Tips Mengajari Anak menghafal Al-Quran ala Hafizh Cilik, La Ode Musa (Part 1)

Bahagia banget saya waktu dapat info dari group sekolah Qori bahwa akan ada acara bertajuk 'Mencetak Hafidz Cilik - Meniti Jejak La Ode Musa' di mesjid dekat rumah saya dengan tamunya adalah Musa,  sang hafizh cilik. Dan postingan ini berisi ilmu yang saya dapat dari Ayah Musa, Ustadz Hanafi. 

Flyer Acara

Jujur saja, begitu banyak acara hafizh cilik di Tv membuat saya kurang hafal siapa-siapa pemenangnya. Tapi ketika saya bercerita ke Ibu saya dan menyebut Musa, Ibu saya langsung tau dan bilang kalau Musa adalah juara pertama di acara Hafizh cilik yang dipandu oleh Irfan Hakim dan di ajak Syeikh Jaber ke Lomba International. Saya pun langsung ingat, oh yang juara 3 di tingkat International itu ya? Ibu saya langsung mengiyakan. Karena waktu itu memang Viral sekali berita ketika Musa menjadi juara ke-3 dalam Musabaqah Hifzil Quran atau MHQ Internasional di Mesir. Lalu Saya dan Qori makin tak sabar menunggu harinya. 

Ketika hari itu tiba, kami datang agak terlambat jadi sudah acara inti. Saya liat di depan sudah ada Musa dan adiknya. Lalu Ayah Musa, Ustadz Hanafi banyak menjawab pertanyaan host. Saya mengambil posisi duduk paling depan dan mencatat berbagai petuah baik dari Ustadz Hanafi. 

Saya yang terlahir bukan dari keluarga yang Mengerti banyak soal islam, bukan keluarga ulama juga, di keluarga saya juga belum ada ustadz atau ustadzah, tapi karena keinginan saya memiliki anak penghafal Alquran, saya harus berjuang extra mencari caranya. 

Alhamdulillah, anak saya termasuk yang di mudahkan Allah menghafal, sekarang sudah mau selesai menghafal juz 30 di usianya 7 tahun ini, tinggal surah penutup juz 30 yaitu An-Naba yang sisa separo. Meski belum ada apa-apanya di banding Musa dan hafiz anak lainnya, setidaknya hafalan anak saya jauh dibanding hafalan saya waktu seusianya. Hehehe.. Ya iyalah.. Dan saya sangat mengapresiasi perjuangan anak saya dalam menghafal. Bahkan Qorira yang awalnya ingin sekali menghadiri acara ini. 

Hafizhah Kesayangan

Dan inilah beberapa petuah yang saya catat ketika sesi tanya jawab. Saya bagi 2 bagian yaitu yang Part 1 dari kondisi internal keluarga untuk membuat anak hafal Quran, nanti di part 2 adalah kondisi yang berkaitan dengan metode hafalannya. 

Sebelum menjadikan Musa penghafal Quran, tentu saja beliau terlebih dulu men'setting' Musa menjadi anak berakhlak sholeh. Yang pertama adalah perlakuan untuk anak beliau sbb :

1. Nafkah HALAL
Beliau belajar dari ayah Imam Bukhari, dimana Ayah Imam Bukhari tidak pernah memberi nafkah anak istri dengan nafkah Syubhat. Kok Syubhat? kenapa gak langsung sebut nafkah halal? Analoginya, jika yang syubhat saja tidak mau, apalagi yang haram. Jadi nafkah untuk keluarga adalah nafkah yang PASTI HALALnya. 

2. Pendidikan tentang HALAL
Sejak dini, Musa sudah diajari tentang halal haram dalam kehidupan baik dalam perilaku maupun dalam konsumsi. Contoh : Musa tidak mau meminta permainan yang didalamnya ada orang yang membuka Auratnya. Fyi, permainan yang dimainkan Musa biasanya Sepak Bola dan Badminton. Musa juga tidak mau melihat apapun yang di haramkan. Ia tau rambu-rambunya. 

3. Makanan Halal
Keluarga Ustadz Hanafi hanya memakan makanan yang halal. Karena sesuap saja makanan haram, dapat mengikis keimanan dan mengeraskan hati. Ustadz sangat menjaga agar hafalan anaknya agar tidak hilang, dengan hanya memberi asupan yang halal. 

4. Pergaulan HALAL
Seperti di poin 2. Selain permainan dan pandangan halal, Musa juga menjaga diri dari pergaulan yang bisa merusak keimanan. Musa tidak mau bersentuhan dengan yang bukan muhrim. Saya membuktikannya sendiri. Ketika di akhir acara ada kesempatan berfoto, host sudah berpesan hanya boleh berfoto, tidak boleh menyentuh, apalagi mencium atau memeluk. 

Saya pikir, semua audience mengerti. Saat itu Ustadz Hanafi menjauh, mungkin karena banyak yang mendekat adalah ibu-ibu. Ternyata ketika saya berkesempatan memfoto Qori di dekat Musa, ada ibu-ibu yang mengelus dagunya. Dan saya kaget karena Musa langsung cemberut dan menegur "Kan tadi sudah dibilang gak boleh pegang" katanya menegur Ibu tadi. Ah, ibu.. 

Nah, dari ke 4 poin di atas, kunci utamanya ternyata adalah POLA HIDUP HALAL. Saya menulis begini bukan karena saya aktifis di Halal Corner ya, melainkan memang Tips dari beliau ya begitu, hehehe. Saya akhirnya makin yakin, bahwa gaya hidup halal memang paten dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. 

==========

Sekarang 'setting' dari sisi orang tuanya sendiri. Bagaimana seharusnya yang dilakukan orang tua. 

1. wajib memberikan NAMA YANG BAIK
Wajib hukumnya kita sebagai orang tua memberikan nama berisi harapan baik, dan kata Ustadz jangan berikan anak Nama dari orang-orang yang fasiq,  well noted Ustadz.. 

2. Wajib memberikan PENGAJARAN BAIK
Wajib hukumnya kita memberi pengajaran. Ustadz sangat menekankan bahwa sekolah tahfiz pun tidak lebih kuat dibandingkan pengajaran dari dalam rumah. Jika ingin memiliki anak hafizh, mulainya dari rumah dan harus dominan dirumah, sekolah hanya tambahan untuk mendukung. Termasuk soal akhlak, perilaku, tauhid kepada Allah. Beliau sangat menekankan, bahwa yang utama adalah di rumah. Bahwa semua pengajaran sekolah akan sia-sia jika di rumah tidak ada pondasi yang kuat. 

3. Ibu yang SOLEHAH
Ustadz bilang, anak berhak mendapat ibu yang Solehah. Seketika mau nangis. Apalah saya yang jauhhhhh banget dari solehah, galak dan banyak salah dalam mendidik secara islami. Andai gak mau nyatet nasihat, mungkin saya mau ke toilet dulu buat nangis. Jadi ternyata memang, ga salah kalau banyak pria sekarang berlomba-lomba mencari calon istri solehah. Tidak lain karena memang kewajiban lelaki mencarikan ibu yang terbaik untuk anaknya. 

4. Ayah SOLEH
Selain mencarikan anak ibu yang Solehah, Ayah pun wajib untuk terus mensolehkan diri. Jadi katanya tak cukup hanya ibu yang solehah saja, dan tak cukup Ayah hanya menjalani kewajiban yang ada. Melainkan Si Ayah juga harus terus berusaha menjadikan dirinya makin soleh setiap hari. 

5. Air Zamzam
Beliau belajar dari Al Hafizh Ibnu Hajar, dengan memberikan anak air zamzam, yang ketika memberikan, di iringi doa meminta kepada Allah agar di hafalkan Quran. Beliau melakukan hal tersebut kepada anak-anak beliau. 

===========

Sudah cukup panjang tulisan saya, jadi rehat dulu ya... ❤❤ semoga dapat memberi manfaat pada orang tua yang mungkin kondisinya seperti saya, dimana berasal dari keluarga yang bukan ulama, bukan ustadz, bukan keluarga yang faham banyak akan islam tapi ingin memiliki anak hafal Quran.  Insyaallah kita bisa, yang penting usaha dulu sekuat tenaga ya. Pasti Allah bantu, Allahuakbar.. ❤❤

Part 2 akan saya lanjutkan dengan cara Musa menghafal dan bagaimana agar istiqomah mengajarkan hafalan Quran kepada anak. Dan beberapa tanya jawab yang mungkin para ortu juga ingin tanya. Contoh : bagaimana menjadikan anak penghafal Quran untuk ibu yang bekerja? Nah insyaallah jawaban beliau saya kasih di part 2 ya.. 


28 comments

  1. Nggak sabar nungguin part 2 nya, mbak :)

    ReplyDelete
  2. Sebelum mensholehkan anak, sholehkan dulu orang tuanya ya mba, well noted, crying noted ��

    ReplyDelete
  3. wah makasih banget sharingnya, Ruli. Jadi intinya kalau mau anak sholeh orang tua harus mensholehkan diri dulu ya

    ReplyDelete
  4. Poin 3 dan 4 makjleb ih 🙈😅 Kedengarannya sederhana, tapi implementasinya susah bgt. Harus terus memperbaiki diri supaya anak2 juga tumbuh jadi anak2 soleh/solehah. Thanks sharing-nya, Mba Ruli 😘

    ReplyDelete
  5. Betul banget semuanya ini mb ruli. Pengennya anak kayak musa jg deh. Tp sy tipikal emak dg pola ajar santai kayaknya. Untuk umur kayak farisha (5tahun) aj ak msh fokus membentuk imannya aja. Ini aj dongeng asmaul husna udh 3 minggu ga tamat2. Hihi. Surah pendek cm al kafirun sm al ikhlas aj yg di baca terus. Smg qori suatu saat jg bs menyusul menjadi musa berikutnya. Amin

    ReplyDelete
  6. Masyaallah. Dari nama anak2nya pun sdh terpampang nyata harapan bunda ruli. Semoga terkabul ya😊

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah semoga bekal yang sudah diberikan orangtua bermanfaat dikemudian hari dan tetap menjadi sholeha dalam keadaan apapun.

    ReplyDelete
  8. Aku belum punya anak mbak. Tapi berdasarkan pengamatan pada anak tetangga, biasanya anak yg pandai membaca alquran itu biasanya di rumah itu sering kali melihat orang tuanya membaca alquran jg.. Jadinya anak.pun tertarik utk mengikuti apa yg dilakukan oleh orang tua..

    ReplyDelete
  9. Aku bacanya pengen nangis mbak, padahal bukan cerita sedih. Tapi pas baca point ibu sholehah jadi agak gimana gitu ya, aku masih orang biasa saja. Bagusnya ini jadi cambukan untuk terus jadi lebih baik.

    ReplyDelete
  10. MasyaAllah, seneng banget yah bisa ketemu langsung sama orang tuanya Musa apalagi berbagi ilmu mengajari anak untuk hafidz quran. Semoga Qori bisa menjadi hafidzah juga.
    Saya tunggu, teknik menghapal al qurannya

    ReplyDelete
  11. Saya memang ada rencana untuk anak kami nanti diarahkan jadi hafizd. makasih tips nya mbak, bermanfaat sekali.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah ikut senang, aku juga kalo punya anak nanti pengin yang jadi penghafal Alquran. Aku sendiri juga masih berusaha untuk pola hidup halal biar berkah sebelum jadi orang tua.

    ReplyDelete
  13. Segala yg halal buat keluarga itu penting

    Ponakankujuga lg ikut hafalan untuk juz 30. Ibunya iyain aja wong dia mau sendiri. Kalau yang kecil msh surat pendek, tp udah lumayan jauh. Kalau aku, duh aku paling gak suka hafalan. Tapi ya baca aja tiap hari

    ReplyDelete
  14. Poin 'ayah soleh'nya nampar euy.

    Iya, ingin anak soleh, tapi saya sendiri gini gini aja.

    Ditunggu part2nya.

    Semoga anak saya bisa menjadi penghafal quran juga.

    ReplyDelete
  15. Waw... anak anak jadi mudah dan nyaman dalam menghafal Al Quran. Tentu anak anak tetap nyaman dan suka

    ReplyDelete
  16. Subhanallah, Musa. Aku selalu berkaca2 kalau mendengar anak kecil yang hafal Alquran. Apalah artinya aku yang sudah dewasa ini, tapi satu juz pun termehek2 menghafalnya. Harus lebih semangat yosh. Mudah2an Qori juga dapat menjadi penghafal Alquran seperti Musa. Aamiin.

    ReplyDelete
  17. Subhanallah, Musa. Aku selalu berkaca2 kalau mendengar anak kecil yang hafal Alquran. Apalah artinya aku yang sudah dewasa ini, tapi satu juz pun termehek2 menghafalnya. Harus lebih semangat yosh. Mudah2an Qori juga dapat menjadi penghafal Alquran seperti Musa. Aamiin.

    ReplyDelete
  18. Anak sy di sekolah TK jg diajar hafalan quran..alhamdulillah udah hafal beberapa ayat pendek.

    Semoga nti makan banyak hafal nya.
    Btw..mmg ya ttg halal itu benar adanya.

    ReplyDelete
  19. Saya masih ingat sekali apa yg disampaikan ustad dulu ketika masih ngaji di TPA dulu. Ketika diminta hafal bahasa arab, ustad nya bilang. Kualitas hafalan seseorang itu tergantung dari nafkah yg di kasih oleh orgtua a. Termasuk dgn nasfah haram.

    ReplyDelete
  20. Masya Allah, bacanya samvbil usap-usap perut nih semoga si debay bias jadi hafizh juga aamiin hehe
    Btw, ibunya ikut ngapalin juga dogn berarti?

    ReplyDelete
  21. Masya Allah, bacanya sambal ngusap-usap perut nih semoga si debay jadi hafizh juga aamiin hehe
    Btw, ibunya harus ikutan ngapalin dong?

    ReplyDelete
  22. Ilmu yang sangat bermanfaat nih buat siapapun yang membacanya. Ditunggu part 2 nya mbaaa

    ReplyDelete
  23. Terima kasih untuk sharingnya. Menjadi ayah dan ibu yang sholeh. Berarryi memang benar, ya agar anak sholeh tentu orang tuanya dulu yang harus jadi contoh

    ReplyDelete
  24. semoga anak2 kita seperti musa, ya mam terharu banget bacanya, sambil doa terus

    ReplyDelete
  25. saluttt banget sama anakmu mba Ruli.. keren bangettt...

    ReplyDelete
  26. Tertampar banget nih Mbak. Ibunya harus shalihah dulu kalau ingin anaknya juga shalih/ah. Tapi insya Allah akab dimudahkan Allah ya Mbak kalau kita sudah punya niat baik itu.
    Makasih Mbak sharingnya.

    ReplyDelete
  27. Pergaulan, lingkungan dan pengawasan mempengaruhi banget...

    ReplyDelete
  28. Aku merinding, Mbak, pas lihat Qori di atas dan mbak cerita kalau dia sudah hafal juz 30. Seingatku aku baru hafal jus 30 pas SMP. Semangat selalu Mbak, semoga keluarga Mbak dikuatkan, selalu istiqomah, dan moga nular juga ke Kak Ghifa.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..