Hutan pegunungan meratus (dokpri) |
Musim hujan telah tiba, dibalik redupnya bumi Indonesia dalam wabah pandemi berkepanjangan ini, aku, warga Kalimantan yang menghuni salah satu pulau paru-paru dunia bersuka cita. Di balik musibah ini, pasti ada terbersit dalam hati masyarakat Kalimantan, sumatra dan sekitarnya, "alhamdulillah terimakasih Tuhan, tahun ini tidak ada kebakaran hutan".
Cukup sudah pandemi menguras otak kita bagaimana untuk bertahan hidup dari ancaman penyakit mematikan ini, cukup Indonesia ditakuti warga dunia karena terposisi sebagai pemilik jumlah pasien Covid-19 urutan kedua se-Asia. Cukup dulu hati tersayat karena ribuan orang kena PHK dan usahanya gulung tikar. Jangan lagi orang membicarakan kita karena kita mengirim asap kebakaran hutan. Cukuplah petugas medis kelimpungan menangani pasien Covid-19 dan demam berdarah karena kehadiran musim hujan, jangan lagi di tambah pasien ISPA dan Pneumonia karena asap kebakaran hutan kan. Kalian tentu juga senang kan, beban pikiran kita tak lagi ditambah-tambah dengan hal yang berkaitan dengan kesehatan dan nyawa manusia.
Jika kita berbicara masalah beban negeri ini, rasanya tentu tidak terhitung. Dari masalah sosial ekonomi, kesehatan hingga masalah agama terus saja ada yang viral. Masih di tambah lagi dengan masalah hutan, apa enggak capek? Yang melihat saja capek, apalagi yang menjadi pimpinan, baik pimpinan daerah maupun pimpinan negara. Tahun 2020 benar-benar ujian.
Hutan Tropis Indonesia
Berbicara tentang hutan Indonesia. Tau enggak sih, untuk golongan hutan tropis, Indonesia berada diperingkat ketiga di dunia setelah Amazon dan Kongo. Dari hutan tropis ini, setidaknya 80% tanaman obat berasal dari hutan Indonesia, artinya hutan Indonesia telah turut menyehatkan banyak sekali manusia di dunia. Sebut saja Bintangur, Gadung, pohon Angsana, pohon Langsat, Kratom, Mangrove, Akar kuning, Pacing, Hanjalutung, Sarang semut, dan banyak lagi tanaman obat yang kehadirannya ditunggu oleh negara lain untuk dibuat jadi obat untuk penyakit berat seperti obat kanker, obat malaria, obat untuk terapi kehamilan, infeksi jamur hingga obat penekan Virus HIV. Betapa wow-nya hasil hutan Indonesia kan. Bahkan madu kelulut, cokelat, cempedak hingga durian banyak di ambil dari hutan kalimantan sebagai pelengkap manisnya kehidupan di Indonesia.
Tanaman obat dari hutan kalimantan (Source: goodnewsfromIndonesia.id) |
Apa pernah membayangkan kalau hutan-hutan Indonesia makin terus berkurang, apalagi yang bisa kita banggakan dari hutan Indonesia. Apalagi yang kita punya untuk paru-paru dunia, cukupkah waktu membesarkan pohon-pohon kecil untuk menyangga keseimbangan alam. Jika hutan kalimantan di buka untuk membangun ibukota negara, kemana kita menggeser pertumbuhan hutan-hutan itu? Karena yang bertumbuh disana pasti bukan sekedar pusat pemerintahan, tapi juga perumahan warga terutama yang menjadi abdi negara dan segala fasilitas penunjang hidup lainnya agar layak disebut ibukota negara RI. Kemana hutan kalimantan kita pindahkan? Kecintaanku pada hutan kalimantan dan hasil alamnya sudah pernah aku tuangkan dalam postingan blogku ini yang bertema Hutan Kalimantan.
Setiap terjadi kebakaran hutan, yang fatal ataupun skala kecil internal provinsi yang tidak diliput media, aku selalu berpikir "tinggal berapa hutan yang tersisa?". Efek kesehatan yang fatal dan buruknya reputasi Indonesia dimata negara tetangga ternyata masih belum membuat para pembakar lahan itu jera. Jumlah pasien ISPA dan rusaknya paru-paru manusia tak kunjung membuat pembakar lahan merubah metode. Tak hanya itu, kebakaran hutan juga pada akhirnya mengganggu pasokan hasil bumi yang lain karena berbagai aktivitas masyarakat jadi terganggu. Yang bisa menghentikan pembakar lahan itu sampai saat ini hanyalah hujan dari Tuhan dan pemimpin negeri ini. Perihal kebakaran hutan yang mempengaruhi pasokan pangan masyarakat pernah aku tulis di blogku dengan topik Petani Pejuang Pangan.
Setiap jengkal hutan Indonesia yang berkurang luasnya berarti menurunnya pasokan tanaman obat, mengecilnya paru-paru dunia, menyempitnya habitat dari berbagai macam endemik dalam hutan. Yang rugi siapa? Indonesia tentu saja. Pasokan tanaman obat dari Indonesia mensupply ke berbagai belahan dunia artinya devisa negara juga berkurang. Paru-paru dunia mengecil artinya Indonesia juga harus bersiap pada berbagai bencana alam yang mengiringinya. Berbagai macam endemik kehilangan habitatnya artinya kita harus bersiap jika semakin banyak spesies hewan menjadi langka dan punah, kerugian bagi kekayaan fauna Indonesia dan kerugian di bidang edukasi. Dan kerugian menakutkan lainnya adalah jika hewan-hewan tersebut akhirnya turun ke perkampungan masyarakat. Hewan dan manusia akhirnya tak lagi hidup berdampingan dengan damai. Ah betapa kacaunya. Dan itu bukan khayalan karena ini sudah banyak terjadi, hewan semacam gajah dan ular buas sekarang sudah tak segan lagi masuk ke perkampungan karena lapar atau sekedar berlindung karena 'terusir' dari rumah tinggal mereka.
4 dekade hutan kalimantan, warna hijau tua (hutan), merah (hutan yang hilang), hitam (HTI dan kelapa sawit) sumber: Gaveau dkk (www.mongabay.co.id) |
Aku pernah membahas soal banjir di kotaku yang sebenarnya selalu memenangkan piala adipura karena kebersihannya yang bagus dan sistem tata kotanya yang baik sehingga saluran pembuangan air juga baik. Namun kenapa bisa kami kebanjiran? Karena banyak pembukaan lahan untuk perumahan baru, banyak pohon-pohon besar yang harus disingkirkan sehingga penyerap dan penahan air pun berkurang. Akhirnya semua bablas turun ke sungai ketika curah hujan tinggi dan akhirnya overload tumpah banjir ke jalan. Ini ironis sekali.
Pembukaan lahan untuk perumahan pun terkadang masih ada yang menggunakan praktek pembakaran, namun tak terlalu dibesar-besarkan karena kebakarannya relatif kecil lahannya. Tak seperti membuka lahan perkebunan yang luas untuk perusahaan besar. Namun tetap saja, namanya membuka lahan ya area hijau berkurang. Apalagi di kotaku diapit kabupaten lain yang memiliki hutan luas, yang ternyata kini hutan-hutan tersebut sedikit demi sedikit dibuka untuk kawasan wisata. Dilema sekali menjadi pemimpin negeri ini menghadapi pertempuran ekonomi dan keseimbangan alam.
Generasiku, penanggung jawab negeri ini
Kenapa aku bilang generasiku, karena saat ini usiaku adalah usia produktif. Usia produktif berada dalam rentang usia 15-64 tahun. Maka orang-orang seusiaku lah yang saat ini sedang menjalankan roda perekonomian dan pemerintahan saat ini. Saat manusia-manusia yang lebih tua sudah pensiun, dan yang lebih muda sedang giat belajar untuk kelak bersiap melanjutkan tongkat estafet negeri ini.
Termasuk hutan Indonesia, sekarang berada di pundak generasiku. Peran generasi muda sangat berpengaruh pada apapun yang terjadi pada hutan Indonesia kini dan nanti. Yang terjadi kini adalah tanggup jawab kita semua saat ini, sementara yang terjadi nanti di kemudian hari ketika tongkat generasi berpindah, maka itu adalah akibat dari apa-apa yang kita perbuat saat ini.
Karena itulah, kita tak bisa hanya diam. Berbagai gerakan penyelamatan hutan telah digaungkan. Aku bahkan sudah pernah menuliskan ceritaku tentang hutan kalimantan yang memiliki pegunungan Meratus yang luasnya mencakup tiga provinsi di Kalimantan saking luasnya. Dan bagaimana pemerintah dan masyarakat berusaha mengelola pegunungan meratus. Kini kita bicara pengelolaan hutan dalam sudut sebagai pemimpin.
Jika aku menjadi pemimpin negeri ini
Kenapa membahas pemimpin? Ya, seperti yang aku bilang di atas, para pelaku seperti tak punya efek jera dan masih saja terulang, maka sebagai pimpinanlah yang pada akhirnya punya kekuasaan mutlak untuk merubah situasi, membuat efek jera dan memutuskan solusi apa yang harus dilakukan untuk cegah kebakaran hutan meskipun kemarau tiba agar tetap aman.
Menjadi pemimpin negeri ini, bukanlah cita-citaku. Jika mempimpin komunitas pecinta hutan Indonesia masih bolehlah aku terobsesi. Tapi, jika dengan menjadi pemimpin negeri ini bisa membuat hutan Indonesia terlindungi, tentu aku pun ingin sekali mengambil kesempatan itu.
Apa yang akan aku lakukan untuk Hutan Indonesia jika menjadi pemimpin:
1. Evaluasi
Menjadi pemimpin tentulah bukan yang pertama, untuk itu yang pertama bisa dilakukan adalah evaluasi kegiatan dari pemimpin sebelumnya. Melihat apa yang baik dari pemimpin sebelumnya, maka akan kita pertahankan metodenya, apa yang kurang baik ditinggalkan programnya tentunya digantikan dengan program yang lebih baik tapi dengan tujuan sama.
Evaluasi pun, tak cukup sebentar. Selama menjadi pemimpin, tentu evaluasi akan terus berjalan. Tidak ada yang sempurna tapi akan terus lebih baik jika kita mau introspeksi diri. Evaluasilah yang membuat kita bertumbuh semakin baik setiap harinya.
2. Ajakan menjadi golongan hutan
Selama ini hanya sebagian orang yang terlihat menyayangi hutan, menjadi sahabat. Ada juga yang menjadi sahabat karena terpaksa hanya sekedar pengabdian. Ada yang menjadi sahabat hutan dengan manis di depan tapi dibelakang mereka menyakiti hutan, mengambil manfaat dengan merusak. Ada sahabat hutan yang bukan siapa-siapa tapi sangat menyayangi hutan Indonesia ini. Ada berbagai karakter sahabat hutan disini.
Harus diakui, mengajak orang untuk menyayangi hutan dengan ikhlas untuk keseimbangan alam memang tidak mudah, tapi itu bisa dilakukan. Artinya tidak selow saja, melainkan sosialisasi secara masif mengajak semua orang menyayangi hutan. Harus ada tindakan mengajak dan mencontohkan, tak akan bertambah jumlahnya jika kita hanya diam.
Beruntungnya di Indonesia saat ini ada banyak sekali persatuan, komunitas, solidaritas, dan berbagai organisasi pecinta alam dan bergerak untuk konservasi hutan yang tentu saja menyayangi hutan Indonesia. Menjadi pemimpin di negeri ini tentu saja beruntung karena mereka semua tanpa diminta telah melakukan ajakan dan tindakan nyata untuk menyayangi hutan Indonesia. Yang aku lakukan sebagai pemimpin adalah mendukung, memfasilitasi, dan ambil bagian pada kegiatan mereka semua. Mendengar berbagai tantangan yang mereka hadapi dan pastinya itu adalah tantangan pula bagiku. Aku akan turut menjadi golongan hutan juga.
Hidup berdampingan dengan hutan (pixabay) |
Senangnya sekarang banyak sekali program berbagi bibit pohon gratis dan masyarakat antusias mengambilnya. Jika gerakan ini sudah cukup masif maka akan di buat lebih gencar lagi. Sosialisasi yang menyentuh seluruh kalangan masyarakat. Harapannya pada akhirnya kita berharap ajakan ini menyentuh hati para pembakar lahan juga.
3. Membuat solusi
Jika membuka lahan dengan membakar lahan dianggap baik oleh mereka para pelaku, mungkin kita harus sediakan solusi lain untuk membuka lahan dengan cara yang lebih friendly. Itupun dengan persyaratan yang sekiranya tidak merugikan kita semua dari sisi pengelolaan hutan. Terdengar mudah tapi kenyataannya itu tidak mudah, toh yang melakukan pembakaran hutan itu mulai dari perusahaan besar hingga skala pengembang perumahan.
Aku sudah seharusnya memiliki tim yang mempunyai ide-ide briliant untuk mencari solusi terbaik mengenai pembukaan lahan yang tidak berfokus pada kenapa-kenapa, tapi fokus kepada mencari solusi aman. Ekonomi dan keseimbangan alam terutama hutan haruslah berjalan seiring. Para pengusaha yang ingin membuka lahan haruslah memiliki modal kuat untuk membuka lahan dengan traktor dan alat berat, bukan dengan cara praktis membakar lahan. Dan jika hal itu sulit, maka memang harus ada petugas yang turun ke lapangan mengawasi jalannya pembukaan lahan.
4. Hukuman yang Jauh lebih keras
Selama ini hukuman atas pembakar hutan sudah cukup tegas dan keras. Tapi nyatanya ada saja yang masih berani melakukannya. Artinya pola hukum menghukum ini belum cukup kuat, tak cukup ditakuti. Petugas yang menghukum dan mengadili mungkin tak cukup membuat jera pihak yang bersalah. Tentu saja sebagai pemimpin, aku akan membuat lebih berat dari yang ada. Bisa saja semua petugas yang menangani masalah peradilan hutan di reshuffle jika dirasa kurang adil dan tegas, dan mempertahankan mereka yang kinerjanya bagus untuk peradilan kasus kebakaran hutan, tentu saja diberikan apresiasi dan perlindungan ketat untuk mereka-mereka agar tak ada oknum yang dapat mengganggu kinerja mereka yang terbaik itu.
Hukuman yang lebih berat itu bagaimana? Jika selama ini pengusaha yang kena sanksi berupa penjara dan denda ratusan hingga milyaran rupiah dan masih belum jera, bagaimana jika kali ini perusahaannya diambil alih saja oleh pemerintah, mungkin menjadi salah satu BUMN. Jika perusahaan tersebut dihentikan, mungkin akan menambah jumlah penganguran di Indonesia dan itu akan menjadi masalah baru. Jadi akan lebih baik dikelola pemerintah saja agar perjalanan ke depannya tak lagi melanggar aturan membakar lahan. Sedangkan pemilik perusahaan yang melakukan pelanggaran berat tetap menjalani hukumannya.
Wah, enak sekali mengambil perusahaan orang lain menjadi milik negara? Ya begitulah, agar mereka bisa patuh dan tidak melakukan pelanggaran lagi. Ancaman hukuman wajib lebih berat. Tapi tak lupa pula, untuk pengusaha yang patuh akan aturan pemerintah dan tidak melakukan kebakaran hutan, diberikan apresiasi agar mereka menjaga hutan Indonesia lebih baik lagi. Dengan bekerjasama dan apresiasi begini, diharapkan program pemerintah dan pengusaha dalam melindungi hutan Indonesia bisa selalu jalan seiring.
Tapi tak sekedar membuat hukum yang lebih keras, melainkan juga penerapannya yang harus diperketat dan tegas. Apa gunanya hukum keras jika tidak diterapkan. Penerapan hukuman dengan adil tentu bisa dijalankan jika petugas hukum kinerjanya maksimal. Sebagai pemimpin, aku bisa lebih mudah melakukan pengawasan para petugas hukum tersebut.
5. Sidak lebih banyak
Menjadi pemimpin ibu pertiwi, pasti sangat sibuk dengan segala aspek pemerintahan. Termasuk untuk menjaga hutan Indonesia, memenuhi janji yang mungkin pernah terucap ketika kampanye untuk menjaga kesinambungan kehidupan alam di bumi pertiwi. Sidak alias inspeksi mendadak adalah sebuah metode efektif melihat siapa-siapa yang tidak bekerja dengan baik di lapangan ketika mencegah kebakaran hutan.
Teringat kisah seorang kakek pemulung tidak jauh dari rumahku, dimana daerah rumahku saat itu mengalami kebakaran lahan cukup parah di tahun 2015 hingga dikunjungi Bapak Presiden Jokowi. Kakek tersebut bercerita, ketika Pak Presiden berkunjung semua elemen masyarakat yang terkait kebakaran lahan hadir disana. Namun setelah semua pulang, ternyata Pak Jokowi kembali datang bersama pengawal tanpa pemberitahuan. Disana beliau menyaksikan sendiri siapa-siapa yang benar-benar bertugas menjaga kebakaran hutan. Tentu yang saat itu tidak ditempat akan sangat kaget dengan kehadiran beliau yang tiba-tiba mengecek ulang. Kondisi demikian lebih real ketimbang kedatangan yang dipersiapkan. Dan beliau langsung menemukan siapa-siapa yang bertugas dengan baik dan siapa yang 'bandel'.
6. Dimulai dari diri sendiri
Bagaimana bisa menjadi pemimpin jika hanya bisa memerintah? Sebaik-baik teladan adalah dengan memberikan contoh tak sekedar memerintah. Jika kita mengajak masyarakat lebih mencintai hutan, tentu saja kita sendiri harus menyayangi hutan ini. Banyak berkunjung, 'menanyakan kabar hutan' dalam tanda kutip melihat kondisi hutan terupdate agar terus menerus dipantau. Hutan Indonesia begitu banyak, tentu butuh effort khusus untuk 'menanyakan kabar hutan' ini. Tapi itulah cara kita mencintai, seperti kita mencintai pasangan kita tentu akan sering memantau kabarnya, bukan?
Sungai kembang, salah satu mata air di pegunungan meratus (dokpri) |
Jika aku menjadi pemimpin negeri ini, liburan panjang dan weekend terindahku mungkin pelesiran dari atas udara dengan menggunakan helikopter menjenguk kondisi hutan-hutan Indonesia. Perlindungan terbaikku mungkin tak sekedar melindungi keluarga dan rakyat Indonesia tapi juga melindungi hutan dan beserta warga hutannya. Wisata keluargaku mungkin dengan berkemah dan mengunjungi hutan mangrove. Indahnya hutan Indonesia yang dipamerkan ke sosial mediaku bisa jadi akan membuat masyarakat Indonesia pun ikut-ikutan sayang pada hutannya. Lalu menjaganya, bukan merusaknya. Ini langkah kecil, tapi aku tau jika dilakukan pemimpin itu akan berdampak besar, begitulah public figure.
7. Pembatasan penjamahan hutan
Tak bisa dipungkiri jumlah penduduk terus bertambah hingga mendesak terbukanya lahan-lahan baru untuk perumahan, untuk wilayah bekerja dan berbagai keperluan hidup. Pembatasan penjamahan hutan ini yang menjadi concern penting. Pemindahan ibukota negara ke wilayah kalimantan juga menjadi concern penting bagaimana pembatasan ini harus dilakukan. Wah ini sih sudah dilakukan dari dulu, iya aku tahu. Karena dulu suamiku pernah bekerja di sebuah perusahaan berbasis Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pernah juga di perkebunan karet. Sedikit banyak aku tahu bagaimana pembatasan itu lakukan untuk membatasi gerak gerik pengusaha agar tidak kebablasan. Tapi pembatasan ini bisa saja kian melonggar dengan makin banyaknya jumlah pengusaha yang membutuhkan lahan. Ada waktunya kita membatasi kapan kita berhenti dulu membuka lahan, carilah lahan lain yang sudah terbuka dan menganggur lalu dimanfaatkan kembali untuk fungsi lain.
Mana wilayah yang boleh dijamah dan mana yang tidak boleh. Sudah seharusnya banyak yang tidak boleh. Sebenarnya ini termasuk wilayah perkebunan juga, kalau semua jadi pembangunan, lalu kebun sayur dan sawah akan pindah kemana? Pembatasan tentu harus dipersempit. Begitu pula dengan industri sawit dan pertambangan, mereka memang memasok devisa besar untuk negeri ini, tapi kita bisa terus berinovasi sehingga pasokan devisa tak hanya besar disektor itu, bukan?
Sebagai pemimpin, tentu aku tak lupa mengucapkan terimakasih pada para pengusaha yang mendapat keuntungan dari Indonesia dan memfokuskan program CSR-nya untuk menjaga hutan Indonesia. Tak banyak, tapi cukup masif pergerakannya karena secara kontinyu dilakukan. Semoga tak putus dan terus meluaskan hutan Indonesia.
======
Ah komplek sekali masalah di negeri ini. Tapi itulah hidup, begitulah menjadi pemimpin. Jika aku menjadi pemimpin, tak sekedar fokus pada masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan iklim. Tapi juga fokus pada perlindungan hutan. Karena kehancuran hutan sama saja dengan memancing bencana alam untuk kita semua. Jika kehadiran gempa, gunung meletus, tsunami, tak dapat kita rencanakan dan dicegah. Maka kebakaran hutan, banjir dan berbagai akibat penggundulan hutan bisa kita cegah. Perlindungan hutan adalah sesuatu yang bisa kita rencanakan, bisa dijaga dan yang rusak bisa diperbaiki, tidak seperti bencana alam lainnya.
Sebagai generasi muda pemegang hutan Indonesia saat ini, aku secara pribadi sangat berterimakasih dengan hadirnya begitu banyak elemen masyarakat pecinta alam, pecinta hutan, adanya kegiatan earth hour, gerakan mengurangi sampah, bank sampah, pembagian bibit pohon dll. Sungguh jika semua berpegangan tangan dan saling berpegang erat menjadi garda depan melindungi alam Indonesia, kita pasti bisa. Jika aku tak berkesempatan menjadi pemimpin negeri ini, maka bolehlah tulisan ini menjadi opini dariku yang mungkin suatu saat bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terimakasih sudah berkenan membaca tulisanku yang panjang ini. Jangan lupa tinggalkan komentar ya. Dan jangan lupa, jangan meninggalkan apapun di hutan Indonesia kecuali jejak.
Leave nothing but footprints (dokpri) |
Tulisan yang panjang dan mencerahkan...Sepakat aku begitu komplek sekali masalah di negeri ini. Tapi memang seorang pemimping negeri tak harus sekedar fokus pada masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan iklim. Tapi juga fokus pada perlindungan hutan. Karena kehancuran hutan sama saja dengan memancing bencana alam untuk kita semua. Jika hutan terjaga banyak aspek akan baik nantinya.
ReplyDeleteIyaa kalau pemimpin dan masyarakat kompak dan bergandengan tangan, akan lebih mudah lagi ya mbak
DeleteNgomongin hhutan aku jadi inget penampakan gunung yang tidak jauh dari rumahku. Ga bisa disebut gunung, tepatnya bukit sih. Namanya Gunung Bohong, dikasih nama gitu karena mungkin dari ukurannya kurang gede. Sedih lihatnya karena banyak sisi di gunung itu yang udah 'botak'. Ga diisi pepohonan. Sementara kalau ke tempat lain, lihat gunung yang rimbun denga hutan-hutan di sekitarnya itu adem dan menyejukkan mata buat dilihat. Semoga generasi milenial sekarang tetap punya kepedulian dengan keberadaan hutan ini ya Mak
ReplyDeleteSedih ya mak, uda namanya gunung bohong, ternyata di gundulin pula sekarang, hiks
DeleteNasib hutan di +62 jangan sampai hanya tinggal sejarah. Alih fungsi hutan seharusnya dipikirkan matang-matang. Pembangunan ramah lingkungan sudah semestinya dirancang, dijalankan dan dikembangkan. Jangan serakah denganr urusan materi dari eksploitasi hasil tambang yang dikeruk dari hutan.
ReplyDeleteBener mba...
ReplyDeleteAku melihat persoalan hutan kita emang amat sangat kompleks..
Bahkan dr tataran kebijakan aja luar biasa permasalahan yg berkelindan blom lg dalam tataran empiris.
Paling bner emang mulai dr diri sendiri dna lingkungan terdekat untuk mencintai, menjaga, dan melindungi pepohonan dna hutan di sekitar kita
Semoga nanti ada Pemimpin yang mencintai hutan. Pertama dimulai dari kita dulu untuk bantu lindungi. Gak kebayang kalau hutan terus-terusan hilang. Gak kebagian apa-apa anak cucu kita nanti
ReplyDeleteHUtan memang aset yang sangat penting di Indonesia mbak, karenanya perlu buat semua generasi aware untuk bersahabat dengan hutan agar berkurang kasus penggundulan hutan, pencemaran dan lain-lain.
ReplyDeleteNgeri banget dengan kasus pembakaran dan pengkrusakan hutan yang sering terjadi ya mbak, padahal hutan kan adalah bagian penting banget dari ekosistem yang sehat.
ReplyDeleteSetujua, setiap larangan baiknya disertai alternatif solusi biar para pelaku juga melihat bahwa ada cara lain untuk mencapai tujuan yang sama. Jaga hutan kita, jaga hidup kita.
ReplyDeleteUrusan lingkungan memang hal yang jujur rumit dan membutuhkan kesadaran dan kontribusi dari banyak pihak...Kalau jadi pemimpin, salah satu fokus yang harus diperhatikan benar memang terkait lingkungan ini...Karena akan berpengaruh kepada generasi mendatang juga
ReplyDeleteNah hukuman yang lebih tegas ini yang penting. Biar ada ketegasan juga dan nggak semua orang anggap remeh hutan. Makasih mba
ReplyDeleteDi saat pandemi ini salah satu trend yang saya suka adalah banyak masyarakat yang gemar bercocok tanam. Sebetulnya saya punya harapan lebih. Mudah-mudahan jagna sekadar untuk menikmati keindahan tanaman di dalam pot. Tetapi, juga semakin emnyadari bahwa tanaman sangat berperan dalam kelangsungan hidup manusia. Semakin peduli dengan hutan
ReplyDeleteSalah satu upaya kita yg paling sederhana untuk melestarikan hutan adalah dgn tidak eksploitasi hasil alam sih menurutku ya. Minimal buang sampah pada tempatnya.
ReplyDeleteKarena dari semua negara, negara Indonesialah yg paling kaya akan hasil alamnya termasuk hutan ini.
Hutan Indonesia yang menjadi paru-paru dunia harus kita rawat dan lestarikan sedemikian rupa demi kemaslahatan bersama yang akan diturunkan untuk anak cucu kita. Maka, sudah selayaknya semua tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab kita semua. Memang harus ada kesadaran tiap pribadi untuk mau memulai gerakan merawat hutan kita..
ReplyDeleteJadi pemimpin itu tak mudah. Dia harus memperhatikan segala aspek untuk negeri ini, termasuk perlindungan hutan. Karena hutanlah yang menjadi paru-paru terbesar suatu negara. Tulisan yang lengkap dan menginspirasi.
ReplyDeletemembaca tulisan ini, sedikitnya ada harapan bahwa masih banyak yang peduli dengan hutan di Indonesia, dan semoga semakin banyak yang membaca tulisan ini dan semakin terinspirasi untuk menjaga hutan kita
ReplyDeleteKita harus jaga hutan kita ya kak dimulai dari diri sendiri, karna klo tidak dirawat dgn baik khawatir akan gundul dan gersang. Benar sih harus ada yg namanya banyakin sidak biar mereka" yg lagi ngrusak langsung syok pas petugas dateng..
ReplyDeleteTerkait hutan dan lingkungan memang masih butuh bnyak pembenahan ya Mbak. Di mana-mana banyak pembukaan lahan termasuk hutan untuk dijadikan pemukiman dan perumahan. Semoga saja dengan edukasi seperti dalam tulisan ini,.semakin banyak yang tercerahkan.
ReplyDeleteAku suka, Mak, sama idenya untuk memberikan hukuman yang lebih keras kepada pelaku kebakaran hutan. Dihukum dengan mengambil alih perusahaan tentunya nggak akan jadi masalah baru bagi pegawai-pegawainya, ya. Terima kasih Mak, sudah mengingatkan kembali untuk selalu mencintai hutan kita.
ReplyDeleteSetuju sidak lebih banyak, asal jangan yang sidak tergiur uang aja trus ikutan menutupi perusakan hehe.
ReplyDeleteSkrng pun kalau tak salah peringkat Indoensia sbg pemilik hutan hujan tropis menurun, sad :(
Semoga beneran nih ya hutan2 bisa dilestarikan salah satunya lewat kempen2 kyk gini jd anak cucu kita kelak punya kesempatan melihat hutan
Udah ga kebayang sih berapa hutan yang akan tersisa untuk generasi di bawahku nanti. Kalau pemimpin nya masih terbuai politik dan keuntungan pribadi bisa jadi hutan di Indonesia akan habis dalam waktu yang cepat. Semoga kelak ada pemimpin yang bisa memperhatikan masalah hutan kita.
ReplyDeleteTetap optimis untuk menjaga lingkungan dan hutan dari mulai diri sendiri, keluarga dan sosialisasi ke masyarakat.
ReplyDeleteTapi konsisten ini butuh pembiasaan yaa, kak Ruli...
huhuu~
Hasil hutan yang melimpah membuat masyarakat Indonesia bisa dihidupi dari hasil hutan.
DeleteTapi kini...hutan Indonesia mengalami masa kritis.
Semoga dengan kerjasama masyarakat dan Pemerintah, hutan Indonesia bisa kembali.
Hutan emang perlu banget dijaga. Mengevaluasi kepemimpinan itu perlu banget soalnya menyangkut kebijakan soal hutan. Seru banget kalau bisa maen ke hutan lagi, dulu aku kuliah di kehutanan hehe...
ReplyDeleteJangan meninggalkan apapun di hutan kecuali jejak. Well. Noted mba. Memang perlu dijaga banget hutan ini. Meratus adl rimba kalimantan. Hrs dipertahankan.
ReplyDeleteWe really have to take care of the forests. It is the line of the world as well as our nation. If we don’t take care of them, who will?
ReplyDeleteKalau udah bahas tentang hutan gini, langsung ingat ceritanya suami yang lahir dan besar di Kalimantan. Bagaimana situasi sekarang tuh udah berubah banget. Gak heran kalau di sejumlah daerah, udah langganan banget yang namanya asap gitu..susah hilangnya pula..selain berbahaya dari segi jarak pandang, juga gak baik untuk kesehatan.
ReplyDeleteKondisi hutan di Indonesia memang cukup memperihatinkan ya. Banyak terjadi penimpangan dan penggundulan hutan masih saja terjadi. Hutan konservasi makin habis
ReplyDeleteKayu-kayu hutan alam Indonesia itu masih menjadi komoditas yang menggiurkan mba. Para pengusaha berlomba-lomba mengirimnya ke luar negeri setelah diolah dalam bentuk tertentu. Harus ada kebijakan yang khusus dan ketat terkait ini karena aliran dananya memang luar biasa besar yang berputar di sektor ini.
ReplyDeleteMantap mbak...
ReplyDeleteSemoga hutan Indonesia bisa lebih terjaga ya... Sedih melihat wilayah hutan berkurang terus...
Benar. Tahun ini kita bersyukur kebakaran hutan tidak terlalu masif. Selain hujan yang terus menerus turun, pihak BPBD dan masyarakat terus bahu membahu memerhatikan lingkungan sekitatlr agar tak terjadi kebakaran hutan.
ReplyDeletesebagai sesama warga Kalimantan. kita berharap hutan hujan tropis ini bisa terus terjaga. DI kalimantan barat sudah terasa sekali efek hutan yang makin habis, sedikit hujan banjir, musim kemarau akan ada kabut asap.....
ReplyDeleteBetul banget, bencana hutan tuh bisa kita hindari. Jadi sudah seharusnya semua pihak turut menjaga dan melindungi hutan. Agar hutan enggak menjadi sumber bencana.
ReplyDeletetiap tahun pemberitaan mengenai kerusakan hutan selalu ada ya, dan memang untuk menjaga dan merawat benar2 saling bersinergi dan bukan hanya tugas satu dua pihak, apalagi apalah kita tanpa hutan ini
ReplyDeleteKeren banget tulisannya Ruli. Memang saat ini permasalahan hutan kita semakin kompleks, ya. Dan tentunya sebagai warga negara kita harus berkontribusi dalam melestarikan hutan. Semoga ke depannya kita bisa dapat pemimpin yang benar-benar memperhatikan hutan Indonesia
ReplyDeleteSedih ya, Mbak lihat keadaan hutan Kalimantan sekarang ini. Sudah banyak berkurang pepohonannnya, dibuka lahan perkebunan sawit dan lokasi pabrik. Padahal di sana salah satu paru-paru dunia yang menyumbang oksigen dan sumber alam untuk kelestarian umat manusia.
ReplyDeletewaa keren tulisannya, bener banget deh kita harus peduli terhadap lingkungan terutama hutan kalimantan yang harus dijaga salah satu paru2 dunia
ReplyDeleteaamiin ya Allah kalau mba Ruli jadi p emimpin negeri ini, pasti mengutakamakn hutan Indonesia aku mau berkontribusi di dalamnya Mba hehehe. Makasih banget mba, diingatkan selalu untuk melindungi hutan Indonesia
ReplyDeleteBetul sekali mbak. Sidak dibutuhkan agar mengetahui mereka yang tidak menjaga hutàn.
ReplyDeleteTulisannya panjang dan tampak menguasai tema hutan ya mbak. Good luck
Kita butuh pemimpin yang berani, keras kepala untuk mempertahankan lingkungan dan hutan kita ya mbak
ReplyDelete