama seminggu, sehari bisa nelepon kayak makan. saya meyakini hal-hal semacam ini adalah pertanda ada relationship yang kuat, dalam dan 'sehat' didalam rumah tangga dan pernikahan, keep strong, yaa untuk kaka Qorira dan mamah juga buat papahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...makasih doa dan supportnya selalu mom nunu...

      Delete
  2. ihh lucu yaa..Qori ekspresif dan bisa mengutarakan perasaan rindunya.
    berarti dia komunikatif juga ya mba...bs mengutarakan secara verbal sm papahnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, keluarga kecil kami memang selalu menerapkan pola ekspresif ke anak. Niatnya sih spy gampang memantau perasaan anak
      Hehehe

      Delete
  3. Gak lebay kok mbak.. pasangan LDR di luar sana juga paling uring-uringan kalo pisah.. apalagi kalo udah ada anak ya, malah makin melow, soalnya anak itu suka ajaib kalo mengekspresikan perasaannya kayak Qory gitu.. huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba mer.. Duh ga nyangka jg bakal ikut mewek.. Hiks

      Delete
  4. aku sekeluarga lagi LDRan sama bapak nih, bapak barusan meninggal sebulan yang lalu :))
    menurutku, rindu mending disampaikan. diutarakan secara verbal. soalnya kalo dipendem sakit :((( menurutku nggak lebay kok, wajar aja kangen sama papa yang pergi. asal komunikasi jalan terus, dan anak-anak dikasih pengertian juga.

    aku follow blognya ya mbak :) *kode minta difollow balik*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Innalillahi.. Semoga mba sekeluarga di berikan ketabahan yg luar biasa ya...
      Siap follow back.. Makasih uda mampir yak

      Delete
  5. Saya ngebayangin kalo itu terjadi pada saya, Mbak. Pasti anak2 juga nangis. Huhuhu... secara belum pernah pisah lama sama ayahnya.
    Wajar banget sih Mbak kalo anak2 nangis gitu. Kita aja juga sedih kalo ditinggal suami lama. Sabar ya, Mbak...

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..