Film My Generation, dan Segala Komentar Tentangnya

Tentang Film My Generation. Dari dulu, saya gak pernah nulis review Film meskipun saya dan suami suka banget nonton. Ya, selain karena saya kurang pengetahuan soal nama-nama pemain film, juga karena saya kawatir gak bisa nahan diri untuk spoiler. hahaha.. tapi kali ini saya gak tahan untuk gak mengulasnya. Film yang cukup banyak dipertanyakan kontennya, yang bahkan sebelum tayang sudah pada ngebahas pro dan kontranya. Apalagi kalau bukan Film My Generation




film yang akan tayang serempak di seluruh bioskop pada tanggal 9 November 2017 ini, cukup mengundang komentar sejak awal dari posternya, hingga ke trailernya. film terbaru garapan Sutradara Upi ini lagi-lagi cukup mengundang banyak komentar 'greget'. dimana letak gregetnya? yuk kita ngobrol bareng saya.

Jadi awalnya gini, begitu saya baca sedikit ulasan dan video-video cuplikan film ini di IGnya, saya langsung tertarik melihat lebih jauh. Ini apa sih ceritanya? konfliknya apa, terus sisi positifnya apa. nah ini saya ceitain disini ya tentang kisahnya dulu, baru ntar tentang pro kontranya.

film ini menceritakan tentang 4 remaja yang sedang dalam masa kritis mencari jati diri, kritis mengkroscek apa saja yang di klaim orang tuanya, kritis membuktikan apa-apa yang di larang dan di perintahkan. Dengan 2 tokoh cewek dan 2 tokoh cowok bernama Orly, Suki, Konji dan Zeke. apa mereka pasangan? No, hanya bersahabat. Dimana saat ini mereka sedang merasa berbeda dan merasa ingin berontak dengan apapun yang tidak cocok dengan orang tua mereka. Dan tanpa peduli akibatnya, mereka selalu protes dan mengkritisi apa saja. tak heran segala tentang mereka selalu jadi viral.

Hingga di suatu hari mereka gagal ikut study tour karena ulah mereka sendiri dan akhirnya memilih untuk jalan-jalan sendiri, disitulah awal konflik dan keseruan ceritanya. Lalu bagaimana konflik demi konflik antara remaja dengan orang tuanya bermunculan, berbagai kenakalan dan expresi remaja yang terungkap dalam kisah ini. ihhh gimana gak penasaran sama filmnya. Semua tokohnya mempunyai karakter yang kuat, akting yang memukau dan tampak real banget dengan kondisi remaja Indonesia saat ini.

Pemain utamanya semua pemain baru, yang di pilih dengan Audisi yang cukup panjang. Pemain baru dengan akting yang sangat natural dan di dampingi artis-artis senior seperti Surya Saputra, Indah Kalalo, Joko Anwar, dll tersaji apik dan gak bikin mata dan hati lelah ngeliatnya. Asik..

Sekarang kita bahas pro dan kontranya. kalau pro ya gampanglah ya..intinya yang pro pastilah mendukung dan support film ini. Kalau yang kontra ataupun berpendapat kurang cocok dengan sajian film ini biasanya menanyakan atau menyoroti bagian-bagian ini.
  • bajunya seronok-seronok amat sih, apa bagusnya di tiru penampilannya?
  • remajanya cenderung keliatan nakal gitu, apa sisi posiif yang bisa diambil sama penonton remaja?
  • ngomongnya campur-campur english-Indonesia gitu, buat sok-sokan aja, kenapa ga bangga menggunakan bahasa Indonesia, kan remaja Indonesia
  • cowok cewek berteman bebas banget sampai di kamar juga ngumpul aja dengan bebas. bahaya nih kayanya buat tontonan remaja
  • kelakuannya aneh-aneh gitu, rambut warna warni, nyorat nyoret mobil, teriak-teriak. gimana bisa jadi nspirasi remaja
  • penampilannya terkesan norak dan berlebihan, ga bagus untuk di tiru style penampilannya
Dan sebagainya. Banyak pertanyaan yang saya terima ketika saya menyoroti film ini di medsos ala saya. baik... jadi dari semua komen atau kritik diatas, tanggapan saya apa?
Oke, memang busana dan penampilan mereka cenderung tidak sesuai dengan budaya Indonesia terutama yang mayoritas muslim dan memang dari dulu budaya Indonesia adalah dengan berpakaian santun. benar juga bahwa di cuplikan terlihat mereka nakal dan cenderung kaya remaja kurang perhatian. Meski smart tapi kalau tidak beretika, siapalah kalian di Negeri ini, kurang lebih begitu.

Tapi...

Semua ini Real..cerita ini di Buat sutradara Upi melalui riset yang memang realitanya saat ini terjadi adalah, bahwa remaja-remaja seperti mereka ini ADA dan mulai banyak di lingkungan kita. bahkan nyatanya lagi, di film ini masih mendingan karena mereka smart, pinter english dan mau di ajak berubah jadi baik. Kalau kenyataan yang banyak sekarang, style seperti mereka namun kecerdasannya ga karuan. Itu yang disayangkan.



Kalau di katakan film ini gak ada manfaatnya, menurut saya sebaliknya. Karena remaja-remaja seperti mereka memang realitanya banyak saat ini. Kita justru jadi tau bagaimana menghadapi ataupun menyikapi jika bertemu. Tau bagaimana menjaga anak-anak kita dan membekali anak-anak kita ketika menemukan ada yang seperti mereka dilingkungannya, bagaimana mencegah untuk mengikuti yang jeleknya dan berusaha mengambil baiknya. bagaimana juga cara kita mengontrol agar kejadian yang dialami 4 remaja tersebut tidak terjadi di keluarga kita.

Soal pakaian, saya setuju pakaian mereka tidak sopan, setidaknya tidak sesuai dengan adat ketimuran dan adab berpakaian dalam islam. tapi, kalau kita lihat ke belakang, remaja dengan pakaian mini-mini ini sudah ada sejak dulu kala. sejak film warkop hingga catatan Si Boy, yang  namanya berpakaian ini itu sudah ada di film. Tergantung yang menonton seberapa batas boleh dan tidak boleh ditiru.

Bagi saya, jelas anak saya gak saya ijinkan berpakaian seperti itu dan tidak dibolehkan membuka aurat, so... skip soal pakaian, jangan berusaha untuk meniru atau membiasakan pakai pakaian seperti mereka jika memang tidak sesuai dengan prinsip kita. Namun saya juga berpesan sama anak saya, jika teman atau siapapun di lingkungannya ada yang berpakaian mini, ya itu adalah pilihan mereka, yang penting anak saya sudah tau bahwa pakaiannya harus tertutup jadi tidak perlu sibuk menilai dan bertemanlah seperti teman biasa.

pakaian yang agak aneh, yang kita sendiri mungkin gak akan pede memakainya. okelah sekali lagi itu menurut pandangan kita. realitanya, remaja saat ini memang penampilannya stylenya banyak yang begitu. coba deh ikuti IGnya artis-artis remaja, atau IGnya anak-anak artis, mereka pun banyak yang punya style yang menurut kita mungkin norak tapi memang kece bagi mereka. atau menurut kita norak, tapi bagi mereka itu nyaman. Menurut kita norak, Tapi bagi remaja itu hits kekinian. Ya begitulah perbedaan pola pikir remaja zaman now dan kita.

Remaja zaman now juga punya pesta-pesta dan cara berkumpul mereka sendiri yang cenderung sudah banyak mengikuti budaya barat. Ya begitulah style akan selalu berbeda setiap orang. tapi, kalau menurut saya pribadi, saya pun gak cocok sama style mereka, bukan gue banget. hehehe.. jadi, kalau ga sesuai kan ga usah terpengaruh juga buat niru atau nyoba.


Soal ngomong english, buat saya pribadi selama mereka masih lancar berbahasa Indonesia. itu ga masalah dan mereka menghormati Bahasa Indonesia sebagai Bahasa kesatuan. English mungkin hanya bahasa untuk mereka bergaul sehari-hari yang di anggap nyaman. seperti halnya kita juga kalo sama temen enaknya ngomong pake Bahasa jawa atau sunda atau bahasa manapun yang membuat kita nyaman ya silakan.

Nah begitu pula dengan anak-anak di film ini, mungkin nyamannya sama sahabat ngomong pake English, mungkin ini latarnya sekolah international ya wes lah.. menurut saya sisi positifnya mungkin anak remaja yang nonton bisa termotivasi untuk lancar ngomong English seperti mereka. toh kenyataannya memang anak Zaman now rata-rata saat remaja sudah pada fasih ngomong englishnya. Mau itu di sekolah international, sekolah negeri bahkan anak-anak pondok pesantren pun malah biasanya fasih 3 bahasa yakni Indonesia, English dan Arab.

Soal kenakalan, apa kelakuan mereka justru bisa memotivasi yang menonton untuk meniru? gak juga sih, yaitu tadi tergantung dengan siapa mereka menonton dan bagaimana orang tuanya dan lingkungannya juga. kalau ortu dan lingkungannya baik, mereka mungkin bisa kontrol diri mereka sendiri untuk menilai itu tidak baik dan jangan ditiru. Remaja uda bisa kok menilai meski kadang penilaiannya masih salah, hahaha. kok tau? ya taulah, saya juga pernah muda, pernah salah, pernah berbeda pendapat sama orang tua. ujung-ujungnya, mau melawan ortu atau menurut tergantung lingkungan juga. Nah, sebaliknya, kalau ga nonton film inipun, kalau memang dasarnya nakal dan lingkungan mendukung ya bisa aja nakal bahkan lebih nakal daripada yang di film itu. So, menurut saya.. soal meniru atau tidak tergantung penonton dan lingkungannya.

Soal ketidak cocokan dengan orang tua, hey ortu tidak selalu benar tapi gak semua salah juga. remaja pun begitu, gak semua salah meski tidak selalu benar karena semua manusia biasa. tapi, pastikan ketidak cocokan itu terungkap dengan baik, jadi..saya pikir dengan menonton film ini, akan banyak ortu dan anak yang justru akan berusaha memperbaiki hubungan dan mencegah ketegangan mereka pasca melihat kasus-kasus di film ini. ah... so sweet banget.

Terakhir, apabila memang dari realitanya film ini di anggap penyajian dari perilaku remaja yang negatif, apa kalian akan mencegah anak menonton? coba kita lihat dari sudut pandang selain stigma negatifnya. Saya kasih cerita pendek. Ada seorang teman saya, mencegah anaknya menonton serial upin ipin karena didalamnya ada tokoh Abang Shaleh yang gemulai seperti wanita. Takut anak meniru dan menganggap itu boleh. Kalau saya pribadi, justru saya mengenalkan pada anak saya, dan mendampinginya sambil mennjelaskan. bahwa orang-orang seperti Abang Shaleh itu benar-benar ada di kehidupan nyata, tidak boleh ditiru tapi juga tidak boleh menghina atau menghakimi.

Secara agama tidak boleh laki-laki berkelakuan seperti wanita dan sebaliknya. Kalau tidak dikenalkan, lalu anak bergaul di masyarakat, dia akan kaget kenapa ada orang yang laki-laki tapi gemulai seperti wanita, harus bagaimana menghadapinya atau berkomunikasi dengannya, dsb. Lalu malah bisa jadi salah langkah atau salah bersikap.

Nah begitu pula dengan film ini. ketimbang melarang anak menontonnya, kalau seandainya saya punya anak remaja, saya mungkin memilih untuk mendampinginya menonton film My Generation ini, sambil saya instrospeksi diri, bagian-bagian apa yang harus saya sempurnakan dalam menjaga anak, tindakan apa yang harus saya hindari dan mana yang sesuai saya terapkan.

Sambil juga saya jelaskan bahwa remaja-remaja seperti tokoh-tokoh di film ini benar-benar ada dan kalau kalian bertemu mereka, bertemanlah seperti biasa dan atau mungkin kalian bisa mengajak mereka berpakaian lebih sopan dengan memberi contoh dari pakaianmu sendiri. Dan saya juga bisa menyarankan pada anak saya, mengambil baiknya jangan tiru jeleknya. menurut saya loh ini.. menurut saya ya begini ini.. karena itu saya tetap mengulas film ini meski banyak pedapat pro kontra diluar sana.

press release trailer Film My Generation

Menurut Mba Mira Utami, yang menghadiri prescon dan acara-acara pengenalan mereka ke sekolah-sekolah. anak-anak 4 tokoh utama film ini aslinya kalem-kalem dan biasa saja seperti remaja kebanyakan. Jadi, mungkin kita bisa niru mereka juga, mengambil baiknya dari tokoh yang mereka perankan dan meninggalkan buruknya sebagai pembelajaran saja.

Ngapain Sutradara Upi memfilmkan cerita ini. film ini dibuat melalui riset panjang dan dibuat semirip mungkin dengan realita remaja saat ini. Sutradara Upi mengajak para ortu untuk lebih sigap dalam menghadapi remaja saat ini yang jauh lebih kritis daripada remaja zaman dulu yang jelas sudah beda zaman. Sutradara Upi mengajak para ortu untuk melek, cara mana yang dari para ortu dahulu yang tidak pas diterapkan ke remaja zaman Now.

Begitupun untuk remaja yang menonton, Sutradara Upi menyentil para remaja, bahwa jadi remaja zaman Now, harus punya value, menemukan passion yang positif dan tekun disitu namun sampaikanlah dengan cara yang baik, gak usah deh sampe masuk penjara segala, ga usah deh sampe ngecat rambut warna warni ngejreng toh value kita ada di skill kita bukan di warna rambut aneh (menurut saya, hihihi), ga usah coret-coret mobil orang dan ga usah juga menjadikan ortu sebagai inspirasi berbuat kenakalan ya kan.

Sutradara Upi melakukan riset selama 2 tahun dan pembuatan film ini selama 1 tahun, film ini dibuat mewakili generasi Milenials yang dibuat senatural mungkin mendekati realita yang sebenarnya. konflik-konflik yang memang nyata banyak terjadi dan dialog-dialog yang memang menyesuaikan dengan gaya bahasa remaja saat ini. Upi memang expert dalam hal menyajikan realita remaja, seperti saat ia sukses menyuguhkan film "30 hari mencari cinta" dan film "realita cinta dan rock n roll" yang sangat sukses pada masanya.

Dan satu lagi, Film My Generation sudah lulus Lembaga Sensor Film di Indonesia. Film ini sama sekali ga mengandung konten dewasa dan kekerasan, tidak memuat perilaku seks bebas dan tidak ada ajakan-ajakan untuk itu. Jadi, cukup santailah untuk di tonton remaja ya.

So, banyak hal positif negatif yang bisa di ambil dari Film My Generation, tergantung bagian mana yang mau kita ambil dan dari sudut pandang mana kita menilai, adalah hak kita juga memilah yang baik untuk asupan mental kita jadi keputusan kita juga mau nonton film ini apa engga. Penasaran saya sebenarnya ngomongin film macam apa? gimana sih cerita lengkapnya? ya Nonton aja, November 9th ya...

Kalian yang sudah nonton trailernya, ikut team siapa? Orly, Konji, Zeke atau Suki.. kalau belom, nih saya kasih cuplikan trailernya di yutub yah..



10 comments

  1. Kalau menurut saya sih, tiap-tiap film biasanya disisipkan pesan moral, ada yang diperjelas, ada yang samar dan ada yang dikuatkan di akhir cerita.
    Nah, ni film ntar pesannya disampaikan dengan cara gimana ya? Karena kan filmnya belum diputar. Karena kayaknya gak semua orang bisa mengambil hikmah. Walaupun film ini pesannya ditujukan untuk remaja dan ortu.
    Kalau ada orang yg nggak mau nonton film ini. Khawatir nggak dapat pesan apapun dari film ini, apalagi ketika bawa-bawa remajanya, takut remajanya tertular, yaa anggap aja itu insting mamaknya mbak. Hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba, karena itu di akhir post saya sebutkan. Hak kita buat memilih mana asupan yg baik utk mental kita,jd insting mamak juga ga bisa di abaikan donk ya..

      Delete
  2. Aku penaaran dengan film ini apakah mampu menjawab tantangan remaja saat ini atau nggak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mbak, aku mau liat juga sberapa bagusnya film ini buat di tonton

      Delete
  3. Tergantung sudut pandang, setiap orang memang ga pernah sama. Tapi kita ga bisa menampik, karakter seperti mereka ada (mungkin) disekitar Kita

    ReplyDelete
  4. Mbak Ruli sama kayak aku, aku cukup sering nonton film atau drama-drama gitu kan kayak drama Korea tapi ga pernah bikin postnya. Hehe mungkin memang bukan niche nya sih kalau aku. Hihi

    ReplyDelete
  5. Hmm... Aku kudet dg film iniihh

    ReplyDelete
  6. ada pro dan kontranya yaa film ini. di satu sisi mungkin ingin memperlihatkan realita kehidupan remaja sekarang tapi di sisi lain orang berpikiran dengan memperlihatkan kondisi tersebut malah memberi contoh yang kurang baik

    ReplyDelete
  7. 1st ak liat promosi film ini dg cover yg begitu jg rada negatif mb ruli.. Hihihi.. Biasa lah emak2 jaman now.. ��
    Tapi semakin baca review ak kok jd mupeng nonton ya.. Emg segala sesuatu hrs dilihat berdasar fakta dulu n kt harus tau sudut pandang anak sekarang bukan hanya menekankan sudut pandang kita. So, nonton film ini sm anak? Kenapa enggak!

    ReplyDelete
  8. Jujur, emang awalnya berasa kontra juga liat trailernya. Tapi semakin dicermati emang pasti ada risetnya ya sebelum bikin. :D
    Menurutku, mungkin film ini cocok ditonton buat yang ada di kota besar karena kulturnya serupa.
    Btw, masalah ortu yg over emang kayaknya setiap anak pernah merasakan yaaa :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..